“Eh, Nu, kamu nggak kasih makan Angel, ya? Kenapa dia jadi kurus dan lemes gini, sih?”Dierja memandang Angel dengan mata memelas. “Nuansa nggak kasih Angel makan, ya? Maafkan Papa ya, kamu jadi tersiksa. Uluh uluh.” Ia mencium gemas kepala ular piton itu. Harusnya Dierja menjadwalkan konsultasi dengan Sabda. Aku mendesis dan bergeser ke samping. “Kenapa wajahmu?” tanyanya lagi sembari mendaratkan b****g di sebelahku. Aku menatap televisi tanpa minat. Kupindah saluran berkali-kali. Aku menopang kepala. Meski pandangan kuarahkan pada televisi, pikiranku melalang buana. Sepertinya aku banyak berbuat jahat pada orang lain sehingga nasib percintaanku semenyedihkan ini. “Ja,” panggilku. Aku memutar badan ke arahnya. “Menurut kamu, aku cantik nggak, sih?” Dierja menatapku dan menggeleng ente