chapter 04

1861 Words
Guyuran air yang datangnya dari shower, seketika membuat kepala Leo terasa dingin. Rambut yang baru saja ia cukur di salon juga terasa sejuk sampai ke ujungnya. Membuat Leo sangat betah jika lama-lama berdiam diri di bawah guyuran shower. Setelah cukup puas berkencan dengan air, Leo mematikan shower lalu memakai kimono mandi yang ia beli langsung sewaktu keluarganya berlibur ke Jepang. Sambil bersiul, Leo mengeringkan rambut basahnya sehingga sekarang tampak acak-acakan, menambah kadar ganteng yang sebenarnya tidak akan hilang karena sudah permanen melekat pada wajahnya. Ia mengambil kemeja putih dan celana jeans lalu memakainya dengan cepat karena ia akan pergi ke acara empat bulanan Mei. Setelah selesai, Leo keluar dari kamarnya dan mendengar suara sesorang yang sedang menyanyikan soundtrack film doraemon. Leo tahu siapa itu! Leo berjalan pelan menuju dapur lalu menarik kursi dengan suara serendah mungkin karena takut mengganggu acara konser seorang gadis yang tengah menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri di depan blender. Leo mendengus kecil melihat Naya yang sedang bernyanyi. Gadis munafik. Leo menjuluki Naya dengan sebutan itu. Leo merasa marah karena gadis munafik itu pandai berakting. Ketika tadi Leo datang ke sekolah membawa bekal, Naya menolaknya secara terang-terangan dengan wajah sok dewasa. Sok mengerti semuanya. Sekarang Naya kembali menjadi gadis sok polos yang terus bernyanyi lagu i***t. Leo tidak akan tertipu lagi dengan sikap Naya. Mungkin gadis itu dapat cap baik dari Mami, tapi Leo sudah tahu kalau Naya itu munafik. Leo tidak akan tertipu oleh mainannya sendiri. Pura-pura tersenyum ramah ketika Naya berjalan ke arahnya membawa segelas jus tomat. "Kakak mau?" tanyanya. Leo menggeleng tanpa mengalihkan pandangannya pada Naya. Gadis itu duduk di hadapan Leo dan dengan santainya meminum jus. Naya memasang wajah lugu seperti melupakan ucapannya beberapa jam yang lalu pada Leo. Benar-benar munafik. Naya berdeham untuk menghilangkan sepi. "Soal ucapan kakak waktu di sekolah---" "Kenapa? Gue serius. Gue bakal tunjukin sama semua orang kalau lo tunangan gue," potong Leo. Naya mengangguk pelan kemudian Leo mengangkat sebelah alisnya. "Lo terima?" Naya mengangguk lagi. Strike! Benar apa dugaan Leo. Naya itu munafik. Ia pura-pura malu padahal di dalam hati gadis itu pasti berharap menjadi tunangannya. Leo paham cewek-cewek seperti ini. Semua cewek sama saja. "Tapi, gue mau jelasin sesuatu," Naya membasahi bibir bawahnya, "tolong kakak jangan tersinggung tentang ucapan gue yang bilang kalau gue malu jadi tunangannya Kak Leo. Sebenernya gue malu ke diri sendiri." "Gue malu karena rasanya masih kaya mimpi bisa jadi tunangan Kak Leo. Gue bener-bener takut kalau Kak Leo yang malah malu jadi tunangan gue. Gue ini aneh dan nggak banget kalau disandingin sama Kak Leo yang segalanya." "Maksud lo apa?" Ya, Leo tak paham. Naya mencoba menatap manik mata Leo kemudian bergumam, "Gue malu sama mantan-mantan Kakak. Gue tahu Kakak famous di sekolah, banyak juga cewek yang nge-fans. Gue malu karena cewek biasa kaya gue jadi tunangan lo, sedangkan masih ada cewek yang lebih dari gue. Bagai upik abu dan pangeran." Dia anggep gue pangeran? Leo bertanya dalam hati. "Gue mati-matian biar anak sekolah nggak tahu gue tinggal di rumah lo. Gue takut, nggak pantes. Bukan mau ngusir lo pas tadi di sekolah, tapi, buat apa sih Kakak ke sekolah cuma buat ngasihin satu bekal isi sandwich ke cewek aneh macem gue? Itu bukan kak Leo banget. Gue nggak enak sama Kakak." Yo, ternyata cewek ini nggak munafik. Dia malu karena ngerasa nggak pantes buat lo. Dia nggak niat ngacak-ngacak harga diri lo. Leo berpikir pelan ketika suara malaikat mulai menceramahinya. "Lo suka sama gue?" dan bertanya seperti itu setelahnya. Naya menunduk, bahkan dari semu merah di pipinya saja Leo tahu bahwa jawabannya adalah iya. "Kenapa suka sama gue?" tanya Leo lagi. Naya hanya menggaruk kepalanya, tampak kebingungan. "Mungkin Kakak lupa, tapi Kakak pernah bantuin gue yang lagi di bully. Mulai daru hari itu. gue... suka." Seriusan? Leo berdeham, tak ingat. "Gue lagi khilaf mungkin waktu itu makanya nggak sengaja nolong lo. Tapi gue bukan cowok sebaik itu." "Gue tahu. Kakak berengsek." Wow. Terlalu to the point. "Tapi semua orang bisa berubah. Gue mau bantu Kakak supaya berubah jadi lebih baik." Tidak ada keraguan dari ucapan gadis bermata bulat itu dan Leo hanya ingin tertawa. Tak semudah itu mengubah tabiat seseorang "Jadi, lo pengen jadi tunangan gue? Pengen bikin gue berubah?" Leo ingin memastikan. Naya mengangguk dengan mata berbinar. Leo cukup tersentak ketika melihat senyuman yang terlihat sangat tulus dan mekar seperti sakura. "Bisa? Bikin gue berubah?" tanya Leo. "Gue nggak bisa kalau sendiri. Kita harus sama-sama." "Gue anter-jemput lo mulai hari Senin," ucap Leo mengalihkan pembicaraan. "Gue cuma mau tunangan gue aman. Lo tunangan gue, kan? Mau bikin gue berubah, kan? Bikin gue punya tanggung jawab." Leo hanya ingin mengetes kegigihan dari Naya. Ia ingin lihat sejauh mana Naya membuatnya berubah. Menjadi seperti apa? Batman? Superman? Karena di mata Leo, Naya sama saja. Munafik. Menjadikan alibi ingin merubah Leo menjadi lebih baik, tapi jika keinginan Naya sudah terpenuhi, Leo yakin kalau Naya akan berubah haluan dan meninggalkannya. Tunggu, mengapa Leo repot-repot memikirkan ini? Terserah Naya jika ingin pergi. Itu malah bagus. "Gue nggak izinin lo keluar rumah kalau nggak sama gue. Boleh pergi tanpa gue tapi cuma sama Dee." Katakanlah Leo ingin permainan ini lebih seru. "Dan jadi tunangan gue berarti lo milik gue. If I wanna kiss you?" Leo bisa melihat jika Naya gugup dan hal itu sangat menggelikan. Lugu atau cupu? Gadis itu kembali memasang wajah biasa dan menatap Leo tepat di mata kemudian mengangkat bahunya. Berkata telak, "Gue mau bikin Kakak berubah, bukan ngebuat kakak tambah rusak." *** Leo memperhatikan Axel yang sedang menggoyangkan tubuh di dance floor. Sudah tiga gelas yang Leo minum dan ia masih sadar seratus persen. Leo memijat pelipisnya kecil-kecil untuk meringankan rasa pusingnya. Bukan pusing karena minuman, tetapi entahlah karena apa. "Say, goyang dong," ujar suara seseorang. Leo hanya bisa tersenyum kecil pada seorang cewek yang tengah menyentuh lengannya dengan seksual. "Nggak deh," tolaknya dengan halus. "Kenapa? Aku bisa kok nemenin." Cewek asing itu beralih untuk memijat bahu Leo. "Cari yang lain aja, Beauty. Gue lagi males." "Aku maunya sama kamu." Leo menggeleng pelan sambil menjauhkan lengan songong sang cewek asing. "Cari yang lain aja." "One kiss?" katanya tetap mencari kesempatan. Cewek asing itu menarik wajah Leo lalu mengecup sudut bibir Leo. "b***h!" Leo langsung mendorong tubuh gadis itu sehingga para pengunjung club menoleh ke arahnya. "Jalang! Lo pikir lo siapa berani nyentuh-nyentuh gue?! Dasar sampah!!" "Yo!" Axel datang menghampiri Leo yang mulai emosinya sudah tersulut. "Tuh cewek nggak tahu lo siapa. Biarin aja, biarin." "Dia nyium gue, Sialan! Gue nggak mau bersentuhan bibir sama cewek-cewek macem mereka!" "Tenang, Yo." Leo menepis lengan Axel kemudian menggebrak meja sehingga semua pengunjung kembali pada aktifitas mereka masing-masing dan berpura-pura tidak menguping. "s**t! s**t s**t!" Leo mengusap bibirnya dengan kasar menggunakan lengan jaket, berharap bekas bibir cewek asing yang menciumnya dengan sembarangan bisa hilang. Leo jijik jika harus memberikan bibir seksinya untuk sembarang gadis. Leo masih mengumpat ketika ia sudah sampai di depan rumah. Ia buka pintu dengan kasar karena masih kesal dengan kejadian di club. Makin dibuat emosi karena ada musik i***t beserta suara memusingkan yang merusak indera pendengarannya. Leo melangkah cepat menuju tangga untuk menghampiri suara yang mengganggunya. Ia ketuk pintu kayu itu dengan cukup keras sehingga sang pemilik membukakan pintu dengan dahi berkerut. "Kak Leo kenapa?" tanya Naya, bingung. Leo tak menjawab, hanya memeluk Naya dan ambruk seketika. "Kakak kenapa?" Naya menepuk-nepuk punggung Leo mencoba membangunkannya karena sebenarnya Leo tidak pingsan. Malah, Naya merasa Leo memeluknya dengan sangat erat. "Kakak sakit?" Leo menggeleng. "Terus kakak kenapa?" Karena Leo hanya diam saja, Naya punya inisiatif sendiri untuk membawa tubuh Leo masuk ke kamarnya dan membaringkannya di tempat tidur. Naya hendak pergi mengsmbil air tetapi Leo menarik lengan Naya sehingga tubuh gadis itu ambruk di atasnya. Leo memejamkan mata untuk beberapa detik kemudian membukanya secara perlahan. "Cium gue, Dek," ujarnya, dengan suara serak. Naya langsung membulatkan mata. Kaget karena Leo menarik tangannya dan sekarang meminta sesuatu yang tak patut. "Cium, gue." "Kak...." Naya menggeleng pelan. "Ini nggak bener. Gue kan udah bilang, gue mau ngerubah lo, gue---" Cup! Leo mengangkat kepalanya sehingga satu kecupan berhasil mendarat di bibir Naya. Cup! Sekali lagi Leo mengecup bibir Naya. Kali ini lebih lembut dan pelan sehingga Leo bisa sedikit merasakan tekstur bibir Naya yang mungil. Entah setan dari mana, Leo malah menggigit kecil bibir Naya dan sedikit-sedikit mengulumnya dengan pelan. Leo membuka mata ketika Naya tidak berekasi. Naya tidak menolak ataupun membalas. Itu membuat Leo bingung. "Manis," gumam Leo dan kali ini ia mencoba mencicipi bibir Naya lebih jauh. Leo menyentuh dagu Naya agar bibir mungil itu terbuka. Ketika ia sudah mendapatkan akses, tanpa ragu lidah Leo mulai mengambil alih. Leo merasa kalau Naya hanya diam saja. Bahkan, ketika lidah Leo dengan sengaja menggoda lidah milik Naya, gadis itu benar-benar diam. Merasa gemas karena ciumannya tidak dibalas, tangan Leo mulai bertindak. Ia usap pelan punggung Naya supaya gadis itu lebih rileks dan benar saja, Naya sedikit menggerakan bibirnya walau amatir dan terkesan lugu. Leo gemas! Ia belum pernah berciuman lagi dengan gadis sepolos ini. Biar Leo tebak, ini ciuman Naya yang pertama? Mengapa Leo merasa bangga karena menjadi orang yang pertama untuk Naya? Leo mabuk dengan rasa manis dari bibir Naya sehingga sekarang ia merasa tidak ingin berhenti. Leo melupakan satu fakta kalau ciuman itu enak. Dan, rasa bibir Naya benar-benar menyenangkan! "Kak..." Leo membuka matanya ketika ia merasa sesuatu yang asin terasa di bibirnya. "Kak, ini salah...." Naya terisak dengan bibir yang ia gigit kuat-kuat. Leo mengutuk siapa saja yang membuat pepatah: bahwa cewek akan lebih mengairahkan ketika mengigit bibir. Karena itu benar! Leo ingin sekali kembali mencicipi bibir Naya tetapi ia mati rasa ketika air mata mengalir pada kedua pipi tembam milik Naya. Gadis ini menangis, dan ini karena nafsu sialannya! "Maaf." Leo menurunkan Naya dari tubuhnya. Leo duduk menghadap Naya yang terisak pelan. Leo tidak tega. "Sorry, banget. Sorry, gue nggak sengaja." Berengsek. Leo menyentuh wajah Naya sehingga sekarang mereka bertatapan.  Mengecup pelan kedua mata yang basah. "Sorry," setelah itu ia beralih untuk mengecup pelipis Naya kemudian pipi kirinya. "Gue minta maaf." Leo kecup sekali lagi pipi Naya. Naya masih terisak pelan dan mencoba menatap Leo. Bagaimana mungkin ia bisa tidak memaafkan perlakuan Leo yang memang berengsek, tapi dengan gentle-nya ia meminta maaf dengan cara semanis ini? "Mau gue peluk? Biar agak tenangan?" Leo menyentuh pelan bahu Naya kemudian membawa tubuh mungil itu pada pelukannya. Ia kecup kepala gadis itu dengan penuh penyesalan. "Sorry," ucapnya sekali lagi. "Gue juga minta maaf, Kak," balas Naya dengan suara kecil. "Lo nggak salah. Gue yang salah." "Gue janji pengen bikin lo berubah jadi lebih baik, tapi, gue malah bikin lo nyium gue." Leo malu. Rasanya harga diri dan pesona tingginya benar-benar turun. Ia selalu saja kalah dengan nafsu. "Iya, kita berdua sekarang salah. Nanti-nanti, kalau gue berubah jadi berengsek kaya gini lagi tampar gue aja jangan segan-segan. Oke? Ingetin gue. Ya?" Leo perlu menenangkan Naya dan baginya kalimat ini paling ampuh. "Maaf, ya. Maaf banget." Leo mengeratkan pelukannya dan ia merasa Naya juga membalas pelukannya tak kalah erat. "Naya sayang Kak Leo. Kakak harus berubah. Naya yang harus bikin Kakak berubah." Hening. Leo hanya mengecup pelan kepala Naya. "Tidur. Gue di sini," katanya seperi musik pengantar tidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD