Perasaan

691 Words
Satu hari setelah keluar dari rumah sakit. Joana berbaring di tempat tidurnya, sementara dokter keluarga memeriksa kesehatan Joana. Tuan Lee mencemaskan kesehatan putrinya namun Wooseok meyakinkan Tuan Lee bahwa Joana baik-baik saja. Sekretaris Kang sibuk mengurus urusan perusahaan. Bibi Kim mengurusi dapur memastikan Jo makan makanan yang bergizi. Sementara Wooseok selalu mondar-mandir di kamar, menyuapi makan, memastikan Joana minum obat. Kadang Joana secara tak sengaja tersenyum melihat tingkah Wooseok yang ceroboh saat berjalan, kadang terlalu kaku saat menyuapi Joana. Joana kadang terbangun dan melihat Wooseok tidur terduduk di samping tempat tidurnya. Wajah itu semakin lama semakin indah, dan Jo merasa seolah saat sakit ini adalah saat terbaiknya. “Nona, kenapa anda keluar kamar? anda belum sembuh,” Bibi Kim dan para pelayan segera menunduk seketika, tidak menyangka Joana keluar dari kamarnya dan menuju ke dapur. “Kenapa? kalian senang aku tidak keluar kamar, kan? kalian menahanku di kamar, dan kalian bisa bebas berkeliaran dan memasak apapun sesuka kalian,” “Maaaf Nona, kami tidak berani. Kami semua mengkhawatirkan anda. Kami senang anda sudah terlihat sehat,” Bibi Kim kembali menunduk dan diikuti yang lain. “Teruskan memasak!" “Baik Nona,” semua menunduk menunggu hingga Joana beranjak, “Kenapa diam saja? teruskan memasak, aku ingin lihat, apakah kalian memasak dengan benar atau tidak." “Baik Nona!” jawab semuanya serentak, lalu satu persatu kembali pada posisinya. Joana terus mengawasi para pelayan sambil melihat kesana kemari. "Nona, Nona sedang mencari Tuan Wooseok?" ucap Bibi Kim ketika melihat Joana yang seperti sedang mencari seseorang. "Siapa yang nyari dia? sembarangan." Joana memasang tampang judes. "Tuan Wooseok sedang di beranda, bersama Nona Seulgi. Seperti biasa Nona Seulgi membawakan makanan untuk Tuan Muda." "Apa!" Mendengar perkataan Bibi Kim, Joana langsung berlari ke ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu, Joana mengintip ke beranda, melalui jendela rumahnya. "Wanita itu mengesalkan sekali. Kenapa dia terus saja menemui suamiku? arggh!" Joana berlari masuk ke kamarnya, lalu membanting pintu, "Harus kuapakan dia? apa perlu kucakar? atau kujambak saja rambutnya? sialann, sialann!" Joana mengacak-acak tempat tidurnya karena kesal. Senentara itu, di beranda Wooseok dan Seulgi masih terus berbicara. Beberapa menit kemudian, Wooseok menatap jam tangannya, "Maaf Seulgi. Ini waktunya Joana minum obat, aku harus masuk sekarang," "Apa Oppa yang harus memberinya obat? pelayannya kan banyak." "Hmm, itu sudah tugasku. Kau pulang saja sekarang, terimakasih makanannya. Tapi ... lain kali jangan membawa makanan lagi, aku tak enak selalu merepotkanmu." "Oppa tak keberatan. Jangan merasa tak enak segala. Ya sudah kalau begitu aku pulang, semoga Joana Eonni cepat sembuh," Seulgi berbalik, "Semenjak wanita itu sakit. Oppa sangat memperhatikannya,. Ah, aku kesal sekali," batin Seulgi. "Seulgi, hati-hati pulangnya," ucap Wooseok. Seulgi hanya mengangguk dan terus berjalan sambil menunduk, "Karena wanita sombong itu, Oppa kurang memperhatikan aku belakangan ini. Ingin rasanya aku menjambak rambutnya." *** Setelah Seulgi pergi, Wooseok langsung mempersiapkan obat untuk Joana, dan memasuki kamar. "Jo, waktunya minum obat. Bibi Kim sedang sibuk. Biar aku yang membantumu," Wooseok menaruh obat di meja samping tempat tidur Joana. "Kau harusnya tau. Aku benci obat! tak perlu! aku tak mau minum," Joana bicara dengan nada yang agak tinggi, dan terdengar kesal. Efek melihat Wooseok dan Seulgi di beranda beberapa saat yang lalu. "Tapi kau tetap harus minum obat, afar bekas operasinya cepat sembuh. Buka mulutmu," Wooseok menyodorkan obat kepada Joana. Joana menepis tangan Wooseok, dan ... prang! Joana melempar nampan yang berisi obat dan air minum ke lantai, hingga hancur berantakan, "Sudah kubilang, aku tidak mau! apa kau tuli!?" Wooseok menghela nafas, lalu mengepalkan tangannya untuk menahan amarah, "Kau ... kenapa mulai lagi?" Wooseok menatap Joana, tepat di matanya, "Tempramen burukmu itu bisakah sedikit dirubah? kenapa tiba-tiba menggila lagi. Apa yang salah sekarang? kau sebenarnya kenapa?" "Kau masih tanya kenapa? sudah kubilang aku tak mau minum obat! Qku benci obat!" "Kau membenci obat. Kau benci rumah sakit. Kau benci segalanya. Kenapa tak ada satupun yang kau sukai? sadarlah Jo! jika kau tak suka dengan semua hal, bagaimana kau bisa hidup!? "Tapi aku menyukaimu!" mendengar pernyataan Joana. Wooseok seketika terdiam, Joana menatap Wooseok dengan matanya yang bening, lalu menarik nafas dalam, "Sekarang, aku punya satu hal yang kusukai. Apa hanya dengan menyukaimu masih belum cukup untukku hidup?" TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD