Pertemuan 5 arah

1463 Words
    Layaknya sebuah pertemuan, ia bisa menemukanmu dengan banyak orang serta membiarkanmu memeluk erat tangis mereka sembari kau menahan perih luka di d**a, saling berbagi serta menguatkan langkah bersama-sama.     Hari-hari mereka berlima di sekolah tidak hanya berisikan tentang kisah angka-angka akademis saja, melainkan juga diwarnai dengan cerita bertumbuh mereka dalam satu wadah bernama rohis (kerohanian islam), inilah yang membedakan antara remaja pada umumnya dengan mereka berlima. Dayat, Safitri, Danila, Mutmainnah dan Wawan mengikuti satu ekstrakulikuler yang sama yaitu rohis, melalui rohis inilah kisah pertemuan mereka berlima di mulai.      Ping… Malam itu selepas sholat isya’ ada pesan masuk di HP mereka berlima, pesan itu berasal dari Indah senior rohis.     “Assalammualaikum adik-adik sekalian, perkenalkan nama saya Indah dari rohis, saya mau menginfokan kepada kalian kalau besok sepulang sekolah kita ada kumpul perdana rohis di ruang aula sekolah, jangan sampai terlewatkan.” Isi pesan kak Indah yang dikirimkan kepada mereka berlima.     “Wa’alaikumsalam kak... baik kak, insya Allah datang kak.” Balasan mereka atas pesan kak Indah.     Keesokan harinya sepulang sekolah Dayat, Safitri, Danila, Mutmainnah, dan Wawan berkumpul bersama anak-anak lain yang juga mendaftarkan diri mengikuti ekskul rohis, ada sekitar sepuluh anak selain mereka berlima yang ada di dalam aula sekolah. Sore itu mereka menunggu hampir lima menit di dalam aula untuk dimulainya acara pertemuan pertama ekskul rohis, saat itu Dayat duduk bersebelahan dengan Wawan di bangku depan baris kedua dari sisi kanan meja guru, di situlah mereka berkenalan satu sama selainnya, Dayat memulai pembicaraan sembari mengulurkan tangan kanannya kepada Wawan.     “Salam kenal ya, nama gue Dayat dari kelas X Farmasi klinis dan komunitas 2.” Ucap Dayat sembari megulurkan tangan kanannya untuk berjabatan dengan Wawan.     “Eh…iya… gue Wawan dari kelas X Farmasi klinis dan komunitas 1.” Jawab Wawan sembari mengulurkan tangan kananya meraih ajakan jabat tangan Dayat.     Sedangkan Safitri duduk bersebelahan dengan Danila di meja ketiga deretan bangku paling kanan meja guru, mereka juga sedang asyik saling berkenalan satu sama lainnya, Safitri memulai pembicaraan dengan Danila.     “Perkenalkan gue Safitri dari kelas X Farmasi klinis dan komunitas 2, nama lu siapa?” Ucap Safitri sembari mengulurkan tangan kanannya kepada Danila untuk berjabat tangan.     “Gue Danila dari kelas X Farmasi klinis dan komunitas 3, salam kenal ya.” Jawab Danila sembari mengulurkan tangan kananya meraih uluran jabat tangan Safitri. Sedangkan Muthmainnah duduk bersama kedua teman sekelasnya yang juga mendaftar ekskul rohis, yaitu Fadhila dan Merliawati.     Tidak lama setelah itu terdengar langkah kaki dari luar pintu aula sekolah, langkah kaki tersebut sedang melangkah masuk ke dalam aula, terlihat sosok wanita tinggi berbadan kurus dengan kerudung dan kaca mata menempel di wajahnya. Ia melangkah masuk ke dalam aula menuju panggung aula sekolah, sembari berdiri di panggung Indah memperkenalkan dirinya.     “Assalammualaikum adik-adik sekalian, selamat datang dan terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk mengikuti pertemuan pertama ekskul rohis, perkenalkan nama Saya Indah, panggil saja saya Kak Indah, saya dari kelas XI Farmasi klinis dan komunitas 1, saya di sini sebagai kakak pembimbing kalian di rohis, oh iya Kakak kan belum mengenal kalian satu persatu, untuk awal-awal kita perkenalan diri dulu ya? Ada yang mau maju duluan?” Ucap kak indah menghentikan kebisingan suara di dalam aula.     “Saya duluan kak.” Ujar Dayat dengan antusias.     “Baiklah kamu duluan, nanti urut aja ya langsung setelah itu sebelahnya, silahkan maju memperkenalkan diri.” Ucap Indah sembari menunjuk Dayat.     Dayat langsung berdiri sembari memperbaiki seragam serta dasi yang menempel di badannya supaya terlihat lebih rapi, ia dengan percaya dirinya melangkahkan kakinya maju menuju panggung aula, sembari menghadap ke bangku tempat anak-anak lainnya duduk, ia memperkenalkan dirinya.     “Bang Sarkum beli sepatu… Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh…” Ucap Dayat dengan percaya diri di depan panggung aula.     “Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.” Jawab kompak seluruh anak di dalam aula.     “Perkenalkan nama Saya Dayat, saya berasal dari kelas X Farmasi klinis dan komunitas 2, salam kenal buat kalian semua.” Ucap Dayat dengan tegas dan lancar memperkenalkan dirinya.     “Baik terima kasih, selanjutnya kamu silahkan maju.” Ucap Indah sembari menunjuk Wawan untuk maju memperkenalkan dirinya.     Gemetar dan keringat dingin tangan Wawan saat itu, ia pelankan mengangkat badannya dari kursi tempat duduknya sembari sesekali tangannya mengusap keringat yang keluar di wajahnya, ia sedang gugup saat itu. Ia melangkah pelan-pelan ke panggung aula dengan posisi kepala melihat ke bawah. Sesampainya di atas panggung aula, ia menghadapkan dirinya ke bangku tempat duduk teman selainnya, dengan wajah merunduk sembari sesekali curi pandang ke depan ia memperkenalkan dirinya.     “Ass…salammualaikum… semuanya, perkenalkan nama saya Wawan dari kelas X Farmasi klinis dan komunitas 1, salam kenal.” Ucap Wawan sembari terbata-bata karena menahan demam panggungnya.     Setelah Wawan sesi perkenalan diri dilanjutkan oleh Danila, Safitri, Mutmainnah dan teman-teman yang selainnya, dari sesi perkenalan tersebut mereka sudah saling mengenal antara satu dengan yang selainnya. Ada yang menarik dari sesi pengenalan diri tersebut, yaitu ekspresi dan fokus Danila ketika melihat Wawan memperkenalkan diri, seakan-akan fokus matanya tidak bisa berhenti mengamati setiap detail yang dilakukan Wawan, dalam fikiran Danila ia ‘tertarik’ dengan Wawan, meskipun saat itu merupakan pertemuan pertama kalinya bagi mereka berdua, tapi entah kenapa Danila merasa tertarik kepada Wawan, baginya Wawan merupakan pribadi yang berbeda ada yang spesial dari dalam diri Wawan yang menarik perhatian Danila, dari sinilah mucul benih ‘rasa penasaran’ dari dalam diri Danila kepada Wawan.     “Oke adik-adik sekalian, sudah pada kenal semua kan? Untuk kegiatan rohis selanjutnya akan diadakan pada hari sabtu jam 09.00 Wib di sanggar belajar Al-Aqli ya! Jangan sampai terlewatkan.” Ucap Indah dari atas panggung aula.     “Maaf kak saya mau Tanya, kenapa kok kegiatannya tidak di sekolah?” Sahut Safitri sembari mengangkat tangan kanannya.     “Oh… kalau di sekolah kan tempat dan ruang yang ada terbatas dan tidak kondusif untuk mengadakan kegiatan, kebetulan juga untuk beberapa program rohis kita bekerja sama dengan lembaga Al-Aqli, jadi nanti kita belajar juga di Sanggar Al-Aqli, karena di sana lebih kondusif dan pastinya seru.” Ucap Indah dengan pelan dan jelas menjelaskan kepada semua anak.     “Baiklah kak, insya Allah bisa datang.” Ucap Safitri disertai anggukan kepala seluruh anak yang ada di aula.     “Oke, kalau begitu forum pertemuan hari ini saya akhiri, kalau nanti kalian ada pertanyaan bisa hubungi nomor kakak ya! Sampai jumpa besok pagi adik-adik, Assalammualaikum.” Ucap Indah menutup pertemuan hari itu.     “Wa’alaikumsalam…” Ucap seluruh siswa menjawab ucapan salam penutup dari Indah.     Rasa penasaran Danila kepada Wawan masih terus terbayang-bayang dalam fikirannya, ia mencoba mencari-cari alasan mengapa dalam intusinya merasakan bahwa Wawan merupakan sosok yang berbeda di mata Danila, selepas pertemuan perdana rohis tersebut keesokan harinya selama di sekolah Danila mencoba curi-curi pandang dengan mengamati kelas Wawan yang memang berdekatan dengan kelas Danila, sesekali ketika jam istirahat Danila melewati kelas Wawan sembari pandangan matanya mencari-cari sosok Wawan. Berkali-kali mengamati Wawan, Danila mengamati jika Wawan anaknya sangat pendiam, di kelas ketika temannya sedang asyik bermain atau mengobrol dengan selainnya, Wawan lebih memilih menyendiri dan asyik dengan dirinya sendiri, melihat hal tersebut Danila merasakan sedang bercermin ketika melihat Wawan, ia merasakan jika apa yang dialami oleh Wawan sama seperti yang sedang ia alami, merasa kesulitan berteman dengan banyak orang, melihat hal tersebut membuat rasa penasaran Danila kepada Wawan semakin besar.     Tibalah pada hari pengenalan sanggar belajar Al-Aqli tiba, Sabtu pagi kala itu langit Tangerang sedang baik-baiknya ia begitu cerah berwarna biru menyertai satu per satu dari mereka berlima sudah datang ke sanggar belajar sesuai dengan alamat yang diberikan Indah lewat pesan di HP mereka masing-masing, Wawan menjadi anak pertama yang datang duluan ke sanggar, kemudian disusul Danila, Safitri, Mutmainnah dan yang selainnya. Kecuali Dayat yang pagi itu belum menunjukkan dirinya, jam sudah menunjukkan pukul 09.00 Wib, mereka disambut oleh Indah dan Utari kakak Pembina senior mereka di rohis.     “Assalammualaikum adik-adik… selamat datang di sanggar belajar Al-Aqli, silahkan masuk jangan malu-malu.” Ucap Indah dan Utari saling bersahutan mempersilahkan adik-adik kelas mereka masuk ke dalam sanggar.     Indah dan Utari mengajak adik-adik kelas X baru bersafari melihat kondisi sanggar belajar Al-Aqli, sembari menunggu kedatangan Dayat.  langkah kaki mereka diawali dari memasuki ruang tamu sanggar belajar, sebuah ruang berukuran 5 x 3 meter persegi di sana terdapat rak-rak kayu perpustakaan berisi berbagai buku bacaan, sedangkan di dindingnya menempel banyak pajangan foto kegiatan dan beberapa surat legalitas lembaga Al-Aqli, ada juga beberapa trofi berjejer di papan kayu yang melekat pada dinding bercat orange ruang tamu sanggar, yang menarik perhatian anak-anak adalah ada tulisan berbunyi ‘kontribusi dan kebermanfaatanmu dalam perbaikan masyarakatlah yang menjadikan hidupmu tidak hanya sekedar lewat’ bercat hitam kontras melekat di tembok ruang tamu sanggar belajar.     Tak lama ketika mereka sedang melihat ruang tamu sanggar belajar, dari luar halaman sanggar terdengar suara motor berhenti kemudian disusul dengan suara salam dari Dayat, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, buru-buru Indah menghampiri Dayat di depan sanggar.     “Assalammualaikum kak... maaf agak telat, soalnya tadi nunggu motor saya di pakai sama Bapak saya.” Ucap Dayat kepada Indah yang menghampirinya di depan halaman sanggar.     “Wa’alaikumsalam… Iya tidak apa-apa, kebetulan teman-teman kamu masih bersafari keliling melihat kondisi sanggar belajar, masuk yuk… gabung sama yang lainnya.” Jawab Indah sembari mempersilahkan Dayat masuk bergabung dengan teman-temannya yang lain.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD