BAB 11 Sick

1403 Words
Minggu ini adalah hari dimana Alexa akan pergi bersama Elena dan tentunya bersama Peter juga. Jam 5 dini hari Alexa sudah terbangun dari tidurnya. Alexa menuju kamar mandi, dia menggosok gigi dan mencuci mukanya. Seperti biasa dia sesalu membuat sarapan untuknya dan James. Karena hari ini dia berencana pergi, dia bangun lebih awal dari biasanya. Setelah membasuh mukanya dengan handuk kecil bewarna biru. Alexa keluar. Dia melangkah menuju dapur. Di atas sofa depan tv dia melihat James masih tertidur dengan selimut yang menutup tubuhnya sampai d**a. Alexa tetap melanjutkan langkahnya ke dapur. Alexa membuka kulkas. Dia mengeluarkan beberapa sayuran segar dan telur. Alexa bermaksud membuat sandwich untuk sarapan pagi mereka. Grrrr grrr Alexa mendengar suara orang kedinginan. Alexa meletakan roti gandum yang baru saja dia buka di atas meja. Alexa melangkah ke sumber suara itu. "James" ucap Alexa yang melihat James menggigil. Alexa menghampiri James, dia sedikit membungkuk di samping James. Alexa meletakan punggung tangannya di atas kening James. Alexa merasakan suhu tubuh James sangat panas. "Ya Tuhan, James kau panas sekali" ucap Alexa panik. "James, James bangun, James" ucap Alexa dengan menepuk pipi James pelan untuk membangunkan James. "Engh" erang James sedikit membuka matanya. "James, ayo pindah ke ranjang. Badanmu panas" ucap Alexa lembut. James menganggukkan kepalanya. Alexa membantu James bangun. Alexa mengangkat tangan James dan meletakannya diatas bahu Alexa. Alexa memapah James melangkah perlahan menuju ranjang. Ketika sampai di ranjang Alexa membantu James untuk kembali berbaring. Alexa menuangkan air putih yang berada di nakas. Lalu memberikan kepada James. Alexa bangun dan mengambil kotak obat. Alexa mencari thermometer di dalam kotak obat. Dia menyalakannya dan meletakannya di ketiak James. Alexa menunggu sampai thermometer itu berbunyi. "39" ucap Alexa terkejut ketika melihat layar digital tersebut. "James, kamu istirahat sebentar. Aku akan membuatkanmu bubur ya" ucap Alexa. James lemas sekali, dia merasa menggigil. Dia hanya bisa melihat punggung Alexa pergi meninggalkan kamar. Mata kembali terpejam. 10 menit kemudian Alexa kembali ke kamar dengan semangkuk bubur dan air putih hangat. "James, ayo makan. Setelah itu minum obat" ucap Alexa yang duduk di pinggir ranjang. James duduk bersandar. Alexa mulai mengambil bubur itu dengan sendok. Lalu meniupnya agar tidak terlalu panas. Saat bubur itu berada di depan mulut James, dia menggelengkan kepalanya. "James, kamu harus makan". "Biar aku sendiri" ucap James serak. "Tidak, James. Biarkan aku mengurusmu. Ayo makan James" James menggelengkan kepalanya. "James" lagi-lagi James tidak membuka mulutnya. "James, jangan seperti anak kecil. Ayo James makan. Kita hanya berdua. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu. Aku istrimu-kan. Jadi biarkan aku merawatmu ya" ucap Alexa. Alexa tidak tahu, bahwa ucapannya itu membuat James menatap padanya. James merasa sedikit senang Alexa bisa mengakui kalau dia istri James. James tersenyum dan membuka mulutnya. Alexa mulai menyuapi James, sampai bubur itu habis. Walau James merasa pahit di mulutnya, tetapi dia tetap makan dari suapan Alexa. Dia tetap memandang Alexa. "Kita minum obat ya, James" ucap Alexa. Meletakkan bubur dibatas nakas dan mengambil sebutir obat yang sudah dia persiapkan, tak lupa tangan kirinya memegang segelas air putih. Alexa memberikan obat itu kepada James. Setelah James memasukkan sebutir obat bewarna putih ke mulutnya. Alexa memberikan segelas air putih untuk James minum. "Istirahatlah, James. Aku mau membereskan piring kotor ini" ucap Alexa. Saat Alexa hendak bangun dari ranjang James menahan tangan Alexa.  Alexa menengok ke arah James. "Thank's" ucap James dengan tersenyum. "Istirahatlah, James" ucap Alexa menganggukkan kepalanya. Setelah Alexa merapikan dapurnya dan membuat sup untuk makan siang James. Alexa masuk ke kamar. Dia melihat James masih terlelap. Alexa melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi Alexa sedikit bimbang. Apa dia harus tetap melanjutkan jalan-jalannya hari ini, atau menjaga James di rumah. Alexa terus berpikir sampai air shower membasahi tubuhnya. Setelah selesai, Alexa memakai bathrobe dan menggulung rambutnya yang basah dengan handuk kecil. Alexa membuka pintu kamar mandi. Dia melihat James masih terlelap. Alexa melangkah menuju walk in closet. Setelah berpakai casual. Alexa mengikat rambut pirangnya. Alexa menatap jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Dia ada janjian jam 10 pagi di stasiun kereta. Alexa melangkah menghampiri James. Dia kembali memeriksa kening James. Alexa tersenyum karena tubuh James sudah tidak panas lagi. Alexa duduk di pinggir ranjang. James merasakan dingin di menerpa keningnya. James membuka matanya dia menemukan Alexa sudah rapi sedang duduk di dekatnya. "Kamu ingin pergi?" tanya James. Alexa sedikit terdiam. "Se..sebenarnya aku ada janji dengan Elena. Tapi kalau kamu masih sakit, aku akan membatalkannya" ucap Alexa ragu. "Pergilah, aku sudah baikan". "Tidak James. Aku tidak bisa membiarkan kamu sendiri". "Pedro akan kemari nanti". "Kalau begitu aku menunggu Pedro datang" James menganggukan kepalanya. "James kamu mau sesuatu?" tanya Alexa. "Tidak, terima kasih" ucap James yang mencoba bangun. "James, bajumu basah. Mungkin ini efek panasmu sudah turun" ucap Alexa yang melihat baju James basah. "Aku mau mandi". "James, panasmu baru saja turun. Jangan mandi dulu, nanti kamu sakit lagi" larang Alexa. "Tak apa aku sakit. Dengan begitu kamu bersikap baik dan selalu di dekatku"  batin James. "Badanku lengket, Alexa". "Tunggu di sini. Aku akan membasuh badanmu dengan air hangat". "Alexa, aku bukan anak kecil". "James, kalau kamu sakit lagi, berarti aku tidak akan pergi dengan Elena". "Baiklah, terserah kamu saja" ucap James pasrah dan duduk di tepi ranjang. Alexa kembali dengan membawa ember kecil berisi air hangat. Tak lupa dia membawa handuk kecil untuk membasuh James. "Buka bajumu" ucap Alexa. "Alexa, kamu serius mau melakukan ini?" tanya James menatap Alexa. "Melakukan apa? Jangan berpikiran m***m James. Aku hanya membantu membasuh badanmu" ucap Alexa ketus dan James hanya terkekeh. James membuka bajunya yang basah karena keringat. Alexa menelan salivanya. Benar tubuh James terpampang jelas di wajahnya. Alexa tidak bisa berkedip, dia mempunyai suami dengan badan yang menggoda iman. "Ku bilang apa, biar aku melakukannya sendiri. Kamu tidak akan kuat melihat penampilan indahku ini" bisik James di telinga Alexa. "A....apa? Berbaliklah" ucap Alexa gugup. James berbalik memunggungi Alexa tangan Alexa mulai mencelupkan handuk kecil itu ke dalam air hangat lalu memerasnya. Alexa membasuh punggung badan James dengan tangannya. Alexa melakukannya sampai punggung James sudah tidak lengket lagi. "Alexa, biar bagian depan aku sendiri"  ucap James. "Tak apa James. Biar aku saja. Berbaliklah" ucap Alexa kembali mencelupkan handuk kecilnya. James kembali berbalik menghadap Alexa. Baru saja tangan Alexa terangkat dan ingin menyentuh James. Tangannya terdiam dan ragu. Bagaimana tidak, dihadapan Alexa terpampang jelas roti sobek yang menggoda iman. Alexa wanita normal melihat seperti ini tentu saja dia gugup. "Alexa" ucap James pelan. "Ma..maf James" Jawab Alexa gugup. Dengan ragu Alexa menyentuh bahu James dengan handuk kecil itu. Lalu menggesernya kesamping. Alexa kembali mencelupkan handuk kecilnya dan memerasnya. Dan terus membasuh badan James dengan gugup. James memejamkan matanya. Walau tangan Alexa tak langsung menyentuh tubuhnya. Tetapi tetap saja membuat James merasakan sesuatu di dalam dirinya. James merasakan bagaimana handuk yang diarahkan oleh tangan Alexa membasuh d**a bidangnya, lalu perutnya. James menahan nafasnya. Entah kenapa jantungnya berdebar saat seperti ini. Alexa sama sekali tidak berani menatap James. Dia memabasuh tubuh bagian depan James dengan tangan yang sedikit gemetar. Ini pertama kalinya dia memegang tubub seorang pria. Alexa terus berkata dalam hatinya. "James adalah suamiku. Jadi ini adalah kewajibanku sebagai istri. Bukan ada maksud lain. Jangan berpikir macam-macam. Please, Alexa". Alexa menghentikan tangannya ketika berada di perut James. Karena tangan James sudah menahan tangan Alexa disana. "Sudah" ucap James menatap Alexa. Alexa terdiam menatap James. Kenapa walau saat sakit, wajah suaminya ini tetap tampan. Salahkah kalau Alexa merasa gugup disaat seperti ini? "Oh..oh iya" ucap Alexa sambil menarik tangannya. Alexa membasuh badan James dengan handuk kering. Lalu Alexa membalurkan aroma therapi di punggung badan James. Ketika Alexa kembali mengusap badan James bagian depan. Alexa kembali gugup. Kali ini dia benar-benar menyentuh tubuh James dengan tangannya. James mulai memejamkan matanya, merasakan tangan Alexa langsung menyentuh tubuhnya. Tangan Alexa begitu lembut, James bisa merasakan itu. "Ja..mes jantungmu berdetak" ucap Alexa pelan saat tangannya berada di d**a James. "Kalaun tidak berdetak aku sudah mati, Alexa" jawab James yang masih memejamkan matanya. "O..oh iya" ucap Alexa gugup. Meneruskan membalurkan aroma terapi. Hampir saja James terkekeh mendengar suara Alexa yang gugup. "James, sudah" ucap Alexa pelan. James membuka matanya, dan memakai kaos putih yang Alexa berikan. Alexa berjalan ke kamar mandi. Alexa mengunci kamar mandi. Dia bersandar di belakang pintu. Alexa memegang dadanya, merasakan jantungnya yang yang tak karuan. Kenapa bisa seperti ini. Tidak-tidak. Semoga ini bukan apa-apa. Aku jangan jatuh cinta kepadanya, sebelum dia yang mencintaiku. Aku tidak mau dikhianati lagi. Apalagi James mempunyai wanita lain yang tidak aku ketahui.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD