Happy Reading.
“Ara!”
Suara teriakan itu memamntul begitu kerasnya di udara seolah menembus indera pendengaran Arabella. Membuatnya yang tengah tenggelam dalam lamunan langsung tersadar. Arabella menoleh ke sumber suara, lalu tersenyum ketika melihat kedatangan Mayudi. Mata Arabella tempak meneliti keseluruhan ekspresi Mayudi. Sepertinya perempuan itu sudah mengetahui apa yang baru saja menimpa dirinya. Hal itu terlihat jelas dari mata mata Mayudi yang menampakkan kepanikan luar biasa.
Mayudi berjalan tergesa meghampiri ranjang Arabella. Kecemasan di wajahnya semakin menjadi ketika melihat kondisi Arabella. Saking kagetnya Mayudi bahkan menutup mulutnya sendiri, tidak menduga jika Arabella akan dirundung dengan begitu kejam. Terdapat luka-luka di tangan dan lututnya, pun dengan dahi Arabella yang diperban membuat napas Mayudi langsung sesak. Di sudut bibir Arabella juga terdapat luka lebam yang mulai berwarna keunguan dan demikian dengan pipinya yang menyisakan warna merah akibat kerasnya tamparan Mia.
“Kau baik-baik saja?” Mayudi bahkan belum sempat menarik napasnya dan langsung menodong Arabella dengan pertanyaan inti.
Arabella terdiam sebentar. Menatap Mayudi dengan tatapan menyelidik.
“Aku tidak apa-apa. Jangan cemas.” Ucapnya pelan, berusaha untuk mengusir kecemasan di wajah Mayudi.
Mata Mayudi langsung menipis, “Apanya yang tidak apa-apa. Kau terluka parah. Sekujur tubuhmu dipenuhi luka dan dahi mu juga mendapat jahitan. Apa Mia yang melakukan semua ini.” Ucapnya menuduh dengan tepat sasaran.
Dan apa yang dikatakan oleh Mayudi itu membuat Arabella seketika tertegun. Lidahnya kelu seolah tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Arabella mengambil waktu sebentar untuk berpikir, menyusun kalimatnya sebelum diucapkan.
“Sudahlah. Tidak ada gunanya mengungkit masalah itu lagi. Lagipula aku sudah biasa diperlakukan seperti itu.” Tambah Arabella kemudia, lalu mengulas senyum miris seperti tengah meratapi nasibnya.
“Tapi bukan berarti kau pantas diperlakukan seperti ini. Seharusnya kau melawan bukan malah pasrah. Mereka sudah sangat keterlaluan dan pantas diberi hukuman.” Mayudi berujar dengan napas terengah karena emosi, tidak mengerti jalan pikiran Arabella.
“Memangnya apa yang bisa ku lakukan Mayudi. Mereka semua berasal dari keluarga kaya, sedangkan diriku hanya sebatang kara. Bahkan sebelum aku bertindak, keadaan sudah terlebih dulu mengalahkan ku. Tidak ada yang bisa ku lakukan selain menguatkan hati, berharap semua ini cepat berakhir.” Arabella menanggapi sambil menahan tangis, berpura-pura tegar di hadapan Mayudi.
Ekspresi Mayudi pun langsung berubah sendu saat mendengar itu, tatapannya lekat memandangi Arabella. Rasa bersalah kemudian membanjiri batinnya tanpa ampun. Mayudi menggerakkan tangannya hendak disentuhkan ke tangan Arabella, namun seketika terurung ketika dirinya teringat akan sesuatu yang sangat penting.
“Arabella.” Ucapnya tiab-tiba dengan nada serius.
Kening Arabella langsung berkerut dalam, “Iya. Kau kenapa?” tanyanya bingung.
“Kau… bagaimana bisa kau berada di ruang penanganan. Siapa yang membawamu kesini.” Lanjut Mia menambahkan dengan tatapan menyelidik.
****
Lukas duduk dengan santai seolah tanpa beban. Tidak peduli kalau aura dari sosok perempuan tua di hadapannya itu begitu dingin menusuk sampai ke sanubari. Lukas malahan dengan berani menatang perempuan angkuh itu, membalas lebih tajam. Keduanya saling berpandangan, yang satu dilumuri oleh amarah berkobar-kobar sementara yang lainnya begitu tenang seperti tak terpengaruh.
“Apa aku sudah boleh pergi? Sejak tadi kau hanya diam, dan aku sudah bosan berada di ruangan ini bersama mu.” Lukas akhirnya bersuara setelah sekian lama terdiam, nadanya yang tegas langsung membelah keheningan diantara mereka.
Ruth menatap Lukas datar. “Begitukah cara bicaramu pada nenekmu sendiri? Sangat tidak sopan dan tak terpelajar.” Ruth melontarkan sindiran tajam, sengaja ingin menjatuhkan mental Lukas.
Lukas menipiskan bibirnya. “Berhubung kau yang mengungkit sopan santun, akan ku beritahu satu fakta bahwa star high shool juga sangat buruk dalam memperlakukan manusia. Dan aku rasa hal itu dikarenakan kaulah yang memimpin sekolah ini..
“Jaga bicaramu Lukas!” Ruth langsung menggebrak meja di depannya dengan keras, tersinggung akan kata-kata lelaki itu yang seperti ingin menjatuhkan harga dirinya. “Kau sudah melewati batasan mu.” Sambungnya kemudian.
“Kenapa aku harus peduli. Kau nenek tua yang tidak punya hati. Bisa-bisanya kau menutup mata dan telingamu saat mengetahui ada insiden kekerasan yang terjadi disini.” Lukas berucap dengan tenang sambil menyelipkan senyum sinis di bibirnya.
“Itu bukan urusanmu. Sekarang lebih baik kau keluar dan kenakan seragam mu. Ini sekolah bukan pasar, kau tidak boleh memakai pakaian sesukamu disini.” Ruth mengalihkan topic, mengusir Lukas secara halus.
Lukas mengangkat alisnya dengan skeptis. “Baiklah. Aku akan menukar pakaian ku. Tapi aku menginginkan ruangan yang sama dengan Arabella. Dan satu lagi, beri hukuman pada perempuan yang bernama Mia itu. Kesalahannya sudah sangat fatal.” Desisnya jengkel, lalu bangkit dari posisi duduknya.
Ruth membuang muka sebentar, mencoba untuk tetap tenang dan menahan emosinya yang sudah mencapai titik kesabarannya.
“Mia salah satu murid yang berprestasi. Dan ayahnya juga merupakan pengusaha terkaya di kota ini. Aku tidak bisa memutuskan sendiri tanpa melakukan perundingan terlebih dulu.” Ruth melunakkan keras hatinya, tahu kalau menghadapi Lukas harus dengan kepala dingin.
“Tidak ada gunanya kau menolak permintaan ku. Karena aku tidak peduli sama sekali dengan latar belakang perempuan itu. Lagipula Mia hanya putri dari pengusaha terkaya di kota ini sedangkan aku pewaris tunggal keluarga Donzelo. Uangku jauh lebih banyak darinya. Aku tidak mau mendengarkan alasan apapun nenek tua. Yang pasti aku ingin perempuan bernama Mia itu secepatnya mendapat hukuman yang setimpal.” Lukas berbicara cepat-cepat, memberi penekanan dalam setiap kata.
Lalu tanpa menunggu balasan dari Ruth, dia langsung bergerak menuju ke arah pintu, meninggalkan Ruth yang terpaku di tempat duduknya dengan pikiran berkecamuk.
***
“Apa? Lukas adalah cucu dari pemilik sekolah ini?”
Arabella membelalakkan mata mendengar penjelasan Mayudi yang panjang lebar. Keterkejutan yang amat sangat membanjiri benaknya membuat mulutnya ternganga lebar. Perkataan Mayudi itu terngiang-ngiang di kepalanya, membuat Arabella bertambah syok. Dia panik, teringat akan sikapnya yang kurang ajar sewaktu mereka bertemu di kafe. Pantas saja Lukas berani sampai menampar Mia, ternyata status sosial lelaki itu bahkan jauh lebih tinggi dari yang dikira. Arabella mengerjap dari keterpanaanya yang berlangsung lama, masih belum sepenuhnya yakin akan informasi yang baru saja di dengarnya.
Baru saja Arabella membuka mulutnya hendak berucap tapi suaranya langsung tersangkut di tenggorokan ketika melihat Lukas sudah berdiri di ambang pintu. Arabella semakin panik, dicengkramnya selimut yang menutupi tubuhnya sampai sebatas d**a seolah satu-satunya menjadi bentuk perlindungan.
“Arabella, apa yang terjadi. Kenapa kau pucat begitu.” Mayudi menatap Arabella cemas, tanpa sadar dia bergerak, mendekatkan tubuhnya hendak melihat Arabella lebih jelas lagi. Tidak ditemukannya luka baru di tubuh Arabella, membuat benaknya bertanya-tanya apa yang membuat sahabatnya itu ketakutan.
“Kau sudah sehat?”
Mayudi langsung menoleh ke sumber suara. Pun ekspresinya langsung pucat saat mendapati Lukas tengah melangkah ke arah Arabella. Mayudi menelan ludah susah payah, tatapan Lukas yang begitu dingin membuat jantungnya berdebar-debar seperti ingin meloncat keluar.
Lukas mengerutkan kening, tidak suka saat mendapati ekspresi Mayudi yang menatapnya seperti tengah melihat monster.
“Apa yang kau lihat. Segera tinggalkan ruangan ini sebelum aku memakanmu hidup-hidup.” Ucap Lukas dengan mendesisis yang langsung membuat Mayudi tanpa pikir panjang bergerak, kemudian lari tebirit-b***t meninggalkan Arabella.
Arabella melebarkan mata karena syok, tetapi dia tidak punya cara untuk menghentikan Mayudi. Suaranya tertelan di dalam kegugupan yang luar biasa sementara sekujur tubuhnya menegang. Ruangan itu hening, hanya napas terengah Arabella yang mengisinya tipis-tipis. Arabella tak dapat menyembunyikan ketakutannya yang semakin menjadi-jadi.
“Ka-kau mau apa.” Arabella akhirya berhasil mengeluakan suaranya yang gemetar, tidak membiarkan keheningan melanda mereka berlangsung lama. “Tolong.. jangan melukaiku.” Bisiknya menahan tangis.
Lukas lalu menarik kursi dan duduk di samping ranjang Arabella. Matanya yang tajam menatap keseluruhan tubuh Arabella dengan menilai.
“Hei perempuan asia. Kenapa kau selalu takut setiap kali melihatku.” Ucap Lukas dengan nada galak sambil bersedekap.
Arabella langsung menggeleng, menatap Lukas dengan berani meskipun seluruh tubuhnya gemetaran setengah mati.
“A..aku minta maaf. Waktu itu aku bersikap tidak sopan padamu.” Ujarnya mencicit, memandangi Lukas dengan memelas.
Lukas melempar tatapan menyelidik. Dan sebuah ide licik muncul di otaknya tiba-tiba. Kemudian sebelum Arabella sempat menghindar, Lukas langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Arabella.
“Permintaan maafmu akan ku terima tapi dengan satu syarat.”
Arabella mengerutkan kening, kemudian berusaha untuk menjaga jarak diantara mereka. Wajah Lukas begitu dekat nyaris mempertemukan bibir mereka, membuat jantung Arabella berdetak tak terkendali.
“Apa itu.” Sahutnya sedikit terbata.
Lukas tersenyum tipis, kemudian berucap dengan gamblang. “Cium aku sekarang juga.”
Hai...
Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE.
Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB.
Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya?
Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan.