Wooseok tersandar sambil terus tersenyum seperti orang gila. Ditengah keterkejutannya Bibi Kim akhirnya menghampiri Wooseok dengan berlari.
"Tuan Wooseok. Ada apa? kenapa dari tadi memanggil."
"Bibi Kim ... ada ..." Wooseok terkekeh sambil memegangi dadanya?"
"Ada apa? ada yang sakit?" Bibi Kim keheranan.
"Ah, i-itu ... ada yang berantakan, hatiku ... eh maksudnya gelas pecah di kamar. Pastikan dibersihkan dengan benar, jangan ada satu serpihan pun yang tersisa di lantai. Jika masih ada serpihan, nanti bisa melukai kaki Joana, tolong yah, Bibi Kim ..."
"Baiklah ..." Bibi Kim hendak masuk ke kamar. Namun, dia masih terus berdiri di depan Wooseok, "Tuan Muda ..."
"I-Iya, ada apa?"
"Saya mau masuk ke kamar,"
"Ya silahkan,"
"Bagaimana mana saya bisa masuk jika Tuan bersandar di depan pintu seperti ini?"
Wooseok tersadar lalu memukul dahinya, "Benar juga," Wooseok segera menyingkir, "Silahkan, Bibi Kim ..." ucapnya sambil terus cengengesan.
"Tuan Muda ..."
"Hmm, ada apa?"
"Kenapa Tuan malah berdiri di luar? Tuan tak masuk ke dalam?"
"Ah, belum berani masuk, hehehe,"
"Kenapa? apa Nona sedang kesal? Tapi jika Nona kesal ... kenapa Tuan malah terus saja senyum seperti ini?"
"Hehehe, jangan pedulikan aku. Tolong bersihkan sebersih-bersihnya yah, Bibi Kim," ucap Wooseok lalu segera berlari ke dapur, "Minum, aku butuh minum ..." ucapnya sambil berlonjak.
"Tuan Muda sebenarnya kenapa? aneh sekali," Bibi Kim berpikir sejenak. Namun, setelah beberapa detik dia langsung memutuskan masuk ke kamar Joana.
Di kamar, Bibi Kim mendapati keadaan Joana tak jauh berbeda dengan Wooseok. Joana duduk di tempat tidur, sambil terus cengengesan tak jelas.
"Tak bisa hidup tanpaku, katanya. Aaa ... aku harus bagaimana? dasar Panda bodoh itu. Kenapa hari ini terlihat tampan sekali?"
"Nona?" ya Tuhan apa yang terjadi? Nona kenapa?" Bibi Kim kaget, karena tak biasa melihat Joana tersenyum seperti itu.
"Ah, Bibi Kim. Jangan pedulikan aku. Itu, bersihkan lantainya, sebersih-bersihnya. Jangan ada satu serpihan pun yang tersisa. Soalnya Wooseok selalu berkeliaran tanpa alas kaki di kamar."
"Mereka berdua hari ini kenapa? tak seperti biasanya ..." Bibi Kim menggelengkan kepalanya, "Ah, terserahlah,"
***
Setelah kejadian tadi siang, Wooseok tak masuk kamar, hingga malam hari. Wooseok sengaja memasuki kamar saat menjelang tidur, agar dia tak perlu canggung melihat Joana. Namun, ketika Wooseok baru saja memasuki kamar, Wooseok kaget, mendapati Joana belum juga tertidur.
"Jo, kau mau kemana?" Wooseok tampak heran melihat Joana mengenakan gaun. Sekarang sudah hampir pukul dua belas malam, apa yang direncanakan wanita itu malam-malam begini? "Jo, kau baru selesai operasi, ayahmu melarangmu keluar,"
"Panda, jangan berisik, bantu aku,"
"Bantu?"
"Tolong kancingkan gaunku," Joana bebalik dan mengangkat rambutnya. Memberi kode agar Wooseok mengancingkan gaun tersebut. Wooseok perlahan mendekat, lalu menarik nafas, dengan gugup berusaha mengancingkan gaun Joana. Perlahan Wooseok menelan ludahnya, menatap punggung Joana yang mulus dan bersih. Beberapa detik kemudian, Wooseok menutup mata, dan segera mengancingkan gaun itu dengan cepat. Wooseok menatap kearah cermin, tanpa sadar Joana juga menatap Wooseok melalui cermin. Mereka terpaku selama beberapa saat, lalu Joana segera berdehem.
"Hmm," Joana berbalik dan meneliti gaunnya dengan seksama, memutar pinggulnya ke kiri dan ke kanan. "Bagaimana, gaun ini cocok untukku?"
"I-Iya cocok, kau terlihat can ... m-maksudku itu terlihat bagus padamu," jawab Wooseok gugup.
"Aku tidak kemana-mana, aku hanya ingin mencoba gaun ini. Aku membelinya sebelum masuk rumah sakit, tolong lepaskan lagi," Joana kembali berbalik, lalu mengangkat rambutnya.
"A-Apa!" Wooseok terbelalak. Baru saja dia mati-matian berusaha tidak menatap Joana. Tapi sekarang malah harus membuka gaun Joana lagi.
"Apanya yang apa? buka lagi gaunnya,"
"A-Ah, baik ..." Wooseok kembali menarik nafas panjang, lalu segera membuka kancing tersebut satu persatu hingga ke punggung. Sekali lagi Wooseok terpaku dan menelan ludah. Dia berusaha mengalihkan pikirannya.
"Hmm, aku mau tidur dulu, kau istirahatlah setelah mengganti baju," Wooseok bergegas menuju sofa tempatnya biasa tidur dan berbaring mengenakan selimut. Sementara itu, Joana ke kamar mandi untuk membersihkan wajah dan mengganti baju.
Joana keluar dari kamar mandi dan menatap kearah Wooseok yang tampak tertidur. Joana perlahan mendekatinya, menatap wajah polos itu. Jo tersenyum mengingat dengan polosnya Panda itu memanggilnya Nona Fascinator saat mereka bertemu untuk kedua kalinya, Jo juga tersenyum, mengingat bahwa laki-laki di depannya tersebut pernah menjadi tukang pengantar kopi, dan bekerja dengan giat di kantor. Namun, sekarang dia malah bekerja disini di rumah dan di kamar Joana. Dengan pelan Joana menyentuh pipi Wooseok, "Benar benar panda yang bodoh," Batin Jo sambil tersenyum. Namun tiba-tiba Wooseok menggenggam tangan Joana.
"Lee Joana ..."
TBC