BAB 9 Feel 2

1599 Words
Sudah seminggu sejak kepulangan Victoria ke New York. James masih tinggal bersama Alexa di flat. Tetapi mereka tidak tidur bersama. James menyuruh Alexa tidur di sofa sedangkan dia tidur di atas ranjang. Pria yang menyebalkan Alexa hanya menurut dan tidak ambil pusing. Seminggu ini juga dia sibuk menekuni pekerjaan barunya menjadi Chef. Drrrrt drrrt To : Alexa From : Elena William Sorry, aku hanya bercanda. Cuma ingin menghiburmu agar kau tidak kesepian. Aku baru kembali dari New York. Aku akan ke flatmu malam ini. Alexa melebarkan matanya. Bagaimana ini? Kalau sampai Elena melihat James, pasti dirinya ketahuan kalau dia sudah menikah. Alexa menimbang dan berpikir, mencari alasan untuk menolak ajakan Elena. Sampai akhirnya dia terpaksa menghubungi Elena. "Halo, Elena". "Alexa. Aku merindukanmu. Maaf aku tidak sempat pamit saat ingin kembali ke New York. Papa terkena serangan jantung. Jadi aku harus cepat-cepat pulang". "Tidak apa. Bagaimana keadaan Papamu?" "Sudah lebih baik". "Elena bisakah kita bertemu di Apartemenmu?" "Kau tidak keberatan? Biasanya kau paling malas untuk datang ke Apartemenku". "Baiklah. Untuk kali ini. Aku akan datang ke tempatmu "Okey. Aku akan menunggu dirimu". Setelah mengakhiri teleponnya dengan Elena, Alexa berganti pakaian. Sebelumnya dia sudah mengecek beberapa masakan yang sedang di buat oleh para asistannya. Sudah pasti atas petunjuk darinya. Sore ini Alexa akan bersiap untuk ke rumah Elena. Alexa mengesampingkan rasa lelahnya. Daripada Elena harus mengetahui hal yang sebenarnya. Alexa belum sanggup untuk membeberkan statusnya saat ini. Dengan menggunakan baju bewarna hitam, rok pendek selutut dan stoking hitam Alexa melangkah meninggalkan tempat kerjanya. Dia sudah memesan taksi untuk mengantarnya ke Aparteman Elena. Sebelumnya dia sudah membawakan masakan yang baru saja dia buat untuk Elena. Alexa berniat mengajak Elena makan malam bersama. Alexa masih terlihat menunggu taksi pesanannya datang. Alexa mengisi waktunya dengan melihat video acara memasak dari ponselnya. Ya, satu hal yang sangat sering dia lakukan adalah menonton acara memasak. Alexa meninggalkan tatapan matanya dari ponsel. Dia menatap ke depan. Di sana ada sebuah mobil yang baru saja berhenti, tak lama kemudian keluarlah seorang wanita cantik dan seorang pria. Alexa menatap tak percaya apa yang dia lihat. James baru saja selesai meeting dengan beberapa clien-nya. Dia bermaksud datang ke Resto untuk mengecek keadaan disana. Langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita tersenyum dan menghampirinya. Ya, dia adalah Maurent, wanita cantik dan seksi. "James, apa kau ada waktu ?" "Hem" "James, selama di Paris kau tidak pernah menemuiku. Kau tidak pernah lagi menghabiskan waktumu denganku. Apa berita tentang pernikahanmu dengan seorang Chef  itu benar?" tanya Maurent sambil bergelayut manja di bahu James. "Maurent, ikutlah denganku. Setelah membereskan beberapa pekerjaan aku akan menghabiskan waktuku malam ini bersamamu". Seketika wajah Maurent berbinar dan memeluk James. Maurent adalah salah satu wanita James. Berbeda dengan Siera, James memperlakukan Maurent sama seperti wanitanya yang lain. Dengan Siera, James bisa sangat lembut dan menuruti semua kemauannya. Tetapi tidak dengan Maurent dan yang lainnya, James hanya menemui mereka kalau dia ingin melampiaskan hasrat lelakinya. Tentunya mereka semua bisa menerima itu, karena James tidak pernah mau berkomitmen dengan mereka semua. James dan Maurent sudah sampai di Resto. James turun dari mobil dan berlari kecil mengelilingi mobil menuju pintu penumpang untuk membukakan pintu Maurent. James mengulurkan tangannya dan Maurent menyambut tangan James dengan senyum. James melepaskan tangan Maurent ketika matanya menangkap Alexa yang sedang berdiri tak jauh darinya yang menatap James dengan tatapan yang kecewa. James juga tidak tahu apa yang terjadi, dirinya merasa sangat bersalah melihat Alexa seperti itu. Apalagi Alexa membuang pandangannya dan langsung menaiiki taksi. "James, ada apa? Siapa wanita itu?" tanya Maurent bingung. "Dia istriku" ucap James yang masih menatap kepergian taksi yang membawa Alexa. "James, apa kau serius?" tanya Maurent tak percaya. "Maurent, lebih baik kita sudahi sampai disini. Carilah pria yang lebih baik dariku" ucap james datar. "Tapi, James-" "Aku sudah bilang dari awal. Tidak ada komitmen apapun. Kau hanya menjadi pasanganku selama aku membutuhkanmu. Sekarang aku sudah mempunyai istri dan tidak membutuhkanmu lagi" ucap James dingin. Maurent menganga tak percaya, baru saja sesaat James berlaku manis dan mau menghabiskan waktu untuknya. Sekarang James membuangnya seperti sampah yang tidak berarti. Maurent melihat James meninggalkannya. James sudah melesat dengan mobilnya mengejar taksi yang sudah jauh. Maurent kecewa, tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa. Alexa tak percaya apa yang dia lihat. James bisa berlaku sangat manis kepada wanita itu. Tetapi tidak dengannya. Alexa menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar kesal dengan James. James benar-benar membuatnya malu. Baru seminggu Victoria mengumumkan James dan Alexa adalah pasangan suami istri. Dan sekarang James menggandeng wanita lain. "Apa yang akan para karyawan bicarakan tentangku? Pasti mereka menganggapku wanita yang sangat menyedihkan. Seharusnya kau tidak melakukan ini James. Kalau kau ingin bersama wanita lain jangan di tempat kerjaku. Jangan membuatku terlihat menyedihkan. Kau sungguh keterlaluan James"  batin Alexa sangat kesal. Setelah menempuh perjalanan 20 menit Alexa sampai di Apartemen Elena. Sebelum turun dia sedikit memoles bibir dengan warnah yang sangat cerah. Walau hatinya kesal dia tidak ingin terlihat oleh Elena. Pasti wanita itu akan memberikannya beribu pertanyaan. Alexa membayar ongkos taksinya, lalu dia melangkah memasuki Apartemen Elena. Alexa berdiri sambil mengetukkan telapak kakinya ke lantai menunggu lift. Ting Pintu besi itu terbuka Alexa melangkahkan kakinya memasuki lift tersebut dengan dua paper bag di tangannya. Alexa menekan tombol 5 untuk menuju lantai dimana Elena berada. "Alexa" ucap seorang pria yang sejak tadi memperhatikan Elena. Elena menengok dan menatap pria tersebut. "Pe..ter" ucap Alexa. "Apa kabar?" tanya Peter dengan senyuman manisnya. "Ba..ik. Maaf aku tidak bisa ikut menjenguk Papamu" ucap Alexa sedikit sedih. "Tak apa. Papa juga sudah membaik. Ingin ke kamar Elena?" Alexa menganggukkan kepalanya. "Kamu membawakannya makanan?" tanya Peter lagi yang menatap paper bag yang Alexa bawa. "Ya. Apa kau ingin ikut makan malam bersama kami?" ajak Alexa. Peter sedikit berpikir. "Baiklah kalau kau memaksa" ucapnya jahil sambil terkekeh. "Kau ini" ucap Alexa merasa senang. Ting Pintu lift terbuka Alexa melangkah bersama Peter menuju kamar Elena. Melihat senyum di bibir Peter, Alexa menundukkan wajahnya. Seketika dia teringat akan ciumannya bersama Peter. Wajahnya merona. Dia senang sekali bisa kembali bertemu Peter. "Alexa, aku sangat merindukamu" ucap Elena yang langsung memeluk Alexa. "Aku merindukanmu sampai ingin sekali aku memukul kepalamu itu, agar otak kotoran di otakmu hilang semua" "Hai, kau masih marah. aku hanya bercanda" ucap Elena melepaskan pelukannya. Elena menatap Peter. "Peter, bukannya kamu ingin pergi? Kenapa kau kembali lagi kesini ?" tanya Elena. "Alexa mengajakku makan malam bersama" jawab Peter yang langsung duduk di sofa. Elena menatap Alexa yang tersenyum. Seketika dia teringat kejadian malam di Tuscany. Dia sampai lupa ingin menanyakannya kepada Alexa dan Peter. Sepertinya belum tepat menanyakan saat ini. Alexa dan Elena pergi ke dapur. Mereka menyiapkan makanan yang tadi Alexa bawa. Setelah selesai dan menaruhnya di meja makan. Elena meminta Alexa memanggil Peter untuk duduk bersama. Mereka bertiga menikmati makan malam sambil sesekali bercerita dan tertawa. Sudah lama sekali Alexa tidak bisa tertawa lepas seperti sekarang ini. Melihat keakraban Elena dan Peter, Alexa teringat akan masa kecilnya bersama Catalina. Mereka berdua selalu bersama dan memakai baju yang sama. Catalina sangat menyayangi Alexa. Catalina akan marah saat ada teman Alexa yang berbuat kasar pada Alexa. Sampai Alexa di khianati oleh mantan pacarnya. Catalina yang maju untuk melabrak pria dan wanita itu. Alexa tersenyum getir, sekarang mereka sudah berkeluarga apa mungkin Catalina tetap menjadi Catalina yang dulu. Sepertinya tidak, kalau Catalina yang dulu pasti dia akan membela Alexa agar tidak menikah dengan James, nyatanya Catalina mendukung pernikahan ini. "Alexa, kau tak apa?" tanya Peter yang melihat Alexa terdiam. "Tidak, aku hanya teringat kakakku di Texas" ucap Alexa pelan. "Alexa, ada aku dan Peter. Kami keluargamu disini" ucap Elena merangkul bahu Alexa. "Terima kasih" ucap Alexa dengan tersenyum menatap Elena dan Peter bergantian. "Alexa, masakanmu sangat lezat. Tidak seperti Elena. 2 tahun belajar memasak tetapi rasa masakannya tidak pernah berubah" ejek Peter kepeda Elena. "Peter. Awas kau ya. Jangan pernah minta makan padaku" ucap Elena kesal. Peter hanya mencibir. Alexa hanya terkekeh dengan kakak beradik ini. Elena membersihkan meja makan. Alexa dan Peter di dapur untuk mencuci piring. Saat Elena selesai mengelap meja, Elena sedikit mengintip Alexa yang terlihat senang sedang bercanda dengan kakaknya Peter. Elena senang melihat Alexa yang nampak bahagia bersama Peter. Elena sebenarnya ingin sekali mendekatkan Kakaknya pada Alexa. Karena Elena tahu Peter adalah pria yang mudah bergaul, tetapi Elena harus mengurungkan niatnya. Karena Peter mempunyai Sesil. "Peter, kau tolong antar Alexa pulang ya" ucap Elena, karena sudah jam 10 malam. "Tidak perlu. Aku bisa naik taksi" tolak Alexa. "Alexa ini sudah malam. Besok kita akan kembali ke kampus" "Iya benar. Tidak baik wanita pulang sendiri malam-malam. Biarkan aku mengantarmu" ucap Peter. Seketika Alexa merasa senang dengan perlakuan Peter kepadanya. Alexa merasa bahagia Peter bisa mengantarnya pulang. Apakah salah kalau Alexa mengharapkan Peter? Alexa juga tidak tahu itu. yang pasti saat ini dia sangat senang bisa melihat Peter lagi. Apalagi Peter terlihat mengkhawatirkannya. Selama perjalanan ke flat Alexa mereka berdua terdiam. Tak ada yang memulai pembicaraan. Alexa terlihat gugup karena ini kedua kalinya dia hanya berdua bersama Peter. "Apa benar belok sini?" tanya Peter membuka pembicaraan. "Iya benar. Nanti di depan lurus saja" ucap Alexa sambil menunjuk ke depan. Akhirnya mereka sampai di depan flat Alexa. Alexa melepas sabuk pengamannya. Dia menatap Peter. "Peter, Thank's" ucap Alexa dengan tersenyum. "Aku yang seharusnya berterima kasih. Makan malam hari ini sangat indah. Semoga kita bisa melakukannya lain kali" ucap Peter menunjukkan senyum manisnya. Alexa merasa senang dengan ucapan Peter. Artinya Peter masih mengharapkan bisa makan bersama dirinya. Alexa berharap Peter lama di Paris agar dia dan masih bisa sering bertemu. Alexa melangkahkan kakinya dengan tersenyum malam ini sangat menyenangkan baginya. Tanpa Alexa ketahui James mengintipnya dari balik jendela dengan perasaan yang sangat kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD