"Sekarang, aku punya satu hal yang kusukai. Apa hanya dengan menyukaimu masih belum cukup untukku hidup?" Joana masih menatap Wooseok lekat. Namun, tiba-tiba dia tersadar lalu menutup mulutnya, "A-Aku baru saja bicara apa? Aishh Joana, apa kau sudah tidak waras?" Joana mengutuk dirinya sendiri.
Sementara itu Wooseok terbelalak. Dia salah tingkah, tak berani melihat Joana sama sekali. Wooseok melihat sekeliling, lalu pandangannya berakhir pada nampan dan gelas yang pecah di lantai.
"I-Itu ... Bibi Kim! tolong, ada yang pecah disini!" teriak Wooseok, lalu berlari keluar kamar dan menutup pintu.
Setelah menutup pintu, Wooseok membatu, lalu menyandarkan dirinya dengan lemah ke dinding, "W-Wanita itu ... apa yang baru saja dia bicarakan?" Wooseok menaruh tangan di dadanya, lalu menutup mata, "A-Aku tak salah dengar, kan? dia baru saja bilang ..." Wooseok tak bisa berkata-kata. Wajahnya memerah, telinganya tak kalah merah, dan kepalanya terasa panas.
Di dalam kamar, Joana berguling-guling di tempat tidurnya, sambil memukul kepalanya sendiri, "Aaa! dasar bodoh. Memalukan sekali, Joana kau sungguh memalukan! Argg! sialannn," Joana menutup dirinya dengan selimut lalu berputar-putar sambil menggigit bantal.
Tak berapa lama, Wooseok yang tadinya berdiri di luar kembali masuk ke kamar. Melihat Wooseok, Joana segera merapikan rambutnya dan duduk dengan wajah dingin andalannya.
"J-Jo ... bisa kau ulang? ulangi sekali lagi," Wooseok menatap Joana penuh harap.
"U-Ulang? apa yang harus kuulangi?"
"Kalimat yang tadi kau ucapkan, bahwa kau menyukaiku,"
"I-Itu ... maksudku ... s-sebenarnya, itu ..." wajah Joana memerah, dia bingung dan salah tingkah.
Perlahan Wooseok mendekati Joana, "Dengan kau menyukaiku saja, bukan hanya dirimu. Tapi, itu juga sudah cukup buatku untuk hidup. Karena ... entah mengapa kurasa, aku tak bisa hidup tanpamu."
Mereka saling menatap. Menelusuri setiap inci wajah satu sama lain. Setelah beberapa detik, tiba-tiba Joana melumat lembut bibir Wooseok. Ciuman manis dan hangat itu, mendarat mulus di bibir Wooseok yang kini sedang terdiam seperti manekin. Setelah beberapa saat, Joana melepaskan ciumannya. Tampak Wooseok terkejut dengan ekspresi aneh, wajah dan telinganya semakin memerah. Wooseok mundur beberapa langkah, dan kembali melihat nampan dan pecahan gelas di lantai.
"B-Bibi Kim! tolong, disini ada yang berantakan!" Wooseok kabur, dia keluar dari kamar dengan kecepatan cahaya, menutup pintu kamar, lalu kembali bersandar dengan di pintu.
"Y-Ya ampun ..." Wooseok memegangi bibirnya, "A-Aku tidak sedang bermimpi, kan?" plak! Wooseok menampar dirinya sendiri, "Sakit! hahaha, akhirnya, akhirnya!" Wooseok melompat kegirangan.