Pengakuan Kesekian

1784 Words

Aku menggigit jari. Dokter Tiana mengobati putranya yang baru jatuh dari kuda lantaran menolongku. Sedangkan Pak Aji mengobrol bersama Pak Sardi tentang insiden tadi. Aku memandang punggung tanganku yang memar, lantas teringat sesuatu. Spontan, perhatianku tertuju keluar vila di mana Iota berdiri di birai pembatas, mengamati pemandangan kota di bawah seraya mengisap rokok. Aku beranjak, berlalu mendekatinya. Ia menoleh sekilas, sebelum memerhatikan pepohonan. “Tangan lo nggak apa?” “Nggak,” jawabnya, lantas menjatuhkan puntung rokok sebelum dilumat sepatunya. Telapak tangannya tertangkap mataku. Merah. Aku menarik dan mengamati lecet di dekat garis tangannya. “Nggak apa gimana?” “Nggak nggak apa maksudnya. Sakitlah.” Ia mengibas tangannya dari genggamanku. “Kayak hati gue.” Aku mende

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD