Kebodohan Hakiki

3006 Words

Melihat keberadaanku di belakang Iota, Sabda menoleh. “Hai!” kataku sambil melambai. “Aku mau jemput kamu.” Sabda tersenyum padaku. “Oke, oke. Aku ambil tas dulu, ya!” Aku berlari gesit mengambil tas di sofa ruang tengah tadi. Memang, aku mengabarinya sedang berada di rumah Iota untuk berdiskusi. Ia menawarkan diri menjemputku sepulang dari RSJ. Menyandang tali tas ke salah satu pundak, aku melangkah ke depan. Kakiku berhenti begitu kudengar mereka mengobrol. “Kalau mau diskusi, kamu bisa kan tidak mengajak dia ke sini?” nada Sabda sarat akan peringatan. “Dia sendiri yang minta ke sini,” Iota menyengal. Wah, mereka sedang membicarakanku. Aku jadi merasa begitu penting. Kugigit jari-jari tangan gemas. “Kamu bisa menolaknya.” “Gimana gue nolak, dia yang maksa gue makan malam di ruma

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD