You're my apocalypse

2064 Words
Jian membuka matanya perlahan, seolah baru saja melewati mimpi indah setelah perayaan ulang tahun pernikahannya bersama Skylar. Acara yang disiapkan kemarin oleh Skylar benar-benar membuat Jian merasa sangat bahagia dan istimewa. Perempuan itu melihat ke sisi ranjang, dan Skylar tampak masih tidur lelap, ekspresi wajahnya begitu manis dan membuat Jian jatuh cinta. Jianina mengecup pipi Skylar lembut, membuat pria itu sedikit mengerang karena tidurnya terganggu. Jian tersenyum melihat ekspresi Skylar yang menurut Jian benar-benar seperti bayi. Jian lalu turun dari ranjang, melangkah ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Tidak lama kemudian, dia mendengar langkah kaki memasuki dapur saat ia sedang menuang mentega ke dalam sebuah panggangan, dan Jian tahu bahwa itu Skylar. "Kamu memasak apa?" tanya Skylar sambil memeluk Jian dari belakang, lalu mengecup pipi Jian. "Daging panggang, kesukaanmu." "Kamu selalu membuatku bahagia dengan makanan, hm...aromanya lezat, membuatku lapar." Skylar mengecup pipi Jian lagi. "Hanya makanan yang membuatmu bahagia bersamaku?" "Tentu saja tidak. Aku bahagia karena semua hal yang kamu berikan. Kamu, adalah seseorang yang mengisi hidupku menjadi lebih berarti." Jian tersenyum mendengar kata-kata manis Skylar. Rasa-rasanya, ia tidak akan bosan dijejali ucapan manis yang Skylar lontarkan. "Oh iya, apa kamu sudah minum obat yang diberikan dokter Leo?" tanya Skylar. Skylar dan Jian telah mengunjungi klinik infertilitas dan bertemu dengan dokter Leo, dokter kandungan spesialis infertilitas. Setelah berkonsultasi dengan dokter Leo di klinik infertilitas, Skylar dan Jian memutuskan untuk mengikuti program inseminasi intrauterin untuk mendapatkan kehamilan. "Iya sudah, hari ini obat terakhir. Besok pagi aku harus ke klinik dokter Leo untuk suntik hormon," ucap Jian. "Untuk empat hari aku harus menerima suntikan hormon gonadotropin, lalu dokter Leo akan mengobservasi hasilnya, kalau kondisi sel telurnya bagus, ukurannya sempurna, dokter akan memberikan suntikan hCG, semoga semuanya berjalan lancar, aku sudah tidak sabar melihat Skylar junior tumbuh di perutku." Jian mengusap perut ratanya dengan penuh harap, sekaligus bersemangat. Ia berharap seorang bayi akan melengkapi pernikahan lima tahunnya dengan Skylar dan membuat kebahagiaan mereka semakin sempurna. "Maaf, aku kadang tidak mendampingimu saat konsultasi dengan dokter Leo," ucap Skylar saat mendengar penjelasan Jian. "Jangan merasa bersalah Sky. Aku tahu, kamu benar-benar sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaanmu. Film-mu sedang dikerjakan dan ini adalah titik penting pembuatan sebuah sinematografi, kamu tidak bisa melewatkan prosesnya." Skylar menatap Jian lekat. "Kamu selalu bisa memahami aku dan memberikan pengertian. Aku tidak tahu lagi bagaimana aku bisa membalas segala yang kamu berikan untukku." "Ini hal yang biasa. Kita menikah, hidup bersama bukan hanya untuk setahun atau dua tahun saja, tapi untuk selamanya bukan? Orang bilang, pernikahan adalah sebuah penyesuaian dan negosiasi seumur hidup. Dua orang yang memiliki perbedaan harus saling memahami untuk berjalan bersama dan itu yang aku lakukan. Jangan terlalu menyanjungku Sky. Jujur saja aku malah merasa takut jika kamu tampak menyanjungku habis-habisan. Aku takut kamu melakukan hal itu karena kamu melakukan kesalahan, dan menutupinya dengan sanjungan." "A-apa kamu berpikir begitu?" tanya Skylar dengan raut muka pias. Jian tertawa. "Aku hanya bercanda. Aku mengenalmu, kamu tidak mungkin melakukan kesalahan di belakangku. Kalau ada sesuatu yang tidak benar, kamu pasti akan mengatakannya padaku kan? Aku percaya padamu Skylar. Kamu, adalah seseorang yang membuatku kembali mempercayai bahwa pernikahan bukanlah sesuatu hal yang menakutkan." "Aku akan membicarakan semua hal padamu, Jian, tidak ada rahasia di antara kita." "Kita akan terus bersama, saling mencintai, sampai kita memiliki anak, cucu, buyut dan cicit. Tiap saat, kamu selalu di sampingku, dan aku akan aman bersamamu. Kita menghadapi segalanya bersama, saat badai menghadang, atau saat tenang, selamanya, sampai kita tua dan jadi debu." Jian menatap Skylar dengan senyum yang merekah, karena perasaan bahagia. Skylar menghela nafas. Dadanya terasa sesak. Praya Jianina adalah wanita yang dipersuntingnya sebagai istri. Rumah tangga mereka harmonis, tidak ada yang kurang dan salah pada Jian. Satu-satunya hal yang salah adalah dirinya sendiri. "Tapi aku merasa cukup bersalah karena kamu harus melalui masa sulit. Kamu harus minum banyak obat dan tubuhmu harus menerima suntikan begitu banyak, dan sementara itu, aku bahkan tidak berada di sisimu." Skylar memeluk Jian, mengusap kepala Jian, merasakan rambut panjang Jian dengan perasaan gamang. Wanita mungil dalam pelukannya ini, sungguh ia tidak bermaksud menyakiti Jian, tapi entahlah, kadang Skylar merasa ia ingin mencaci dirinya sendiri yang terjebak masa lalu dan tidak pernah bisa melupakan seseorang yang bayangannya terus mengikuti. "Aku bisa menjalani semuanya karenamu Sky. Ini semua demi bayi yang kita nantikan." Jian membalas pelukan Skylar dan merasakan aroma khas tubuh Skylar yang manly. "Lagipula, kamu nanti juga harus menjalani proses pengambilan s****a, itu tidak akan mudah, akan lebih mudah mengeluarkan s****a secara alami, ketimbang secara medis." Jian tertawa kecil. "Kamu sangat nakal." Skylar berbisik di telinga Jian, menepuk p****t Jian, lalu meremasnya. "Kamu tahu aku bisa lebih nakal dari yang kamu lakukan," balas Jian, lalu berlutut dan menggoda daerah sensitif Skylar, membuat Skylar mengerang. Jian tertawa kecil, dan semakin agresif memberikan sentuhan pada bagian tubuh Skylar yang nampak menonjol, sementara Skylar mendesis pelan, menyusuri surai Jian dengan jemarinya saat Jian semakin aktif menyentuh dengan mulutnya. Skylar semakin tidak tahan dan ia membawa Jian ke dalam godaan yang sama. Skylar menarik Jian dan mendudukkan tubuh istrinya itu di meja pantry dan mulai menyerbu Jian dengan kelihaiannya, membawa Jian ke dalam kenikmatan yang meleburkan kesadarannya dalam nafsu. "Skylar! Oh, Sky!" Jian tidak bisa berhenti menjerit, mengumandangkan nama Skylar saat Skylar menyerbu tubuhnya dengan gerakan yang menghentak dan membuat diri Jian terombang-ambing dalam ombak kenikmatan yang berdebur begitu keras dan kasar. Skylar dengan tubuh atletisnya yang indah memberikan Jian kenikmatan duniawi, yang membebaskan raganya dalam hasrat tak bertepi, menuju puncak kepuasan. Tubuh mereka berdua berpeluh dan terengah, setelah tenggelam dalam nikmat yang melumuri seluruh raga mereka. Skylar mengecup dahi Jian lembut dan Jian tersenyum, menenggelamkan wajahnya dalam d**a bidang Skylar, mengabaikan kenyataan bahwa mereka ada di dapur, tempat yang tidak lazim untuk bercinta, tapi yah, Jian dan Skylar bisa bercinta di manapun di setiap sudut rumah ini, karena mereka hanya tinggal berdua, tidak akan ada yang menganggu dan terganggu dengan kegiatan asmara mereka yang bergelora. "Kenapa kamu tertawa?" tanya Skylar saat mendapati Jian tertawa kecil dalam pelukannya. "Apa ini sangat menyenangkan hingga kamu tertawa?" "Ya, ini sangat menyenangkan, bercinta tanpa rencana seperti ini, di setiap sudut rumah, sensasinya membuat candu, tapi aku rasa, kita tidak akan bisa melakukan ini lagi setiap saat dan di sembarang tempat." "Kenapa begitu?" Jian melepaskan pelukannya pada Skylar dan merapikan pakaian tidurnya yang porak poranda akibat kegiatan penuh nafsunya dengan Skylar. "Aku tidak tahu, tapi aku merasa bahwa program kehamilan kali ini akan berhasil." "Aku sedang membayangkan aku akan mendapatkan dua garis merah testpack, lalu, kita bisa melihat mahluk kecil yang berada di dalam rahimku lewat USG, dia semakin hari semakin tumbuh, bergerak dan membuat perutku membesar." Setelah lima tahun, Jian membayangkan betapa bahagianya, dirinya dan Skylar menyambut kehadiran seorang bayi. Jian begitu penasaran apakah bayi mereka laki-laki atau perempuan? Atau mungkin kembar? Memikirkannya saja, Jian merasa hatinya mekar. "Menurutku, apa yang kamu rasakan itu sangat mungkin adalah sebuah firasat seorang ibu. Kita akan segera bertemu bayi kita." Skylar kembali memeluk Jian dengan hangat. "Kamu tahu Sky? Aku merasa bahwa kamu adalah slice of my heaven." "And you are my apocalypse. You've been locked in here forever and you just can't say goodbye," balas Skylar. "Kamu terdengar sangat romantis." "Cuma lirik lagu." Jian tertawa. "Aku tahu, kamu sering memutar lagu itu di mobil." Jian menarik diri, hendak melepaskan pelukan Skylar, tapi Skylar menarik tubuh Jian lagi, menenggelamkan tubuh mungil istrinya itu ke dalam rengkuhannya. "Stay with me. Aku serius, kamu adalah inspirasiku." "I know, you want me. Come out and haunt me!" balas Jian sambil mengusap punggung lebar Skylar dengan telapak tangannya. Tanpa Jian ketahui, kata-kata yang diucapkannya membuat Skylar merasa tertohok. Di balik punggung Jian, Skylar tersenyum getir. Ia tidak sepenuhnya yakin bahwa Jian adalah perempuan satu-satunya yang diberikannya pemujaan sempurna. Ia tidak yakin bahwa Jian adalah satu-satunya perempuan yang merupakan sumber seluruh inspirasinya, dan diinginkannya setengah mati. Skylar kembali mengingat, bagaimana ia dan Jian berjumpa. Jian adalah seseorang yang datang begitu saja, mengisi hatinya yang sedang kosong hingga penuh, sampai Skylar yakin bahwa Jian adalah seseorang yang tepat untuk bersamanya, dan kemudian membuat Skylar terbiasa dengan kehadiran Jian. Skylar kira babak hidupnya akan berjalan dengan baik, hingga ia kembali bertemu dengan seseorang itu. Berulangkali ia merasa ada keraguan dan keresahan dalam hatinya. Rasa berdosa selalu membayangi saat ia mengungkapkan pada Jian bahwa Jian satu-satunya untuknya. Berbagai pikiran melintas di benaknya, dan Skylar mengerti bahwa ia harus memilih, dan memutuskan untuk mengakhiri segala keresahan yang dirasakannya. *** Jian terjaga dari tidurnya saat mendengar langkah kaki memasuki kamar tidurnya dan ia meraih tombol lampu, menyalakan lampu tidurnya menjadi lebih terang. "Sky?" panggil Jian dengan suara serak, khas seorang yang baru saja terjaga dari tidur. "Apa kamu terbangun karena aku? Sorry, Ji...aku menganggumu." "Tidak apa-apa." Jian melontarkan senyum dan meski rasa kantuk masih menggelayuti, ia beranjak dari ranjang, menyambut Skylar. "Bagaimana editingnya? Berjalan lancar?" tanya Jian pada Skylar, sambil membetulkan baju tidurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul satu pagi. "Iya." Skylar menjawab singkat, dan membuka beberapa kancing kemejanya. "Kamu pasti lelah. Aku akan menyiapkan air untuk kamu mandi dan menyiapkan makanan," ucap Jian saat melihat Skylar duduk menyender di sofa. "Aku sudah makan tadi di studio, kamu tidak perlu repot." "Oke, kalau begitu, aku akan menyiapkan air mandimu." Jian bergegas ke kamar mandi menyiapkan air mandi untuk Skylar, sementara Skylar menatap punggung mungil Jian yang dibalut piyama satin berwarna hitam menjauh dan menghilang di balik pintu kamar mandi. Pandangan mata Skylar sama sekali tidak beralih meski Jian sudah tidak terlihat lagi di matanya. Skylar merutuki dirinya sendiri, terlalu banyak kebohongan yang dilakukannya kepada Jian dari hari ke hari. Setiap waktu, Skylar bertekad untuk mengakhiri semuanya, tapi selalu saja ia gagal menjalaninya. Skylar begitu merasa gila, ia tidak bisa melepaskan wanita itu, tapi juga tidak bisa berpisah dengan Jian. Skylar takut, suatu hari Jian akan mengetahui semua kebohongannya, dan Jian akan meninggalkannya. Semua ini begitu menggelikan dan konyol, bagaimana mungkin sebuah hati bisa mencintai dua orang pada saat bersamaan? Skylar memilih sebuah pengkhianatan, tapi ia tidak berani menghadapi resiko, bahwa pengkhianatan itu akan berujung pada kehancuran. Kehancuran kepercayaan dan komitmen yang Skylar bangun berdua bersama Jian. Skylar mengkhianati Jian, tapi juga tidak berani kehilangan Jian. Skylar mengusak wajahnya. Seharusnya dari awal ia tidak boleh memulainya. Skylar mencintai Jian, tapi Skylar juga merasa jatuh cinta pada wanita itu dan ia sama sekali tidak bisa melupakannya. "Mandilah, airnya sudah siap." Suara Jian terdengar dan membuyarkan lamunan Skylar. "Thanks, baby." Skylar beranjak dari sofa malas dan berjalan masuk ke kamar mandi, menyegarkan tubuh penatnya. Setengah jam kemudian, Skylar keluar dari kamar mandi, tatapan matanya menemukan Jian terbaring di ranjang dengan baju tidur bertali spageti yang terbuka di bagian d**a. Jian terlihat cantik dan seksi di mata Skylar, membuatnya menelan saliva. Jian menatap Skylar, lalu menyunggingkan senyum di bibirnya yang kini berwarna merah, membuat kesan seksi semakin terlihat nyata, dan membuat Skylar mendadak merasa dilanda gairah. "Kamu sudah selesai? Kemari." Jian menepuk kasur di sebelahnya, dan Skylar menuruti Jian, mendaratkan tubuhnya di sisi Jian. Jian masuk ke dalam pelukan Skylar, dan Skylar bisa membaui aroma mawar yang berasal dari parfum yang diberikannya. Aroma yang sama, dengan wanita lain yang beberapa jam lalu ada di pelukannya. Skylar merasa bersalah, dan dia tahu bahwa dirinya pantas mendapatkan hukuman atas pengkhianatannya ini. "Kamu memakai lipstik?"tanya Skylar berbasa basi. "Heem, aku baru saja membelinya bersama Sonya kemarin." "Warnanya cocok denganmu, kamu terlihat seksi." "Kamu ingat apa yang dokter Leo katakan?" tanya Jian, menggambar garis random di d**a bidang Skylar dengan jemarinya. Skylar mengernyit. "Dokter Leo? Soal apa?" tanya Skylar, ia sama sekali tidak ingat apa yang dikatakan dokter Leo, karena pikiran dan perhatiannya sibuk pada dua cinta di dalam hatinya. Skylar bukanlah suami sempurna seperti yang disangka Jian. Skylar tidak menaruh perhatian pada proses program kehamilan, bahkan kata-kata dokter Leo, Skylar sama sekali tidak tahu, karena selalu sibuk dengan pikirannya sendiri yang penuh kekacauan yang dibuatnya sendiri. "Iya. Kamu lupa?" tanya Jian menatap Skylar lalu menarik bibirnya,merengut, tanda kesal karena Skylar nampak tidak menaruh perhatian pada program kehamilan yang sedang mereka jalani. "Maaf sayang. Aku memikirkan banyak hal, terutama filmku. Maafkan aku." Skylar menghujani Jian dengan ciuman dan pelukan, berharap Jian tidak marah. "Aku tahu, aku salah karena tidak menaruh perhatian pada program kehamilan kita." "Pekerjaanku sedang membutuhkan banyak perhatian, jadi kadang aku memikirkan hal lain." "Kamu mau memaafkan aku kan?" Skylar merengkuh Jian, mengecup kening istrinya lembut, dan menatap Jian dengan tatapan memelas seperti anak anjing yang sangat sulit Jian abaikan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD