Dia suamiku

837 Words
"Akh!" Joana bangkit sambil memegangi kepalanya yang sakit. Sejenak dia melihat ke sekitar, tampak Sekretaris Kang mondar-mandir sambil sibuk dengan gawainya, "Sekretaris Kang ..." "Nona! anda baik-baik saja? tunggu sebentar saya sedang menghubungi staff medis." "Hentikan. Aku baik-baik saja," "Tapi ..." "Sekretaris Kang! simpan kembali ponselmu," Sekretaris Kang memasukkan ponsel ke sakunya, karena bentakan Joana, "Anda baik-baik saja, kan? anda tiba-tiba pingsan, saya hampir saja ikut pingsan!" "Berapa lama aku pingsan?" "Hmm, sekitar tujuh hingga delapan menit," "Siall, rambutku jadi berantakan," Joana berdiri lalu menatap dirinya di cermin. "Nona, ini bukan saatnya mengkhawatirkan rambut. Nona harus menemui dokter. Kita harus memeriksakan kesehatan Nona," "Sudah kubilang aku baik-baik saja. Akhir-akhir ini aku memang sering pusing. Tapi itu tak mempengaruhi kesehatanku." "Dari mana Nona tau jika tidak diperiksa!?" "Sekretaris Kang, belakangan ini kau sangat cerewet. Kau sudah bosan hidup?" "B-Bukan begitu ... tapi, kenapa Nona bisa sakit kepala? Nona kurang istirahat? atau sedang stres?" "Uekk!" Joana menutup mulutnya. Rasa mual dan sakit kepalanya mulai kumat lagi. "Nona, anda masuk angin?" Sekretaris Kang penasaran. "Mungkin saja. Kau, berhentilah heboh. Jika Wooseok atau ayah mendengar sesuatu, kau mati." "Hah, makanya anda harus periksa ke dokter." "Menurutku ini sakit biasa. Hah, menyebalkan sekali, sekarang aku ingin makan sesuatu yang manis," "Nona, sepertinya penyakit ini tidak asing. Ah, tapi tidak juga, sepupuku tidak sampai pingsan sih," "Maksudmu?" "Sepupuku, dia mual dan tiba-tiba ingin makan sesuatu. Ah tidak mungkin, pingsan tak termasuk di dalamnya. Lagipula, Nona tak mungkin menderita penyakit itu, Nona bisa dikatakan tak punya suami. Wooseok hanya karyawan." "Penyakit apa maksudmu? jangan bertele-tele!" "M-Mengidam, dan mabuk ..." "Mengidam dan mabuk?" "Itu terjadi jika wanita sedang hamil muda. Eiii mana mungkin Nona hamil, Nona dan Wooseok tak melakukan hal itu, kan?" Sekretaris Kang tersenyum menatap Joana. Joana terdiam lalu menjambak rambutnya sendiri. Ekspresi Sekretaris Kang akhirnya berubah, "Nona ... jangan katakan kalau anda ... a-anda dan Wooseok ...." "Ini hanya masuk angin," Joana mendorong Sekretaris Kang keluar, lalu membanting pintu, "Jangan bicara omong kosong, kerjakan pekerjaanmu dengan baik!" seru Joana. "Ya ampun. Apa Wooseok naik pangkat? dia bukan lagi karyawan kontrak, melainkan karyawan tetap?" Sekretaris Kang terbelalak tak percaya. Sementara itu, Joana kembali menatap dirinya di cermin. Lalu menyentuh perutnya, "Bagaimana bisa? apa makhluk lain benar-benar hidup di perutku?" Joana terpana. Ada perasaan aneh yang muncul dari dalam dirinya. Perasaan asing yang anehnya begitu nyaman. Tanpa sadar Joana tersenyum, "Ah, mana mungkin. Itu hanya tebakan bodoh dari Sekretaris Kang," Joana berbalik, lalu duduk di kursinya dengan hati-hati. "Apa aku harus memastikan ke rumah sakit? aih ... menurutku tidak. Kami baru melakukan itu ... tiga kali? ah empat kali. Apa manusia bisa hamil secepat itu?" Joana dengan alami menggosok-gosok perutnya. Beberapa menit kemudian, dia tersadar lalu menghentikan tangannya, "Apa yang aku lakukan? aku tak mungkin hamil. Tapi ... baiklah, aku akan memeriksanya jika aku kembali sakit kepala dan mual sekali lagi." *** "Jo, kau baik-baik saja?" Wooseok memasuki kamar, lalu langsung menaruh tangannya ke dahi Joana. "Kenapa tiba-tiba memeriksaku? aku baik-baik saja." "Bibi Kim bilang kau tak nafsu makan, dan tak enak badan," Joana menarik nafas, lalu menggenggam tangan Wooseok dengan lembut, "Aku baik-baik saja, Bibi Kim terlalu khawatir." "Jika kau sakit, kau harus segera memberitahuku," "Hmm, baiklah Tuan Wooseok, aku akan memberitahumu," Joana mengusap rambut Wooseok lembut. "Besok akhir pekan. Kau mau melakukan apa?" "Besok aku ada janji. Tapi siangnya kita bisa melakukan apapun yang kau mau," Joana membaringkan dirinya dengan elegan, beralaskan kaki Wooseok sebagai bantalnya, "Sebenarnya aku tak ingin memeriksakannya. Tapi ... aku ingin memberi kabar baik kepada laki-laki lugu ini. Makhluk kecil, kuharap kau benar-benar ada di dalam diriku," batin Joana sambil memegangi perutnya. "Kalau begitu, aku akan memasakkan makanan untukmu di siang harinya," ucap Wooseok sambil mengecup dahi Joana. "Kau bisa memasak?" "Tentu saja bisa. Kau lupa? sebelum bertemu denganmu, aku hanya pekerja paruh waktu yang tak punya cukup uang untuk membeli makanan di luar." "Baiklah, kalau begitu masak yang enak." "Kau ingin makan apa?" "Apapun. Asal jangan masukan sawi." "Hahah, Bibi Kim ternyata benar. Kau musuh bebuyutan sawi?" "Aku tak bisa berdamai dengannya." "Baiklah, aku takkan memasukkan musuhmu dalam hidanganku." "Hmm, terimakasih," "Kau mengucapkan terimakasih? aku tak salah dengar?" "Hmm, aku belum pernah berterimakasih padamu. Terimakasih karena mau menerima tawaran gilaku waktu itu. Terimakasih telah bekerja disini, terimakasih karena telah menjadi suamiku." "Aneh mendengarmu bicara seperti itu." "Kau masih menyimpan surat perjanjian kita?" "Tentu saja." "Jangan simpan lagi. Hancurkan saja." "Maksudmu? aku ..." "Hmm, ayo daftarkan pernikahan kita. Kau bukan Park Wooseok karyawan LJ Entertainment lagi. Ayo buat namamu berada di kartu keluargaku. Park Wooseok, suamiku. Selamanya." Wooseok sangat gembira hingga tak bisa bicara apapun. Dia memeluk Joana erat. Perasaannya saat ini tak bisa dilukiskan. Joana pun sama. Dia tak sabar ingin menunjukkan Wooseok kepada dunia. Menggandeng Wooseok dengan bangga di depan media. Joana ingin dengan bebas mengatakan, "Ini dia, laki-laki tampan dengan perasaan lembut ini, adalah suamiku. Dia suamiku." *** Pukul dua belas lewat empat puluh lima menit siang hari. Kehebohan terjadi di rumah Tuan Lee. Wooseok uring-uringan dan tampak sangat panik. "Ayah. Bangunlah, kumohon bangunlah!" TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD