BAB 10 Feel 3

1386 Words
James mengejar taksi yang di tumpangi Alexa. Sudah berkeliling tetapi dia tidak melihat juga taksi itu. James melihat ke depan, kiri, dan kanan. Tetapi taksi yang ditumpangi Alexa tidak terlihat juga. James mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Pedro. "Pedro, cepat cari Alexa" ucap James dengan kesal. "Baik Tuan". James mematikan ponselnya dengan kesal. James menatap ponselnya, seharusnya dia menyimpan nomor ponsel Alexa. Tetapi selama ini dia tidak pernah tahu berapa nomor ponsel Alexa. Sudah hampir gelap, James belum juga mendapatkan kabar tentang Alexa. Satu kesalahan James lagi, selama ini dia belum mengenal Alexa lebih jauh. James pikir Alexa bukan wanita yang suka keluyuran. Karena selama ini Alexa tidak pernah keluar sendirian atau pergi tanpa izinnya. James benar-benar kesal, membiarkan selama ini Alexa menggunakan taksi untuk berangkat dan pulang kerja. James menunggu Alexa dengan perasaan yang sangat kesal. Pedro yang dihubunginya dan belum menemukan Alexa, terkena kemarahan James. James berdiri di samping jendela menatap ke luar. Tidak biasanya dia sekhawatir ini kepada wanita. Entahlah, yang pasti saat ini ingin sekali dia memarahi Alexa karena belum pulang selarut ini. Mendengar suara mobil, James memicingkan matanya. Dia tahu mobil itu bukan mobil Pedro. Hatinya lega saat dia mengetahui Alexa yang turun dari mobil itu. Tetapi James sempat berpikir. Alexa diantar oleh siapa? Pria atau wanita yang mengantarnya? Ceklek "Bagus. Darimana saja kamu?" ucap James dingin, baru saja Alexa membuka pintu dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam. "Aku dari rumah temanku" jawab Alexa santai. "Jam berapa ini? Apa seperti ini kelakuan seorang istri yang pergi sampai larut tanpa seizin suaminya? Mana yang kau bilang wanita terpelajar? Seharusnya wanita terpelajar tahu etika kepada suami? Tidak seperti ini. Pulang larut tanpa suaminya tahu dia kemana" bentak James. Alexa menelan salivanya. James marah kepadanya. Ucapannya waktu itu menjadi senjata makan tuan. "James, aku bisa jelaskan" ucap Alexa tenang. "Jelaskan katamu? Kau ingin mempermalukan aku? Tahu seperti ini kelakuanmu, aku akan melarangmu untuk melanjutkan kuliah". "JAMES!" Alexa marah. "Berani marah kepadaku, hah". "CUKUP JAMES. Seharusnya kamu yang mengaca pada dirimu, disini siapa yang dipermalukan, kau atau aku?" bentak Alexa sambil menunjuk James lalu dirinya. "Kau yang membawa wanita lain. Kau berlaku manis kepadanya. Aku sebenarnya tidak peduli apa yang kamu lakukan. Tapi kamu melakukannya di depan tempat kerjaku. Semua karyawanmu tahu aku ini istrimu. Kamu membawa wanita lain kesana, apa kamu tidak, mengerti perasaanku, James? Apa kata mereka? Melihat Bosnya membawa wanita lain, padahal disana ada istrinya". "Kau sendiri yang bilang kita masing-masing. Jadi untuk apa aku meminta izinmu saat aku ingin pergi bersama temanku? Selama ini kau juga tidak peduli padaku-kan? Kalau kau menganggapku istrimu, kamu tidak akan membiarkan aku tidur selama seminggu ini di sofa? Kamu tidak membiarkan aku berangkat dan pulang kerja sendiri menaiiki taksi? Satu lagi kau hanya berlaku manis saat di depan Nenekmu, hanya untuk menutupi sandiwaramu tentang pernikahan ini " ucap Alexa kesal sambil menunjuk James. James terdiam dia mencerna semua ucapan Alexa. James menyadari semua yang dikatakan Alexa adalah benar. James menatap Alexa yang marah dan kecewa padanya. Dia yang berlaku tidak adil kepada Alexa. Dia juga sebenarnya tidak mau seperti ini. Sebenarnya dia tidak ingin peduli terhadap Alexa. James tidak tahu ada apa dengan perasaannya. "Sudahlah, James. Sesuai dengan kesepakatan awal. Kita berjalan masing-masing. Kau dengan kehidupanmu. Aku dengan kehidupanku. Kecuali di depan keluarga kita. Tetaplah bersandiwara seperti waktu kita bertemu dengan nenekmu. Mulai saat ini aku akan meminta izinmu kalau pergi, tapi jangan kau melarangku berhenti dari Le Corden Blue. Karena itu tidak akan aku lakukan. Ini cita-citaku, jangan menghalanginya" ucap Alexa yang lalu meninggalkan James sendiri. Alexa memasuki kamarnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dia lelah sekali dan kesal. Alexa merendam dirinya di bathtub. Alexa ingin mendinginkan tubuhnya yang panas karena kemarahannya pada James. Alexa tidak tahu apa yang terjadi pada James, sampai dia bisa marah seperti itu padanya. Seharusnya dia yang marah, karena James sudah membawa wanita lain. Pagi hari Alexa sudah rapi dengan pakaiannya. Dia juga sudah membuat dua piring nasi goreng untuknya dengan James. Setelah pertengkaran semalam. James memilih tidur di sofa dan membiarkan Alexa tidur di ranjangnya. Alexa menunggu James yang masih bersiap dengan pakaiannya. Alexa sudah duduk manis di ruang makan. James melangkah menuju ruang makan, James menggeser kursinya lalu duduk disana. Alexa memperhatikan James, Alexa mengakui James memang selalu tampan, pantas saja wanita tidak ada yang menolak saat di dekatnya. James menggunkan kemeja putih dengan tangan yang di gulung sampai siku. Mereka berdua makan dengan diam. Tak ada yang memulai pembicaraan pagi ini. Sesekali Alexa melirik kepada James. "Apa semalam aku terlalu kasar padanya?"  batin Alexa bertanya. "Aku akan mengantarmu ke kampus" ucap James menyudahi makannya. "James" ucap Alexa. "Apa?" "Tidak jadi, aku akan merapikan piring kotor ini" ucap Alexa membawa piring kotor miliknya dan James. Setelah selesai dengan aktivitasnya, Alexa menyusul James yang sudah menunggunya di dalam mobil. Alexa duduk di bangku penumpang belakang bersama James. Pedro yang akan mengemudikan mobilnya. Tak butuh waktu lama mereka telah sampai di kampus Alexa. "Aku berangkat, James" ucap Alexa pelan dan masih bisa di dengar oleh James. "Pedro, terima kasih sudah mau mengantarku"  ucap Alexa kepada Pedro. "Sama-sama Nyonya" jawab Pedro. Saat Alexa ingin turun dari mobilnya, tiba-tiba James mengecup pipi Alexa dan berkata "Hati-hati, belajarlah yang rajin. Aku akan menjemputmu nanti". Alexa terdiam menatap James. Dia tidak percaya apa yang baru saja dia alami, James mencium pipinya dan berkata sangat lembut. Pedro yang melihat dari kaca spion hanya menundukkan kepalanya. Memang sewajarnya pasangan suami istri seperti ini, jangan bertengkar atau mementingkan ego mereka. Setidaknya Pedro senang karena James mulai menunjukkan kekhawatirannya pada Alexa. Di dalam kelas Alexa termenung, dia mengingat kejadian tadi pagi. Alexa memegang pipinya. Ada perasaan aneh dalam dirinya, seakan dia menerima perlakuan James. "Alexa" bisik Elena yang duduk di sampingnya. Tetapi Alexa masih termenung. "Miss Jhonson" panggil salah satu Chef  yang sedang mengajar di dalam kelas. "Yes, Sir" Alexa terkejut dan berdiri. Elena hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.   Siang harinya Elena dan Alexa sedang menikmati makan siang mereka di salah satu Cafe yang tak jauh dari kampus. Elena memperhatikan Alexa, tidak biasanya Alexa termenung di dalam kelas. Alexa selalu fokus setiap di kelas. "Apa semalam terjadi sesuatu antara Alexa dan Peter? Sepertinya aku harus melakukan sesuatu" batin Elena. "Alexa, apa minggu ini kamu ada acara?" tanya Elena. "Sepertinya tidak". "Bagaimana kalau kita pergi?" "Biasa juga seperti itu. Libur kita selalu menghabiskan waktu bersama" ucap Alexa. "Bukan, maksudku aku, kamu, dan Peter. Kita bertiga" ucap Elena ragu. "Peter?" Elena menganggukkan kepalanya. Alexa sempat berpikir harus bagaimana? Sudahlah lebih baik dia pergi bersama Elena, disana juga ada Peter. Mungkin akan menyenangkan bisa pergi bersama mereka. "Baiklah" Elena tersenyum. Drrrt Drrt "Halo, Peter" ucap Elena yang mengangkat telepon dari Peter. "..." "Aku bersama Alexa. Kau ingin kesini?" "..." "Okey. Kami akan menunggumu" Elena mengakhiri teleponnya. Mungkin ini salah satu cara untuk mengetahui yang dia pikirkan benar atau salah. Sepuluh menit kemudian Peter datang. Elena melirik ke Alexa yang wajahnya sedikit menampilkan senyuman ketika melihat Peter. Tetapi Elena terkejut melihat Peter menggandeng wanita bersamanya. Ya, dia adalah Sesil, kekasih Peter. Elena melirik lagi kepada Alexa yang senyumnya memudar ketika melihat Sesil. "Hai" sapa Peter dan Sesil bersamaan. Elena dan Alexa tersenyum melambaikan tangannya. "Sesil, apa kau sedang ada acara disini?" tanya Elena. "Iya, aku hanya ada waktu satu jam. Setelah itu aku harus kembali membawa para turis" jawab Sesil. "Kau ingin makan apa, baby ?" tanya Peter menatap Sesil dengan senyum. "Aku ingin hot chocholate". "Baiklah" Peter berjalan memesan minuman untuk pacarnya. Hati Alexa sedikit meringis melihat kehangatan Peter kepada Sesil. Apalagi Peter membawakan minuman dan meniupnya lalu memberikannya kepada Sesil. Tak sampai disitu, mereka berdua sangat romantis. Saat ada noda coklat di ujung bibir Sesil, Peter mengambil tissu dan menghapus noda coklat itu dengan sangat lembut. Alexa menundukkan kepalanya mencari kesibukan dengan mengotak-atik layar ponselnya. Andai aku mempunyai kekasih seperti Peter, pasti aku akan menjadi wanita yang sangat bahagia Elena yang memperhatikan Alexa sejak tadi, ikut merasa iba. Dia melihat rasa cemburu di mata Alexa melihat Peter dengan Sesil. Tetapi Elena tidak bisa berbuat apa-apa. Elena hanya menarik kesimpulan Alexa menyukai Peter. Tetapi Elena tidak tahu dengan perasaan Peter kepada Alexa. "Andai Peter dan Alexa lebih dulu bertemu. Pasti Alexa akan bahagia. Begitu juga denganku. Lexa, maaf aku belum bisa berbuat apa-apa. Tapi aku akan mencoba mencari tahu perasaan Peter padamu, agar kamu bisa mendapatkan yang terbaik" batin Elena.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD