Tania menatap pantulan dirinya di cermin. Ia memakai gaun pengantin yang dikenakan oleh dirinya beberapa hari lalu di butik. Sekarang, ia memakai gaun itu lagi di hari ini. Hari pernikahannya dengan Ken. Mata Tania menatap sendu dan menyentuh cermin itu perlahan. Air mata Tania perlahan menetes.
Ya Tuhan … Tania tidak mau menikah dengan Ken. Tania berharap kalau dirinya bisa kabur dari sini. Ia mau pergi dari hidup Ken dan tidak bertemu lagi dengan Ken. Tania menatap pada jendela kamar yang ditempati olehnya sekarang. Ia berjalan menuju jendela. Napas Tania terhenti dari raganya, menatap ke bawah sana yang sangat tinggi sekali.
Bagaimana caranya untuk Tania keluar dari sini?
“Aku tidak bisa kabur.”
“Kau mau kabur?”
Tubuh Tania menegang dan berbalik menatap pada Ken yang menyeringai padanya. Lelaki itu memasukan tangannya ke dalam saku celana. “Kau tidak bisa kabur Tania. Keluar!” ucap Ken bernada perintah dan tidak mau dibantah oleh Tania.
Tania mendengar ucapan Ken menggeleng, ia tidak mau keluar dari dalam kamar ini. Lalu mengucap janji suci pernikahan dengan Ken. Lelaki yang begitu jahat pada dirinya.
“Kau tidak mau keluar sayang?” tanya Ken.
Dengan cepat Ken menarik tangan Tania keluar dari dalam kamar. Ken melepaskan tangan Tania kasar. Mata Ken menatap pada dua orang wanita yang memakai pakaian serba hitam dan kacamata hitam menunduk sopan pada Ken.
“Kalian bawa gadis ini ke atas altar. Jangan sampai di lolos, kalau dia berani kabur, maka nyawa keluarganya kalian habiskan sekarang juga!” Ucap Ken tidak main-main untuk membuat nyawa orang yang disayangi oleh Tania pergi dari raganya.
Tania menatap Ken penuh kebencian. Ken hanya menanggapi dengan seringai lalu berbalik pergi terlebih dahulu menuju altar yang sudah disiapkan oleh Ken di belakang rumah.
Tidak perlu pergi je gereja menikah dengan Tania. Dia sudah menyiapkan semuanya di sini, agar pernikahan ini berjalan lancar dan ia bisa mengancam Tania ketika gadis itu mencoba untuk kabur dan menolak pernikahan ini kembali.
Ken sudah menunggu dengan angkuh di atas altar sembari memasukkan tangannya di saku celana. Mata Ken yang tajam menatap Tania yang berjalan begitu lamban menuju altar. Ken mendengkus melihat gadis itu sangat lambat sekali dan tidak bisa untuk berjalan cepat.
Langkah kaki Tania rasanya sangat berat sekali menuju altar mendekati Ken yang menatapnya dengan tajam. Tania menelan saliva dan menggeleng, berharap Ken berubah pikiran dan mau membebaskan dirinya dari sini dan tidak jadi menikahinya.
“Cepatlah sayang.” Ucap Ken datar.
Tania mendengar ucapan Ken menelan salivanya kasar. Tangannya ditarik oleh Ken, berhadapan dengan pendeta yang tersenyum padanya dan juga Ken.
“Kalian yang saling mencintai dan dilindungi oleh Tuhan. Saya harap kalian menjadi pasangan suami istri yang saling setia dan percaya dan tidak ada kata perpisahan.”
Ucapan dari pendeta yang barusan di dengar oleh Tania. Membuat Tania yang mendengar itu tersenyum miris. Bagaimana bisa ia dan Ken saling mencintai dan akan bahagia di dalam pernikahan yang tidak pernah diharapkan olehnya.
Mata sendu Tania dan setetes air mata terjatuh di pipinya. Ia meringis ketika Ken menggenggam tangannya kasar. Seolah mengatakan kalau dia itu tidak bisa untuk mengatakan pada pendeta kalau dia tidak setuju dengan pernikahan ini.
“Baiklah, kalian berdua, silahkan mengucapkan janji pernikahan.”
Dug!
Jantung Tania berbunyi sangat kencang sekali mendengar apa yang dikatakan oleh pendeta barusan pada dirinya. Apakah ia harus mengucapkan janji suci pernikahan itu dengan Ken?
Tania selama ini selalu membayangkan, kalau dia mengucapkan janji suci pernikahan dengan lelaki yang dicintai olehnya, yaitu, Kevin Roberto. Yang sekarang terbaring di rumah sakit akibat ulah Ken pada kekasihnya itu.
Ken lelaki yang begitu kejam.
“Jangan membuat ulah. Kau tahu, aku sudah menanamkan bom di rumah keluargamu dan juga rumah sakit tempat Kevin dirawat. Aku tidak akan segan meledakan bom itu lalu— DUAR! Mereka semua akan mati Tania. Kau tidak mau menjadi alasan mereka mati bukan?” Bisik Ken di telinga Tania.
Tania menelan salivanya dan mengusap air matanya kasar. Anggukan kaku dari Tania sudah membuktikan kalau Tania tidak akan melawan lagi atau menolak Ken dengan cara kasar.
“Bagus, kau memang harus patuh padaku sayang. Karena aku tidak menerima penolakan.” Ucap Ken menyeringai.
“Sudah bisa untuk mengucap janji suci pernikahan?” Tanya Pendeta menatap kedua calon mempelai pengantin di depannya yang sedari tadi berbisik-bisik hal yang tidak diketahui olehnya apa yang dibisikkan oleh kedua calon pengantin itu.
Ken dan Tania menatap pada pendeta. Tania terpaksa mengangguk, dan tatapan matanya bertemu dengan mata Ken.
Ken mengucap janji suci pernikahan itu terlebih dahulu. Tania meringis dalam hatinya, sebuah pernikahan yang dipaksakan dan diancam oleh lelaki itu. Membuat ia tidak tahu seperti apa kehidupannya selanjutnya. Apakah Tania masih bisa untuk tersenyum nantinya atau tidak?
“Sekarang giliran pengantin wanita.”
Lidah Tania terasa keluh mengucapkan janji pernikahannya dengan Ken. Ia perlahan mulai mengucapkan janji pernikahannya dengan Ken, menatap pada mata tajam lelaki itu yang menyeringai padanya.
Tania menghembuskan napasnya, pada akhirnya ia berhasil untuk mengucapkan janji pernikahan yang begitu suci namun dia tidak pernah mau menikah dengan cara seperti ini.
Pernikahan impiannya yang begitu sakral dan juga penuh kebahagiaan yang selama ini dibayangkan olehnya bersama Kevin. Menjadi hancur tak melebur dan dia pada akhirnya menikah dengan Ken.
“Kalian sudah resmi menikah dan sekarang kalian boleh saling mencium satu sama lain.”
Dengan cepat Ken menarik tengkuk Tania dan melumat bibir gadisnya yang sudah menjadi istrinya sekarang.
Tania tidak membalas ciuman Ken. Ia hanya diam dan membeku dengan tatapan kosongnya. Ia mau mendorong Ken sekarang, namun tidak bisa. Lelaki itu tidak membiarkan dirinya untuk lepas darinya.
Ken melepaskan lumatannya dengan Tania setelah merasakan Tania kehabisan napas. Tania meraup napas sebanyak mungkin dengan air mata yang mengalir di pipinya. Mata Tania menatap pada cincin pernikahan yang terselip di jarinya.
Ia tidak tahu kapan Ken memasangkan cincin tersebut padanya.
Apakah ini sungguhan dirinya sudah menikah dengan Ken, dan menjadi istri lelaki tersebut? Tania tertawa sumbang di dalam hatinya. Pada akhirnya ia menikah dengan Ken bukan dengan Kevin— kekasih hatinya.
Yang dicintai olehnya selama ini, dan diharapkan olehnya menjadi pendamping Kevin bukan Ken, kakak sepupunya yang berubah menjadi kejam.