I will always love you

2003 Words
Jian menghela nafas, ia tidak bisa marah terlalu lama pada Skylar. Skylar memang begitu sibuk belakangan ini, dan Jian harus memahami hal ini. Skylar sedang menyelesaikan filmnya, dan sebagai istri, Jian tentu saja merasa harus memberikan dukungan bagi Skylar. "Aku tahu kamu sibuk, tapi kamu harus memperhatikan kata-kata dokter Leo, jika ingin program ini berhasil, kita tidak boleh melewatkan jadwal yang dokter Leo berikan, dan karena kamu lupa, aku akan mengingatkan kamu. Hari ini adalah jadwal kita." "Jadwal?apa kita harus menemui dokter Leo lagi? Astaga! aku benar-benar lupa, bagaimana ini? Apa kita bisa datang ke klinik besok?" tanya Skylar dengan gugup dan rasa bersalah. Skylar benar-benar tidak tahu apapun soal program kehamilan yang dijalani, selain datang ke klinik dan melakukan proses washing sperm untuk diinjeksikan ke rahim Jian. Jian menghela nafas lagi. "Bukan jadwal untuk menemui dokter Leo." "Lalu apa?" "Hari ini, dua hari setelah proses inseminasi, dan dokter Leo menyarankan kita untuk berhubungan secara alami." Skylar menghela nafas lega saat mendengar penjelasan Jian. "Oh...itu." Skylar tersenyum. "Kamu harus mengatakannya lebih jelas sayang." Jian mencebik, sedikit kesal masih tersisa di dadanya. "Harusnya kamu ingat, ini jadwal kita. Kita bukan hanya sekedar berhubungan, tapi kita harus melakukannya agar seorang bayi hadir di antara kita!" gerutu Jian. "Baiklah, aku minta maaf, aku benar-benar tidak perhatian belakangan ini, tapi aku berjanji, setelah filmku selesai, kita akan pergi bulan madu lagi, ke manapun kamu suka. Kita akan melakukan babymoon." "Menurutmu, kemana kamu ingin pergi?" "Bali?" "Kalau kamu menginginkan kesana, maka kita akan kesana." Mata Jian berbinar-binar. Jian sudah beberapa kali pergi ke Bali, bahkan ia pergi berbulan madu ke pulau itu, namun berapa kali ia mengunjungi Pulau Dewata, ia merasa tidak pernah bosan. Suasana Bali selalu membuat Jian merasa ia betah tinggal di sana dengan segala pesona budaya, alam dan wisata yang begitu memanjakan jiwa dan raga. Bali, adalah tempat yang benar-benar indah, dan sebutan kepingan surga, Jian rasa tidak berlebihan disematkan bagi tempat itu. Menurut Jian, Bali, demikian eksotik, indah, dengan aura mistis yang menawan dari kebudayaan yang masih kental. Perpaduan suasana alam yang indah dan kehidupan masyarakat yang kental budaya, adalah tempat yang menyenangkan. Jian bisa membayangkan betapa menyenangkan berada di Bali, di bawah hangat mentari, debur ombak yang mendayu, semilir angin lembut, aroma bunga dan dupa persembayangan, berada dalam pelukan Skylar, itulah kepingan surga, bagi Jian, penuh kedamaian dan kebahagiaan. "Tapi, hari ini aku akan membawamu ke surga kecil kita." Skylar mengecupi wajah Jian, lalu mengecup bibir Jian lembut, perlahan namun pasti menambah intensitasnya, dengan sesapan mendalam dan juga sapaan lidah yang menyisip masuk, membuat kecupan mereka menjadi sebuah kecupan a la Perancis, a deep French kiss, dan jemari Skylar membelai tubuh Jian perlahan. Skylar mengalihkan kecupannya, menyapa leher jenjang Jian, menyibakkan surai panjang kecoklatan istrinya itu, menemukan aroma tubuh Jian yang terbaring pasrah di bawah tubuhnya. Aroma mawar yang mengingatkan Skylar pada wanita yang baru saja ditemuinya, wanita yang datang dari masa lalunya dan membuatnya terjebak dalam labirin nostalgia, di mana ia tidak mampu menemukan jalan keluar. Skylar merutuki dirinya sendiri, karena ia melakukan perbuatan yang begitu kejam pada Jian, dan bahkan, ia membawakan Jian parfum yang sama dengan wanita lain. Skylar menatap wajah mungil Jian dengan perasaan yang berubah-ubah. Tidak hanya ada gairah, namun juga ada rasa bersalah yang merambat dalam jiwa Skylar. Ia sadar sepenuhnya bahwa ia tidak layak disanjung sebagai suami sempurna, bahkan mungkin, ia tidak layak mendapatkan cinta tulus dan suci dari Jian, perempuan yang bersamanya berikrar, tidak akan berpisah selamanya, sampai tua, sampai menjadi debu. Wajah mungil dan cantik Jian terlihat mendamba, dalam tatapan Skylar, dan saat manik kecoklatan Jian menatapnya, Skylar semakin merasa dikejar perasaan bersalah. Karena hal itu, Skylar menenggelamkan wajahnya di d**a Jian, tidak saja memberikan rangsang erotis pada tubuh Jian, namun juga menghindari tatapan Jian yang membuatnya merasa gamang. Skylar mengusap perlahan d**a Jian, meremas pelan, dan menurunkan tali spageti yang tersampir di pundak, menariknya dalam sekali sentakan, membuat apa yang mulanya tersembunyi di sana terekspose, dengan tajuk ranum menantang yang mendamba. Skylar mengusap puncak bagian tubuh sensitif Jian dengan jemarinya, begitu pelan dan lembut, Skylar berusaha memberikan rangsangan terbaik yang ia bisa, ia ingin memberikan kepuasan batin yang sempurna untuk Jian. Skylar tidak tahu, apakah hal ini dilakukannya sebagai persembahannya untuk Jian, sebagai wujud rasa cinta yang begitu besar seorang suami kepada istrinya, ataukah hanya untuk topeng semata, agar Jian tidak pernah curiga bahwa di balik punggungnya, Skylar mengobarkan hasrat dengan wanita lain. Skylar mengecup perlahan d**a Jian, memberikan sentuhan dengan lidah kasarnya, membuat Jian mendesah karena kenikmatan mulai menjalar di tubuhnya. Skylar menarik lepas gaun tidur hitam Jian, melemparnya sembarang, dan menyisakan Jian setengah telanjang, hanya celana dalam berenda yang menempel di tubuh mungilnya. Skylar mengecupi tubuh Jian, d**a, perut, membuat Jian menggeliat kegelian, sekaligus merasakan bahwa tubuhnya mulai dilingkupi rasa merinding yang menggoda, sementara ia merasakan bagian intimnya mulai membasah. Skylar membuka paha Jian perlahan, mulai mengecup paha bagian dalam dengan telaten, hingga Jian merengek kegelian, namun Skylar menolak berhenti. Pria itu meraba bagian inti Jian, menemukannya basah dan aroma kewanitaan khas tercium samar, Jian mulai terangsang dan Skylar melepas celana hitam berenda yang masih Jian kenakan, membuat tubuh Jian tergolek polos di ranjang, rambut panjangnya tergerai indah, wajah sayu Jian mendambakan Skylar berada di dalam tubuhnya. Skylar menatap Jian lekat. Praya Jianina, istrinya sangat cantik, mungkin banyak lelaki menginginkan Jian setengah mati untuk menjadikan Jian ratu dalam hidup mereka, dan Skylar, adalah seseorang yang berhasil mempersunting Jian. Jian memiliki tubuh yang seksi dan menggairahkan, bercinta dengan Jian selalu membawa Skylar ke dalam kenikmatan yang membawanya terbang menembus awan, Jian tidak pernah gagal memuaskan Skylar, tapi toh, Skylar tetap tidak bisa hanya bertahan di sisi Jian. Ia tetap saja, tidak bisa terbebas dari jebakan nostalgia yang masih lekat dalam ingatan dan hatinya, membuatnya menggoreskan noktah merah pada maghligai perkawinannya bersama Jian. Skylar tahu ini adalah sebuah kebodohan yang sangat mendasar, tetapi ia merasa sangat sulit keluar dari lingkaran ini. Skylar merasa ia mendapatkan suatu perasaan baru yang menggairahkan saat bersama wanita itu. Skylar hanya berharap bahwa ini hanyalah cinta semusim yang tak berarti, cinta yang muncul karena kisah yang belum usai, dibangun oleh suatu rasa penasaran, dan jika tiba saatnya, ia akan melupakan wanita itu, kembali pada Jian dan pernikahan mereka akan tetap baik-baik saja. Pemikiran naif yang licik. Jian tidak ingin hanya diam menantikan Skylar, perempuan itu mulai menarik bathrobe yang dikenakan Skylar, dan otot-otot liat tubuh Skylar yang dihasilkan dari latihan gym segera terpampang. Skylar memang tidak lagi muda, tapi tubuhnya atletis dan vitalitasnya masih sangat baik. Jian menyentuh abs Skylar perlahan dengan jemarinya, merasakan otot liat di perut suaminya itu, yang terlihat seperti roti sobek yang lezat. Jian bergerak semakin agresif, ia beranjak dari ranjang, lalu menyapa d**a bidang Skylar dengan bibir dan lidahnya, seolah ia sedang menikmati es krim yang lezat. Apa yang dilakukan Jian membuat Skylar mengerang. Jian adalah wanita yang aktif dalam seks, Jian tidak monoton dan ia bersedia mencoba gaya seks yang baru. Hal itu membuat Skylar senang, Jian jarang menolak variasi seks yang Skylar inginkan. Jian benar-benar ratu, yang bertingkah laku sopan dan elegan di ruang publik, namun, ia bisa menjadi jalang yang menggairahkan saat ia sedang bersama Skylar di ruang private. Meski begitu, Skylar masih saja tergoda wanita lain, di saat istrinya selalu berusaha memberikan kepuasan untuknya? Jemari mungil Jian meraba punggung Skylar, lalu turun menuju tubuh belakang Skylar yang masih ditutupi pakaian dalam berwarna navy, Jian meremas perlahan bagian itu, sambil bibir mungilnya menciumi d**a dan perut Skylar. Jemari Jian masuk dengan cekatan ke dalam celana Skylar, menemukan milik Skylar yang mengeras dan memegangnya, mengurutnya naik turun, lalu dengan cepat, Jian melepaskan penutup tubuh Skylar, membuat Skylar sama telanjangnya seperti dirinya. Mereka berdua saling meraba dan mengecup, lalu berbaring dan saling memuja dengan penuh gelora dan gairah, saling memanjakan dengan penuh nafsu. "Sky...aku menginginkannya...," lirih Jian, meminta Skylar untuk berada di dalam dirinya saat tubuhya terasa benar-benar mendamba. Skylar mengangguk cepat, membaringkan Jian perlahan di ranjang dan membuka kaki Jian lebar, menggosokkan dirinya ke pintu masuk tubuh Jian, dan perlahan bergerak, menyatukan diri sepenuhnya ke dalam tubuh Jian. Jian mendesah pelan saat Skylar memasukinya lalu menggerakan pinggulnya intens. Jian merasakan kenikmatan saat milik Skylar menumbuknya dengan irama konstan. "Kau sangat seksi, sayang." Skylar berbisik di telinga Jian, lalu menjilat dan menggigit telinga Jian, membuat Jian merinding, dan semakin b*******h. Skylar mengumpulkan tangan Jian ke atas kepala Jian dan sementara pinggulnya menumbuk-numbuk keras, sementara mulutnya melahap tubuh Jian yang bergerak rancak seiring tempo yang diciptakannya. Jian mendesah tak tertahan, ia mengagumi stamina Skylar yang selalu luar biasa, membuat Jian mendapatkan pelepasan paripurna. Jian merasa gerakan Skylar semakin lama semakin cepat, dan tidak lama kemudian, Skylar menumpahkan benihnya di rahim Jian, bahkan sebelum Jian sampai puncaknya, hal ini agak berbeda dengan biasanya dan membuat Jian merasa kecewa sekaligus bertanya-tanya. Namun, meski begitu, Jian tidak mengatakan apapun, ia menyimpan semua pertanyaan dan kekecewaannya rapat di dalam hatinya. Ia menenangkan dirinya sendiri, merangkai alasan yang masuk akal, mungkin Skylar sedang kurang fit dan sedang kelelahan, mengingat pria itu berangkat pagi dan pulang dini hari. Jian tahu bahwa Skylar selalu memberikan perhatian penuh terhadap karya yang dibuatnya, itulah mengapa film besutan Skylar selalu masuk nominasi film terbaik. Jian bangga dengan kompetensi Skylar, bisa dikatakan Skylar adalah sutradara andal yang bisa dibanggakan. Lagipula, Jian berpikir bahwa, saat ini kepuasan bukanlah sesuatu yang penting, yang terpenting adalah benih Skylar telah masuk ke dalam rahimnya, dan memungkinkan peluang kehamilan semakin besar. Jian hanya berharap percintaannya dengan Skylar ini menghasilkan janin yang akan meneruskan generasi mereka. Skylar masih berbaring di atas tubuh Jian, ia tahu bahwa staminanya sangat buruk saat ini. Skylar khawatir Jian akan mempertanyakan mengapa staminanya buruk, dan bahkan tidak mampu memberikan kepuasan bagi Jian. "Maafkan aku Ji, aku kelelahan, proses pembuatan filmku menguras tenagaku," ucap Skylar sebelum Jian berkomentar. Jian mengusap wajah Skylar perlahan. Wajah tampan itu nampak gusar, jelas bahwa Skylar tahu bahwa ia telah mengecewakan Jian. Jian tersenyum, menatap Skylar. "Tidak apa-apa yang penting, paling tidak, benihmu sudah ada di rahimku, setidaknya ada harapan aku akan hamil. Kepuasan bukan hal yang terutama saat ini," ucap Jian lembut, mencoba menenangkan Skylar agar suaminya itu terbebas dari rasa tidak nyaman karena tidak memberikan kepuasan bagi Jian. "Kita bisa tidur sebentar dan aku yakin staminaku akan membaik, dan kita bisa melakukannya lagi," ucap Skylar, mencoba menebus ketidakmampuannya memberikan kepuasan bagi Jian. Jian tersenyum, mengecup bibir Skylar perlahan. "Sudahlah, kamu sudah lelah seharian bekerja, masih juga harus menjalani program kehamilan bersamaku, ini semua tentu melelahkan, kamu harus istirahat sekarang." "Tapi, kamu belum mendapatkan kepuasan." Jian mengecup bibir Skylar lagi, mengusap kepala Skylar dengan sayang. Wajah tampan Skylar, mata teduh yang menatapnya, alis tebal, hidung mancung yang terpahat sempurna. Skylar Wistara benar-benar bagai jelmaan dewa, dengan ketampanannya yang begitu paripurna, Jian begitu memuja pria itu, dan berkali-kali menyatakan syukur karena mendapatkan suami sempurna seperti Skylar. Meski kadang, orang yang tidak mengenal Skylar menganggap Skylar adalah pria angkuh, dan dingin, tapi Jian merasakan bahwa Skylar adalah pribadi yang hangat dan menyenangkan. Skylar melimpahi Jian dengan cinta. Sebelum menikah, Jian mengenal Skylar sejak SMA, karena Skylar adalah sepupu Sonya, sahabat Jian, dan rasanya, tidak ada yang bisa memisahkan mereka, setelah mereka mengenal selama belasan tahun dan menjalani pernikahan selama lima tahun. Jian sangat yakin bahwa, seperti yang semua orang lihat, pernikahannya dengan Skylar adalah pernikahan yang sempurna. "Kepuasan bukan sesuatu yang penting, aku hanya ingin benihmu berkembang di rahimku. Aku ingin melahirkan anakmu." Skylar memberi kecupan pada bibir Jian. "Aku akan memberikan keduanya. Seorang bayi yang berkembang di rahimmu, dan kepuasan untukmu." "Aku tahu." "Tapi ini sudah menjelang pagi. Kamu harus tidur, besok kamu akan sibuk lagi dengan proses pembuatan filmmu." Skylar mengusap helai rambut Jian yang terasa halus di jemarinya, lalu memeluk Jian erat, membawa Jian ke dadanya. "Jianina, aku mencintaimu. Tidak peduli seberapa jauh aku berkelana, aku akan selalu mencintaimu." Jian menyusupkan wajahnya ke d**a bidang Skylar. "Aku tahu. Tidak peduli apapun, aku juga akan selalu mencintaimu." Skylar dan Jian saling memeluk erat, lalu tenggelam dalam mimpi yang indah. Sinar rembulan pucat menerangi dua insan yang terlelap dalam hangatnya peraduan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD