Sebelumnya aku mau minta maaf karena tulisanku berantakan sejak kemarin. Beberapa hari ke belakang aku kena gejala covid tapi alhamdulillah hari ini demamku sudah mereda :'))
aku benar benar minta maaf atas semua kekuranganku dalam tulisan ini huhu
***
CATATAN medis menjadi salah satu bukti kuat dalam persidangan yang akhirnya membawaku mendapatkan rehabilitasi di rumah sakit jiwa selama beberapa bulan lamanya. Tertulis dengan jelas, bahwa saudari Ivana Arabelle, divonis telah mengidap beberapa masalah mental seperti depresi ringan, gangguan bipolar dan beberapa kasus serangan panik.
Saksi ahli yang memberikan laporan mengenai kesehatanku dalam persidangan kasus kematian Ethan adalah wanita berambut merah mengerikan. Ia memberiku beberapa pertanyaan tanpa kutahu darimana asalnya dan bagaimana dirinya kemudian didaulat menjadi saksi ahli yang bertanggung jawab atas catatan kesehatanku. Namun jika diingat-ingat lagi, aku sempat melihat logo rumah sakit pada bagian jas kedokteran milik wanita bertubuh gempal itu. Ia memiliki lambang burung elang yang tak asing. Aku pernah melihatnya, aku yakin pernah melihatnya di suatu tempat.
"Lalu apa rencananya sekarang?" tanyaku, sembari melihat Dante, lalu ke Hendrick bergantian.
Jujur saja, aku merasa sedikit bingung dengan kondisi sekarang dan bagaimana masalah ini tiba-tiba melibatkanku sampai serumit ini. Maksudku, kita sudah menyaksikan siapa korbannya, bagaimana korban di bunuh, waktu pembunuhan, bahkan sampai alat pembunuhannya. Namun mengapa teka-teki tentang siapa pelaku sebenarnya justru mengambang tanpa petunjuk sama sekali. Mereka bilang, akulah yang membunuh Ethan. Efek halusinasi dari gangguan bipolar yang kuderita, katanya. Namun malam itu, aku memiliki sesuatu di dalam diri yang begitu yakin bahwa ada orang lain di sana.
Dante menarik kursi di balik meja kerjanya, kemudian duduk. Gerakannya terlihat tidak tenang meski ekspresinya berusaha terlihat baik-baik saja. Ia mengetuk-ngetuk permukaan meja yang terbuat dari kaca sebanyak tiga kali, terlihat sedang memikirkan sesuatu, sebelum kemudian melihat Hendrick dan mereka saling bertatapan dengan penuh arti. "Kurasa kami akan mengulang penyelidikan dari awal."
"Semuanya?"
Dan pria itu menganggukkan kepalanya. Ia mengalihkan pandangannya, melihatku, lantas melipat kedua tangannya di dada. "Kepolisian cukup kooperatif kali ini, kesempatanmu untuk memenangkan persidangan dan memperbaiki nama baik, jauh lebih besar daripada sebelumnya, Ivana," jelasnya. "Namun kami berdua tidak akan berat pada salah satu pihak terlebih dahulu. Aku akan membiarkan Hendrick melakukan penyelidikan awal, membuat deduksi sementara dan barulah kita akan mencari tahu lebih dalam."
Namun rasa penasaran di dadaku tak tertahankan lagi. Aku menggumam, sedikit menunjukkan kebingunganku. Sebelum kemudian berpaling pada Hendrick yang duduk di sisi kananku, masih dengan posisi yang terlihat sopan dan segan terhadap kehadiranku. "Kenapa kau mengambil penyelidikan pertama. Maksudku, kalian berdua berada di kubu yang sama, bukan?"
Lalu pria dengan kumis hitamnya itu tertawa pelan. Suaranya renyah dan sedikit bergema. Mungkin jika mendengarkan rekaman suaranya dalam ponsel, karakter suara Hendrick akan menjadi salah satu suara yang cukup disukai oleh gadis-gadis muda. Mereka akan berkata bahwa jenis suara Hendrick cukup menggoda. "Karena Dante mungkin akan kehilangan akalnya."
Aku melihat Hendrick, lalu ke Dante. Tiba-tiba saja wajahnya tertunduk. Dan jika aku tidak salah lihat, semburat merah muda tampak di kedua pipinya sekilas. Mungkinkah dia bersemu?
Lalu aku beralih pada Hendrick saat akhirnya pria itu melanjutkan, "Dante sangat mengagumimu. Well, bahkan sejak pertemuan pertama kalian." Yang justru turut membuatku ikut bersemu karena kata-katanya. "Akan cukup sulit jika melibatkan perasaan pribadi dalam sebuah penyelidikan. Aku akan membantu Dante di awal, sembari menunggunya sedikit stabil dan tidak emosional. Bukankah begitu, Detektif Sea?"
"Hey!" Dante berseru tak terima. Lalu memukul puncak kepala rekannya itu dengan bungkus kertas, yang sebelumnya digunakan untuk membungkus ayam goreng. "Jangan menggunakan nama belakangku!"
Dan Hendrick berdecih, seraya membersihkan kepalanya dengan kesal. "Bisa bisanya kau menggunakan plastik bekas yang berminyak itu ke kepalaku," keluhnya. "Kau sangat menyebalkan, kau tahu."
"Dan kau cukup bodoh!"
Aku tak bisa menahan tawaku saat ini. Mereka berdua tiba-tiba saja bertingkah konyol dan kekanakan. Sangat tidak mewakilkan diri mereka yang merupakan seorang anggota kepolisian. Mereka seharusnya terlihat tegas dan mengerikan untuk bisa menakut-nakuti para penjahat. Namun lihatlah, mereka bahkan berdebat karena plastik sisa ayam goreng. Dan tawaku menarik perhatian kedua pria yang kini duduk di dekatku. Mereka berdua pun ikut tertawa dan saling mengejek. Membuat suasana yang sebelumnya menegang berubah menjadi sedikit lebih baik. Atmosfer dalam ruangan ini mendadak berubah hangat. Tiba-tiba saja aku menemukan suasana berbeda yang sangat ingin kumiliki terus menerus.
"Sudahlah, kita hanya membuang-buang waktu!" seru Dante. "Ayo kita makan dahulu. Kau membuat ayam gorengnya kedinginan, bodoh!"
"Mana mungkin ayam yang sudah mati itu kedinginan, huh?!" timpal Hendrick tak mau kalah. Tangan kanannya lantas mengambil sepotong ayam goreng dalam wadah dan mengangkatnya di udara. "Apakah sekarang kau bersimpati kepada ayam mati ini, Dante?"
Dante melihatku, lalu melirik Hendrick dengan kesal. "Si bodoh itu benar-benar!" Dan mereka pun kembali tertawa setelahnya. Benar-benar konyol dan menghibur. Aku merasa cukup nyaman duduk di antara kedua orang ini sekarang. Mereka terlihat sangat ramah omong-omong. "Ayo kita makan. Kita harus melakukan penyelidikan yang panjang hari ini. Jangan sampai kau pingsan di motorku!"
"Kau akan memulainya hari ini?" tanyaku penasaran.
Dan dengan tangan yang penuh dengan bawang bombay, ia pun menganggukkan kepalanya. "Lebih cepat lebih baik. Kudengar mereka meminta persidangan dilakukan lebih awal," ucap Dante menjelaskan. "Mereka sangat tak sabar untuk memenjarakanmu. Mungkin ada sesuatu yang mereka takuti."
Kedua alisku pun berkerut dalam. "Sesuatu yang mereka takuti?"
"Itu seperti asuransi misalnya," kata Hendrick dengan mulut penuh potongan ayam. Ia pun menyelesaikan adegan makannya lebih dahulu, sebelum kemudian melanjutkan, "Jika Ethan memiliki asuransi dengan namamu sebagai penerima uang, mereka mungkin akan sedikit merugi. Membuatmu bermasalah akan membuat semuanya menjadi lebih mudah."
"Tapi sepertinya, Ethan tak pernah mendaftarkan diri untuk program asuransi manapun," kataku.
Setidaknya memang itulah hal yang kuketahui tentang Ethan. Aku sebagai mantan istri yang menemaninya dalam rumah tangga selama satu tahun, tak pernah sedikitpun mendengar bahwa pria itu memiliki jaminan atas hidup atau kematiannya.
"Kalau begitu, kita harus cari motif lain," tukas Dante. Ia kemudian menyodorkanku sekaleng soda dengan rasa lemon. "Kau meminta lemon tadi. Minumlah dahulu, Ivana."
Dan aku pun dengan senang hati menerima minuman darinya.
"Sekuat apa alasan seseorang untuk membunuh?" lanjut Dante. "Dia haruslah memiliki motif yang kuat atau sangat mendasar hingga berani melakukan aksi keji itu di depan mata orang lain. Ia bahkan cukup bernyali untuk tidak takut dengan Ivana."
"Yeah," balas Hendrick. "Cukup aneh saat aku tahu bahwa pelakunya membunuh korban di hadapan orang lain. Namun melihat kepercayaan dirinya, aku yakin orang itu sudah memprediksi setiap gerakan dan rencana. Bahkan termasuk gerakan Ivana."
"Dia mungkin pintar dalam membaca situasi?" kataku menebak-nebak.
Namun suara Dante tiba-tiba terdengar di ruangan. "Atau mungkin, dia sangat mengenal kalian berdua dengan baik?"
***
It's misteri time guysss.
Baik delusi dan halusinasi terjadi saat otak merasakan atau memproses suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. Keduanya sering disalahartikan sebagai suatu yang sama namun keduanya memiliki perbedaan mendasar. Yang satu adalah suatu gangguan mental yang serius, sedangkan yang lainnya merupakan suatu gejala dan dapat disebabkan oleh berbagai hal.
Delusi adalah jenis gangguan mental di mana penderitanya tidak dapat membedakan kenyataan dan imajinasi, sehingga ia meyakini dan bersikap sesuai dengan hal yang ia pikirkan. Sedangkan halusinasi merupakan gejala yang ditandai dengan adanya sensasi yang diproses oleh otak dan dapat mempengaruhi kerja indra seseorang.
Berdasarkan pengertian tersebut, baik delusi dan halusinasi adalah kondisi dimana seseorang mengalami hal yang tidak nyata. Delusi adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang meyakini sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi sedangkan halusinasi merupakan gejala saat indra seseorang mengalami hal yang tidak nyata.
Delusi adalah suatu penyakit mental sehingga terdapat faktor risiko yang dapat mempengaruhi kondisinya pada seseorang:
Genetik – sama halnya dengan skizofrenia, gangguan delusi lebih mungkin terjadi pada Anda jika ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama. Hal ini sangat mungkin diturunkan dari orangtua ke anaknya.
Biologis – gangguan delusi kemungkinan terbentuk jika bagian otak untuk proses berpikir (lobus frontal) dan persepsi (lobus parietal) mengalami gangguan seperti pertumbuhan tumor otak.
Lingkungan atau psikologis – gangguan delusi juga dapat dipicu karena adanya stress berlebih perilaku berisiko seperti konsumsi berlebih dan penyalahgunaan narkotika. Seseorang yang mengalami kesepian dan terisolasi karena kecacatan indera pendengaran dan penglihatan juga dapat mengalami delusi.
Gejala halusinasi dapat dipicu oleh beberapa penyebab, di antaranya:
Gangguan mental – berbagai gangguan mental yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyebabkan kenyataan dan imajinasi seperti delusi dapat menyebabkan halusinasi. Gejala halusinasi juga dapat terjadi pada penderita skrzofernia, dementia, dan delirium.
Penyalahgunaan obat – hal ini penyebab yang umum dalam menyebabkan halusinasi. Seseorang dapat mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata jika mereka dalam kendali alkohol, kokain dan obat-obatan halusinogen.
Kekurangan waktu tidur – lebih mungkin terjadi jika seseorang mengalami kekurangan waktu tidur atau tidak tidur dalam waktu beberapa haria atau waktu yang lebih lama.
Kondisi kesehatan – terdapat berbagai kondisi kesehatan yang menyebabkan seseorang mengalami halusinasi di antaranya:
Sedang menjalani pengobatan
Penyakit dengan stadium terminal seperti pada kanker, AIDS, atau gagal ginjal dan liver.
Mengalami Parkinson
Demam tinggi
Migrain
Isolasi sosial, terutama pada lansia
Cacat indera pendengaran dan pengelihatan
Epilepsi
Apa yang terjadi saat seseorang mengalami delusi?
Pada umumnya penderita delusi dapat bekerja dan berinteraksi seperti orang normal namun ia akan menunjukan perubahan perilaku seperti marah, tersinggung atau sedih jika suatu interaksi sudah bersinggungan dengan sesuatu yang diyakininya. Hal yang dialami seseorang saat mengalami delusi dapat bervariasi bergantung pada jenis delusi yang dialami, di antaranya:
Erotomatic – menyebabkan seseorang meyakini jika seseorang jatuh cinta kepada penderitanya. Keyakinan tersebut juga disertai perilaku obsesi dan stalking terhadap seseorang yang ada dalam pikiran delusinya.
Grandiose – delusi tipe ini erat kaitannya dengan harga diri yang tinggi sehingga menyebabkan penderitanya meyakini bahwa dirinya adalah orang penting, memiliki bakat, berpengaruh, dan sudah melakukan temuan penting.
Jealous – tipe delusi yang menimbulkan keyakinan jika pasangan atau pasangannya bersikap tidak setia kepadanya.
Persecutory – merupakan delusi yang menyebabkan penderitanya mempercayai bahwa ia atau orang di sekitarnya sedang diperlakukan tidak adil, atau merasa jika ada seseorang akan berbuat jahat kepada dirinya. Perilaku mengkritisi upaya penegakan hukum yang berlebihan juga ditemukan pada penderita delusi jenis ini.
Somatic – tipe delusi yang menyebabkan penderitanya mempercayai jika dirinya mengalami kecacatan atau memiliki masalah medis.
Mixed – merupakan suatu jenis delusi yang ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala dari jenis delusi yang bercampur.