Bertemu Orang Asing Lagi

1342 Words
Nus Magazine kembali meraih rating majalah paling larispada bulan Mei, bahkan mengalahkan majalah-majalah yang memuat foto-foto artis atau gosip selebriti Indonesia. Sebuah pencapaian yang membuat iri berbagai media berita. Mereka yang iri bahkan pernah berusaha menarik Dona untuk masuk ke dalam redaksi majalah mereka, tetapi Dona tetap setia berada di tempat pertama kali dia menjadi penulis artikel. Selain karena alasan balas budinya kepada CEO Nus Magazine. Dan hari ini sang CEO Nus Magazine Corporation memberikan satu hari bebas untuk seluruh karyawannya. Termasuk tim penyunting yang dibawahi oleh Ervin yang merupakan tim paling sibuk di dalam Nus Magazine Corporation. Mereka mengadakan makan bersama dengan beberapa tim yang terdekat dengan ruangan mereka dan makan bersama di ruangan itu. "Kak Dona!" panggil Sonya, gadis itu sekarang berdiri di dekat meja Ervin dengan tangannya memegang gagang telepon milik ruangan itu. "Kenapa?" sahut Dona. "Resepsionis bilang ada yang pengen ketemu sama elo," ujar Sonya memberitahu. Dona menautkan alisnya bingung. Siapa yang datang mencarinya? "Mereka mau tanya soal n****+ gue, ya?" tanya Dona pada Sonya. Kemudian Sonya pun menyambungkan pertanyaan Dona pada resepsionis yang bertugas. Lalu Sonya kembali menoleh pada Dona dan menjawab pertanyaan Dona, "mereka bilang enggak. Yang cari elo itu malah seorang nenek-nenek. Dia nunggu elo di kantin, namanya Soraya," jelas Sonya panjang lebar. "Hah? Nggak salah tuh?" Dona merespon heran. "Sudahlah, cepet temui aja, kak. Lo tega biarin beliau nunggu lama di kantin?" bujuk Sonya agar Dona segera pergi menemui seorang nenek yang mencarinya entah untuk tujuan apa. Dona mengangguk lalu kemudian beranjak dari ruangannya. Dia berjalan sembari mencari sosok nenek di antara banyaknya manusia yang tengah memenuhi kantin perusahaan. Setiap dia melangkah, ada saja yang menyapanya karena dia memang dihormati oleh seluruh karyawan yang bekerja untuk Nus Magazine. Mereka bilang Dona adalah sosok idola yang patut mereka ikuti jejaknya dalam dunia pemberitaan. Sampai saat ini belum ada yang bisa menyamai kemahiran Dona di Nus Magazine. "Apa itu orang yang Sonya maksud?" gumam Dona pada dirinya sendiri Kini matanya menemukan seorang nenek yang duduk di meja sudut kantin ini dan posisinya membelakangi dirinya. "Selamat siang. Apakah anda nyonya Soraya?" sapa Dona begitu dia berada di hadapan seorang nenek yang dilihatnya tadi. "Selamat siang.. iya, benar," balas nenek itu dan kemudian membalas bungkukan Dona. Namun Dona menolaknya dengan memegang bahu nenek itu agar tidak membungkuk padanya. "Kamu benar-benar Dona Dyra Calandra?" tanya sang nenek. Beliau tampak terkagum begitu melihat Dona tengah berdiri di hadapannya. Dona tersenyum ramah dan sekaligus malu karena sang nenek yang terlihat begitu kagum padanya, "benar, nyonya. Saya Dona," ucap Dona memperkenalkan diri. "Oh...saya benar-benar kagum sama kamu," puji sang nenek. "Duduklah," ajaknya kemudian. Dona pun duduk berhadapan dengan sang nenek dan hanya berbatas meja yang sudah terisi secangkir teh, yang pasti milik sinenek. "Ada apa nyonya mencari saya?" tanya Dona langsung. Dirinya memang bukan seorang yang mampu berbasa-basi. "Sebenarnya saya datang untuk meminta bantuanmu," jawab sang nenek. Diri Dona merespon bingung. Membantu? "Apa yang bisa saya bantu, nyonya? Saya hanya seorang yang bekerja di majalah," ujar Dona merendahkan diri. Nenek itu lalu tertawa kecil mendengar pernyataan Dona," tapi kamu adalah gadis luar biasa, Dona," puji sang nenek lagi yang membuat Dona tersipu. "Anda terlalu memuji, nyonya. Saya tidak sehebat itu," sanggah Dona. "Enggak... kamu memang hebat.. dan kamu mumpuni dalam bidang menulis. Maka dari itu saya ingin meminta bantuanmu untuk membuatkan saya sebuah buku." Ujar sang nenek menyatakan maksudnya mencari Dona. "Sebuah buku?" Dona termenung beberapa saat. "Tetapi beberapa waktu yang lalu n****+ saya saja batal untuk diterbitkan. Mungkin nyonya bisa menemui penulis lain," ujar Dona menjelaskan situasinya. Nenek itu menggelengkan kepanya, "tidak. Saya sudah memilih kamu untuk menuliskan cerita hidup saya. Dan saya yakin kamu bisa melakukannya," ucap sang nenek bersikeras. "Tapi—" "Saya mohon...," kata nenek Soraya. Menatap Dona dengan penuh harap. "Saya hanya percaya padamu. Lagi pula kebanyakan penulis handal itu seorang pria, dan saya memilih kamu karena kamu seorang wanita dan saya pasti akan lebih nyaman denganmu," bujuk sang nenek, tangannya menggenggam tangan Dona yang ada di atas meja. Berusaha membuat hati Dona luluh. "Baiklah," ucap Dona akhirnya. Sang nenek pun tersenyum dan semakin mengeratkan pegangan tangannya pada Dona. "Terima kasih," kata sang nenek pada Dona tersenyum melihat sang nenek yang nampak bahagia dengan jawabannya. ***  Di hadapkan lagi dengan masalah yang serupa. Dona harus membuatkan buku untuk seorang nenek dan hari ini dia mempunyai janji bertemu dengan nenek itu di rumahnya. Dilihatnya arloji keluaran terbaru Daniel Wellington yang bertengger di tangan kirinya, mendapati jam sudah menunjukan pukul sepuluh. Dona pun beranjak dari beranda apartemennya, meletakan gelas kopinya di meja makan lalu berjalan menuju kamar untuk berganti pakaian. Dona menyetir mobilnya dengan pelan menyusuri jalanan kawasan yang terlihat begitu elit. Tentu saja karena semua penghuni kawasan ini adalah orang-orang yang berkantung tebal. Dilihatnya lagi pesan yang diterimanya dari nenek Soraya tentang alamat rumah nenek tersebut. Sembari menyetir Dona melihat ke kanan dan ke kiri mencari nomor rumah 1076. Dan ketika dia menemukannya, Dona langsung merasa takjub. Dona melihat lagi pesan dari nenek Soraya, memastikan alamatnya benar dengan alamat rumah yang ada di hadapannya ini. Rumah yang begitu besar juga mewah dengan desain ala eropa abad pertegahan. Menjulang tinggi dan terlihat paling berbeda dari semua rumah yang dia lewati tadi. "Anda mencari siapa nona?" Dona terkesiap ketika mendengar suara seorang pria yang berada di dalam rumah itu. Pria berseragam keamanan. "Saya sedang mencari alamat rumah ini." Dona menjawab seraya menyerahkan alamat rumah yang diberikan oleh nenek Soraya melalui pesan singkat. Pertugas keamanan itu membaca pesannya, "ini sesuai dengan alamat rumah ini. Jadi apakah anda yang bernama Dona?" tanya sang petugas keamanan. Dona sedikit terheran mendengarnya, namun dia mengangguk, "iya, benar. Saya memang Dona." "Oo... kalau begitu silahkan masuk. Nyonya besar sudah menungu anda sejak tadi," ucap sang petugas. Lalu petugas segera masuk menuju pos nya dan kembali dengan pintu gerbang yang terbuka otomatis, sekali lagi ini membuat Dona takjub walau teknologi ini sudah kerap dia temui juga di tempat lain. Oh, nenek itu pasti sangatlah kaya. Dona masuk kembali menuju mobilnya. dia mengarahkan mobilnya untuk masuk ke dalam rumah yang mewah itu. Di depannya kini sang petugas mengendarai semacam skuter yang mengatarkannya pada rumah besar. Setelah sampai pada teras rumah mewah ini, sang petugas berpamintan pada Dona. Lagi-lagi Dona dibuat takjub begitu dia keluar dari mobilnya, satu dari beberapa orang yang berpakaian setelan jas hitam menghampirinya untuk meminta kunci mobil miliknya untuk diparkirkan. Dona tanpa banyak bertanya akhirnya dia pun menyerahkannya. "Silahkan, nona. Nyonya besar sudah menunggu anda di dalam," ucap seorang maid yang langsung menghampirinya juga ketika mobilnya sudah dibawa entah ke mana. "Baik," jawab Dona singkat. Protokol dirumah ini bahkan menyamai hotel bingtang 5. Pikirnya takjub. Oh... entah ini keberuntungan atau apa, kerena Dona baru saja ditawari membuatkan buku oleh seorang nenek yang kaya raya. Batinnya berbicara. Dona berjalan dengan beberapa orang di belakangnya dan seorang maid yang sudah berusia paruh baya di depannya. Maid itu terus saja berbicara untuk mengarahkannya masuk ke dalam runah, yang entah kapan dia sampai pada ruang tamunya. Rumah ini terlalu bertele-tele untuk sekedar menyambut tamunya. "Nyonya sedang bersiap-siap, sementara itu nona bisa menunggunya dengan duduk disini. Apakah nona ingin meminum sesuatu sembari menunggu nyonya datang?" tanya sang maid. "Sepertinya segelas jus jeruk terdengar menyegarkan," jawab Dona ramah. Setelah maid itu pergi, Dona duduk di sofa berwarna hitam yang tampak mewah menempati ruangan tamu yang di sana-sini terpajang lukisan dan beberapa barang, Dona tahu itu adalah barang antik yang bahkan sangatlah sulit untuk didapatkan. Dona kembali berpikir seberapa kayanya nenek Soraya. Namun hal itu justru malah membuatnya sakit kepala. Beberapa saat setelah mengagumi indah dan megahnya ruangan tempatnya duduk, Dona memutuskan untuk melihat ponselnya yang ternyata sudah ada beberapa pesan masuk. Dan di sana ada dua orang yang mengrimnya pesan. Rara dan Juan, pria yang menolongnya dari kesialan waktu itu. From : Rara Lo bakal ke mana hari ini? Bisa temenin gue belanja sama ke salon? Dona tersenyum membaca pesan dari Rara, setelah menerima bonus gadis itu langsung saja ingin membuangnya dengan cara berbelanja keluaran terbaru dari merek kesukaannya Hermes dan Gucci. Dona pun dengan cepat membalas pesan dari sahabat sekaligus rekan kerjanya itu. To : Rara Gue nggak bisa, gue udah ada janji sama seseorang. Ajak Sonya tuh, gue yakin dia pasti hari ini bakalan cuma tidur seharian. Ganggu dia! Dona menekan tombol kirim dan tersenyum puas. Dia yakin setelah Rara menerima balasannya, Rara akan langsung merecoki Sonya yang satu tahun di atasnya tetapi juga tak pernah dipanggilnya 'kakak', sama halnya dengan yang Rara lakukan pada Dona. Gantiand ia membaca pesan dari Juan. Pria itu mengiriminya pesan sampai 5 kali dengan isi pesan yang sama. From : Juan Hari ini kamu ada waktu? Saya ingin makan maskanmu lagi. . ///
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD