Pemeran Utama Part-3

1641 Words
    Hari-hari insecure Safitri perlahan sudah mulai hilang, perasaannya sudah semakin tenang, keesokan harinya ia hampiri guru pembimbingnya dan mengatakan bahwa ia sanggup untuk terus maju berjuang dalam perlombaan karya ilmiah tingkat nasional. Ia berangkat di damping oleh Bu Mawar menuju tempat perlombaan di Universitas Indonesia, perlombaannya hanya berlangsung selama dua hari, hari pertama seluruh peserta harus mempresentasikan karya ilmiahnya di depan para juri, sedangkan di hari keduanya pengumuman pemenangnya. Safitri mendapat urutan maju nomor 5, sembari menunggu gilirannya maju, Safitri menenangkan dirinya agar mampu optimal dalam presentasinya, peserta nomor urut 4 sudah selesai menampilkan presentasinya, kini giliran Safitri maju. Ia berhenti sejenak di depan kursi tunggunya sembari menadahkan tangan ia berdoa untuk kelancaran presentasinya, selepas berdoa ia tarik nafasnya dalam-dalam kemudian perlahan melangkah maju ke depan panggung acara yang sudah di siapkan panitia, ia buka presentasinya dengan salam dan pantun yang ia pelajari dari Dayat, kemudian ia perkenalkan dirinya dan langsung menyampaikan maretinya. Safitri secara perlahan dan teliti menyampaikan materinya, satu persatu slide dalam power pointnya ia jelaskan dengan detail dan lancar, tak terasa sudah hampir 45 menit ia menjelaskan materinya, ia tutup presentasinya dengan menggunakan pantun juga, selepas itu ia melangkah turun dari panggung.                 “Ahh…rasanya lega sekali.” Gumam Safitri dalam hati sembari menarik nafasnya dalam-dalam.               Selepas tahapan presentasi selesai, Safitri langsung kembali ke hotel tempat para peserta menginap, di dalam hotel ia baringkan tubuhnya di atas Kasur sembari memainkan HPnya untuk sedikit memberi semangat diri serta berkabar dengan teman dan mentornya Awan serta Fatih. Ia upload fotonya waktu menyampaikan presentasi yang ia dapatkan dari Bu Mawar yang saat itu ternyata mengabadikan momen Safitri presentasi dengan kamera HPnya, ia upload foto tersebut beserta tulisan ‘Alhamdullah sudah sukses melawan rasa takutku’ yang sontak saat itu langsung di balas oleh Awan, Fatih dan teman-temannya yang lain, termasuk Dayat. Mereka menuliskan ‘Selamat ya, semoga hasilnya memuaskan’ yang diiringi senyum dari Safitri merasa bahagia mendapatkan banyak dukungan.     Keesokan harinya Safitri bersama Bu Mawar langsung pergi menuju tempat acara untuk mendengarkan hasil pengumuman pemenangnya, saat itu Safitri tidak memikirkan bahwa dirinya bakal menang, yang ada dalam fikirannya hanya ‘yang terpenting gue sudah menang melawan rasa takut gue sendiri’. Satu persatu peserta datang memenuhi aula universitas Indonesia kala itu, membuat suasanya semakin menegangkan serta spektakuler, serasa seperti nonton konser musik. Acara di buka dengan sambutan dari menteri pendidikan, ketua panitia acara, hingga penyampaian forum motivasi, oleh salah satu motivator terkenal Pak Ary Ginanjar, yang semakin membuat suasanya saat itu menjadi haru serta penuh semangat. Singkat ceritanya tibalah pada saat penyampaian pengumuman pemenang, di mulai dari penyampaian juara harapan 1 hingga harapan 3, taka da satu pun nama Safitri tersebut, fikirnya kayaknya saat itu ia enggak bakalan menang, kemudian di lanjutkan dengan juara ketiga di umumkan, lagi-lagi bukan nama Safitri yang disebut. Hingga sampailah pada pengumuman juara pertama dan juara kedua yang di umumkan secara bersamaan, suasana tegang memenuhi seluruh isi aula kala itu, hingga akhirnya setelah sekitar 3 menit pembawa acara terdiam, diucapkan nama pemenang perlombaannya, jika yang berhasil menjadi juara pertama adalah Nanda Safitri dari SMK LANTERA. Sontak Safitri terkejut kala itu, hanya bisa mematung enggak percaya jika berhasil menang, spontan tubuhnya langsung di peluk oleh Bu Mawar yang saat itu menangis haru atas pencapaiannya, Safitri terdiam mematung selama 3 menit, hingga tersadar setelahnya, ia langsung sujud syukur di situ, kemudian langsung berdiri dan melangkahkan kakinya ke atas panggung yang diiringi oleh tepuk tangan dari seluruh audience yang hadir kala itu. Tanpa terasa sembari melangkahkan kaki, air mata Safitri menetes ia merasa haru atas pencapaian yang tidak pernah diduganya sama sekali, di atas panggung tangannya dijabat oleh Bapak Menteri pendidikan sembari beliau mengucapkan selamat kepadanya, kemudian Safitri dipersilahkan untuk menyampaikan sambutan di atas panggung. Di awal sambutan ia mengucapkan ucapan terima kasih buat para guru dan pihak sekolah yang sudah mendukungnya selama ini, kemudian tak lupa ia ucapkan terima kasih kepada Awan, Fatih, serta teman-teman yang selama ini memotivasinya hingga bisa berani ikut perlombaan ini, di saat itu tanpa sadar air mata Safitri kembali menetes deras sembari terdiam enggak sanggup lagi berucap, saat itu ia sembari mengingat dukungan dari mereka para mentor dan keluarga keduanya, sontak seluruh audience memberikan tepuk tangan sebagai dukungan dan motivasi kepada Safitri, ia kemudian langsung menutup pidato sambutannya. Selepas sambutan ia diberikan reward kemenangan berupa trofi, piagam, uang pembinaan serta beasiswa pendidikan S1 gratis di Universitas Indonesia. Hal itu membuat Safitri bangga serta terharu atas pencapaiannya, bahkan hingga perjalanan pulang ke Tangerang ia upload foto kemenangannya dalam medsosnya, yang sontak langsung di bombardir dengan balasan pesan dari teman-temannya dengan ucapan selamat, kini Safitri telah mencapai level baru dalam perjalanannya, ia sudah semakin mekar mendekati versi terbaik dirinya.     Hal yang sama juga dialami oleh Danila dan Mutmainnah, mereka berdua sering diikutkan perlombaan musikalisasi puisi mewakili SMK LANTERA, dengan bakat musik dan seni yang mereka miliki, mereka diajukan oleh pihak sekolah untuk mengikuti kejuaraan musikalisasi puisi tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Kemendikbud untuk memperingati hari pendidikan nasional kala itu. Tentunya tawaran yang disampaikan oleh pihak sekolah tersebut diterima oleh Mutmainnah dan Danila karena ini merupakan sebuah kesempatan besar yang tidak ingin dilewatkan oleh Mutmainnah dan Danila untuk bisa menghasilkan sebuah karya seperti teman-temannya selainnya, hampir setiap hari mereka berdua mempersiapkan diri untuk menghadapi perlombaan tersebut dengan dibantu oleh pembimbing mereka Bu Lilik, tema musikalisasi yang akan dilombakan nantinya adalah tentang masalah pendidikan, Muthmainnah dan Danila ingin menyuarakan pentingnya pendidikan non akademis bagi perkembangan siswa disamping pendidikan akademis, mereka berdua terinspirasi dari pengalaman pribadi mereka yang selama ini banyak terbantu tumbuh serta berkembang melalui rohis.               Sudah hampir satu bulan mereka berdua menjalankan persiapan perlombaan, kini tibalah pada hari perlombaan yang berlangsung di JCC Kemayoran Jakarta, pagi itu hujan deras sedang mengguyur kota Tangerang sejak dini hari, hujan turun dengan begitu derasnya hingga mengakibatkan sungai Total persada yang membelah desa Sangiang dan Kutabumi tempat tinggal Muthmainnah meluap dan terjadilah banjir besar memutus akses ke desa Sangiang tempat SMK LANTERA berada. Pagi itu Danila dan Bu Lilik sudah berada di sekolah untuk bersiap berangkat menuju tempat pelaksanaan perlombaannya, rumah Bu Lilik dan Danila memang tidak terlalu jauh dari sekolah dan juga tidak terkena dampak dari terjadinya musibah banjir hari itu, Bu Lilik bersama Danila berharap-harap cemas menanti kehadiran Muthmainnah yang tak kunjung datang ke sekolah, mereka berdua sesekali menengok jam tangan mereka yang semakin lama semakin berdetak maju.     “Danila, kamu tau Innah ke mana? Ini sudah jam segini belum datang juga anaknya.” Tanya Bu Lilik kepada Danila sembari cemas sesekali melihat jam tangannya.     “Maaf Bu, Ila juga enggak mengetahui Innah sekarang sedang di mana. Tidak biasanya Innah kayak begini Bu, biasanya dia selalu tepat waktu datangnya, jangan-jangan dia sedang ada kendala Bu.” Jawab Danila yang kebingungan dan cemas menunggu kedatangan Muthmainnah.     Dua jam lagi acara pembukaan perlombaan akan dimulai, sedangkan perjalanan menuju tempat acara membutuhkan waktu satu jam setengah, Muthmainnah masih belum juga menunjukkan kehadirannya, Danila dan Bu Lilik merasa semakin begitu cemas ketika mencoba menghubungi Muthmainnah selalu tidak bisa, setelah untuk kesekian kalinya mereka mencoba untuk menghubungi Muthmainnah akhirnya telfonnya diangkat olehnya, hati Bu Lilik dan Danila agak sedikit tenang.     “Assalammualaikum Bu, maaf tadi HP Innah belum dinyalakan Bu. Maaf juga Bu menunggu lama, ini Innah sedang ada musibah, jalan di Total persada tidak bisa dilewati karena banjir Bu, ini Innah juga masih bingung bagaimana caranya bisa ke sekolah.” Ucap Mutmainnah dalam telfon sembari terengah-engah kebingungan.     “Wa’alaikumsalam Innah, Ya Allah. Kamu di sana sendirian? Apakah tidak ada yang bantu kamu untuk menyeberang? Kalau ada yang bisa bantu kamu menyeberang nanti Ibu akan jemput di sana.” Ujar Bu Lilik merasa cemas kepada Mutmainnah.     “Innah sejak tadi juga sudah menunggu pertolongan bersama para warga dan teman-teman yang juga mau ke sekolah Bu, akan tetapi masih belum ada pertolongan, Innah bingung Bu. Apalagi perlombaannya sebentar lagi dimulai, Innah takut kita tidak keburu sampai di perlombaan nantinya Bu, Innah juga enggak mau mengecewakan impian Danila, kita sudah bersama-sama berjuang sejauh ini Bu, Innah bingung harus bagaimana.” Ucap Mutmainnah sembari cemas serta sedih dengan musibah yang terjadi.     “Oke Innah kamu tenang dulu ya, Ibu akan coba minta bantuan ke dinas BNPB kota Tangerang agar bisa membantu kamu menyeberang, kamu tenang ya sabar nunggu di sana dahulu.” Ujar Bu Lilik menenangkan Muthmainnah.     Sudah hampir tiga puluh menit Muthmainnah menunggu dengan cemas, akhirnya datanglah sebuah bantuan dari dinas pemadam kebakaran kota yang mengirimkan bantuan berupa perahu dan mobil pemadam untuk digunakan menyeberangi banjir yang membelah desa Sangiang dan Kutabumi tersebut, selepas Muthmainnah berhasil menyeberangi banjir, ia dijemput oleh Bu Lilik dan juga Danila untuk langsung menuju tempat pelaksanaan perlombaan sembari berharap-harap cemas supaya tidak terlambat. Ujian yang datang bukan untuk melemahkan melainkan mampu menguatkan, satu jam lebih tiga puluh menit perjalanan menuju tempat perlombaan ditempuh, mereka akhirnya sampai ke tempat penyelenggaraan acara perlombaan tersebut. Ketika mereka sampai di tempat acara, saat itu acara perlombaan sudah berlangsung, beruntungnya mereka masih akan tampil pada urutan nomor tujuh, sedangkan saat itu yang peserta yang tampil baru nomor urut empat, mereka merasa legah masih diberikan kesempatan untuk bisa ikut perlombaan meskipun kehadiran mereka dalam acara tersebut terlambat dikarenakan musibah banjir yang dialami oleh Mutmainnah, sebelum giliran mereka maju untuk menampilkan karya mereka, mereka mempersiapkan diri mereka dengan sebaik mungkin, mengontrol serta menata psikologis mereka agar bisa optimal dalam penampilannya, ada satu pesan yang disampaikan oleh Bu Lilik kepada mereka berdua sebelum mereka tampil agar mereka bisa totalitas dalam penampilannya, pesan tersebut dari Bu Lilik tersebut berbunyi.     “Kita semua untuk bisa sampai di sini, perjuangannya tidak mudah, sudah banyak dinamika yang sudah kita hadapi bersama, Allah maha baik kepada kita. Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bisa tampil pada kejuaraan ini, sehingga ini waktunya kita mensyukuri nikmat yang sudah diberikan Allah kepada kita dengan cara kita harus bisa optimal dalam kejuaraan ini, ini kesempatan kalian untuk mengukir karya diri, so semangat buat kalian you can do it.” Ucap Bu Lilik dengan menggebu-gebu yang membuat Danila dan Mutmainnah merasa berkobar semangatnya.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD