#24 : Jantung yang berdetak lebih kencang

2134 Words
SINAR matahari menyentuh kulit tanganku yang tidak tertutup lengan pakaian. Aku mendongak, berusaha mengintip teriknya panas yang justru hanya membuatku menyipitkan kedua mata. Tanganku kini di udara, menghalangi cahaya yang masuk ke mata sampai beberapa saat, suara langkah kaki seseorang yang mendekat membuatku mengalihkan perhatian. Ada Dante di sana. Dengan kemeja panjang berwarna navy. Ia sengaja melipat kedua lengan panjang kemejanya sampai ke siku dan tanpa sadar menunjukkan otot-otot lengannya yang terlihat kuat dan kokoh. Ia menghampiriku dan tersenyum kecil. Senyuman yang lagi-lagi membuat dadaku terus berdesir setiap kali melihatnya. "Kau ... tidak memakai gaun hari ini?" Siapa sangka, pria ini menyadarinya. Sejujurnya, aku perlu menghabiskan waktu sekitar satu jam lebih hanya untuk memilih-milih pakaian untuk kugunakan hari ini;untuk bertemu pria yang kini berdiri di hadapanku. Ini terjadi secara alamiah. Aku tidak pernah memprediksi ini semua sebelumnya. Aku bahkan menggunakan celana jeans ketat dan atasan sabrina dengan kedua bagian pundak yang terbuka. Apakah pakaian yang kugunakan terlalu mencolok sehingga Dante mudah melihatnya? Aku pun beranjak dari kursi taman. Tempat dimana aku menunggu pria yang bekerja sebagai detektif ini selama lebih dari sepuluh menit. Mataku melihat ke bawah, memerhatikan setiap inci pakaian yang kugunakan di depannya. Rasanya sedikit aneh meninggalkan gaun-gaun atau pakaian dengan model blus dan rok yang setiap hari kupakai hanya untuk terlihat berbeda di hadapan seseorang. Jujur, ini membuatku sedikit gugup. Dan ... sedikit malu. Namun pada akhirnya, aku mendongak, berusaha memberanikan diri untuk menatap wajah Dante yang sama sekali belum menurunkan senyum dari kedua sudut bibirnya itu. "Apakah ... ini terlihat aneh?" "Well, sebenarnya, kau memilih pakaian yang tepat hari ini." Kata-kata ambigu yang tak kuyakin apa artinya itu membuatku berkerut kening. Lalu, aku hanya tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuk leherku yang sama sekali tidak gatal hanya karena kebingungan. "Sungguh?" Dan Dante pun menganggukkan kepalanya. Ia tiba-tiba saja memegang lengan kiriku dan menariknya, membawaku berjalan meninggalkan taman yang cukup menyejukkan pagi ini. Bunga-bunga di sekitarku bermekaran dengan sangat baik. Warna yang cerah dan mencolok, seperti mewakili perasaanku hari ini. Sampai kemudian langkah kaki Dante pun terhenti di depan sebuah motor besar yang biasa digunakan orang-orang untuk balapan liar. Ia lalu melepaskan tanganku dan berbalik. "Kau siap untuk bertualang?" Kedua mataku sepertinya membulat dengan sangat cepat. Ini pasti reaksi atas keterkejutan atas apa yang baru saja kusaksikan. Maksudku, apakah dia akan membawaku untuk menaiki motor balapnya itu? "Tapi, apa ini aman?" tanyaku ragu-ragu. Pria itu melipat kedua tangannya di dada. Lalu, satu alisnya yang tebal pun terangkat naik. "Kau belum pernah naik motor, Ivana?" Maksudku, iya. Jelas. Seumur-umur, aku hanya dibiarkan untuk menaiki mobil. Bahkan setelah menikah pun, Ethan selalu mengantarkanku dengan mobil pribadi atau mobil dari kantornya. Namun membayangkan menaiki kendaraan roda dua ini, berhasil membuat bulu kudukku sedikit bergidik. Kurasa aku tak bisa membohongi Dante dengan senyuman palsu karena aku benar-benar takut sekarang. "Kau tidak perlu takut," katanya, berusaha menenangkan. Namun aku hanya diam saja. Tidak yakin dengan reaksi apa yang harus ku tunjukkan kepadanya. Aku cukup penasaran, tapi tidak cukup berani untuk duduk di sana, menaiki kendaraan yang bahkan belum pernah kujajal sebelumnya. Tiba-tiba saja Dante memakaikan helm di kepalaku, memasukkannya dengan sangat hati-hati, kemudian mengaitkan pengikatnya dengan kuat. Ia bahkan memastikannya sekali lagi untuk membuatku merasa nyaman dan aman. "Kau sudah menggunakan ini. Kau akan aman. Ayo!" Pria itu lantas mengenakan helm lain untuk melindungi kepalanya. Kemudian tanpa babibu, menaiki sang motor balap dengan penuh percaya diri. Membuatku sedikit ragu pada awalnya, sehingga sekali lagi, aku pun melemparkan pertanyaan untuk meyakinkan diriku sendiri. "Uhm, Dante, sebenarnya, apakah kita perlu naik motor? Maksudku, sebenarnya kita akan kemana? Tidak bisakah kita bicara saja di sini?" "Tidak," jawabnya dengan lugas. Ia kemudian tersenyum tanpa melepaskan stang yang sudah digenggam oleh kedua tangannya. "Kita tidak bisa membicarakan hal yang sangat privasi di tempat umum, Ivana. Terutama hal yang akan kita bicarakan adalah mengenai penyelidikan kasus kematian. Kita harus menjaga semua informasi dengan rahasia sampai waktu persidangan nanti." Jawabannya cukup terdengar diplomatis dan logis memang. Namun, "Kita akan kemana?" "Ke kantor polisi," ucapnya. Lagi-lagi Dante menunjukkan keyakinan yang begitu kuat. "Kita akan berbicara di ruanganku. Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan kepadamu dan kurasa, kita bisa memulai penyelidikan ini lebih dalam sekarang." Mendengar setiap kalimat yang berisi harapan membuatku ikut bersemangat. Dan tanpa berpikir panjang lagi, aku pun menaiki motornya yang cukup tinggi. Aku berdoa dalam hati. Namun tangan kiri Dante justru menarik kedua tanganku secara bergantian ke depan perutnya. "Kau bisa berpegangan jika kau takut," katanya. Dan tentu saja itu sedikit membuatku merasa lebih baik. Aku mengeratkan peganganku kepadanya. Sebelum kemudian memberanikan diri untuk membuka mata yang sebelumnya terpejam dan memperhatikan keadaan jalanan di depan kami. Setelah menunggu beberapa detik, memastikan bahwa napasku tak lagi terengah-engah karena panik, Dante pun menyalakan mesin motor dengan perlahan. Hanya di awal. Karena setelah motor berjalan, Dante bersikap bak pembalap di arena balap. Ia mengendarai motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Hanya sampai beberapa menit awal saja aku bisa melihat keahliannya dalam menikung, menyalip dan menghindari kendaraan-kendaraan lain yang menghalangi jalan kami. Kurasakan angin kencang menerpa wajahku yang tidak tertutup kaca helm. Lalu, mataku terpejam. Setidaknya menutup mataku membuat semuanya terasa jauh lebih baik. Dan setelah beberapa kali kurasakan tubuhku dibawa berbelok, menyalip dan berjalan dengan sangat cepat. Mesin motor pun dimatikan. Mataku mendadak terbuka. Kami sudah sampai di area parkir kantor polisi. Secepat itu? Aku pun segera turun dari motor dan mengembalikan helm dengan cepat. Aku tidak bisa menutupi wajah kesalku dan tanpa sadar memberengut. "Kau pikir ini lucu? Aku tidak menggunakan pakaian ini untuk merasakan sensasi hampir mati di atas motormu!" Namun alih-alih merasa bersalah setelah membuatku kesal, Dante justru turun dari motornya dengan santai, sama halnya dengan saat ia menurunkan helm dan menyimpannya di atas motor. Ia pun membelai puncak kepalaku lalu mengacak-ngacak rambut dengan lembut. Apa ini? Kurasakan dadaku berdesir hangat. Pipiku pasti memerah sekarang. Namun aku tak ingin menghindar. Terutama saat kedua mata cokelat milik pria yang berdiri beberapa senti saja dari tempatku menatap kedua mataku lurus-lurus. Ada sorot keintiman yang kurasakan. Aku tidak bisa menolak atau mencegahnya. Ia kemudian tersenyum lagi, kali ini lebih lebar. Membuatku ingin menghentikan waktu saat ini juga. Di momen kami bersama. *** MISTERI dan INFORMASI TIME. Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang drastis. Seseorang yang menderita bipolar dapat merasakan gejala mania (sangat senang) dan depresif (sangat terpuruk). Gangguan bipolar umumnya ditandai dengan perubahan emosi yang drastis, seperti: Dari sangat bahagia menjadi sangat sedih. Dari percaya diri menjadi pesimis. Dari bersemangat menjadi malas beraktivitas. Setiap fase emosi dapat berlangsung dalam hitungan minggu atau bulan. Bukan hanya pada orang dewasa, gangguan bipolar juga bisa terjadi pada anak. Penyebab Gangguan Bipolar Penyebab pasti terjadinya gangguan bipolar belum diketahui. Namun, terdapat dugaan bahwa gangguan bipolar merupakan dampak dari adanya gangguan pada senyawa alami yang berfungsi menjaga fungsi otak (neurotransmitter). Gangguan pada neurotransmitter itu sendiri diduga dipicu oleh beberapa faktor, seperti: Genetik Sosial Lingkungan Fisik Pengobatan Gangguan Bipolar Dalam menangani gangguan bipolar, dokter akan menganjurkan penggunaan obat atau terapi khusus. Untuk menentukan metode yang tepat, pasien perlu melakukan pemeriksaan secara langsung ke dokter. Gangguan bipolar yang tidak mendapatkan penanganan dapat menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan penderitanya, seperti: Performa di sekolah atau tempat kerja memburuk Kecanduan alkohol hingga penyalahgunaan NAPZA Rusaknya hubungan sosial, misalnya dengan pasangan, kerabat, atau orang lain Permasalahan keuangan (finansial) Menimbulkan keinginan hingga percobaan bunuh diri Gangguan bipolar merupakan kondisi kejiwaan yang membuat penderitanya mengalami perubahan emosi yang drastis, dari mania (sangat senang) menjadi depresif (sangat terpuruk), atau pun sebaliknya. Sebelum terjadi perubahan dari satu emosi ke emosi lain, biasanya terdapat fase dimana suasana hati atau emosi pasien normal. Namun pada kasus tertentu, perubahan emosi juga dapat terjadi tanpa adanya fase normal. Tiap emosi atau gejala, baik mania mau pun depresi, dapat berlangsung selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Gejala mania yang muncul pada penderita gangguan bipolar dapat berupa: Merasa sangat bahagia atau senang. Berbicara sangat cepat, sering, dan tidak seperti keadaan normal. Merasa sangat bersemangat. Muncul rasa percaya diri yang berlebihan. Keinginan untuk tidur menurun. Tidak nafsu makan. Mudah terganggu. Gejala mania juga dapat ditandai dengan munculnya pikiran untuk membuat keputusan yang buruk atau cenderung bersikap impulsif. Dalam hal ini, penderita gangguan bipolar bisa secara tiba-tiba melakukan hubungan seksual yang tidak sehat, menyalahgunakan NAPZA, atau melakukan hal lain yang dapat merugikan dirinya bahkan orang lain. Sedangkan gejala depresi yang muncul pada penderita bipolar dapat berupa: Merasa sangat sedih dan putus asa. Lemas dan kurang energi. Sulit berkonsentrasi atau mengingat sesuatu. Hilang keinginan untuk beraktivitas. Merasa kesepian dan tidak berguna. Merasa bersalah. Pesimis terhadap segala hal dan membenci diri sendiri. Tidak nafsu makan. Gangguan dalam tidur seperti sulit tidur atau bangun terlalu dini. Delusi atau waham. Muncul keinginan untuk bunuh diri. Penderita gangguan bipolar juga dapat mengalami munculnya gejala mania dan depresif secara bersamaan. Misalnya, merasa sangat bersemangat dan disaat yang bersamaan juga merasa sangat sedih. Kondisi itu disebut gejala campuran atau mixed state. Penyebab munculnya gangguan bipolar belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat dugaan bahwa kondisi ini merupakan dampak dari adanya ketidakseimbangan pada neurotransmitter, yakni senyawa alami yang berfungsi mengendalikan fungsi otak. Faktor genetik, fisik, lingkungan dan sosial memiliki peran atas terjadinya ketidakseimbangan neurotransmitter yang diduga menjadi penyebab gangguan bipolar. Maka dari itu, gejala gangguan bipolar dapat terpicu jika seseorang mengalami peristiwa traumatis, seperti: Terdapat kerabat dekat yang meninggal, misalnya keluarga. Putus dalam berhubungan, seperti dengan pacar atau pasangan hidup. Mengalami kekerasan emosi, fisik, atau seksual. Selain peristiwa traumatis, faktor lain yang juga diduga memicu munculnya gejala gangguan bipolar meliputi: Penyakit fisik. Gangguan tidur. Memiliki masalah rumah tangga, keuangan, pekerjaan, atau masalah keseharian lain. Kecanduan alkohol dan menyalahgunakan NAPZA. Beberapa gejala yang dialami penderita gangguan bipolar mirip dengan kondisi lain, seperti penyakit tiroid, serta dampak dari kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA. Maka dari itu, dokter terlebih dahulu akan mengajukan beberapa pertanyaan ke keluarga atau kerabat pasien terkait gejala, seperti sejak kapan dan seberapa sering gejala gangguan bipolar muncul, serta melakukan pemeriksaan laboratorium guna memastikan penyebab gejala yang muncul. Setelah hasil pemeriksaan awal menunjukan adanya dugaan gangguan bipolar, pasien akan dirujuk ke dokter spesialis kesehatan jiwa atau psikiater. Psikiater akan melakukan pengamatan terhadap pola berbicara, berpikir, dan bersikap pasien. Dalam proses pengamatan, psikiater juga akan menanyakan riwayat penyakit keluarga pasien, riwayat gejala yang dirasakan, hingga pola tidur pasien. Psikiater juga dapat memberikan kuesioner yang dapat diisi pasien. Ketika hasil pemeriksaan dirasa cukup, psikiater akan mengklasifikasikan kondisi pasien berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk meredakan gejala yang muncul, tetapi penanganan akan membutuhkan waktu yang lama. Maka dari itu perlu kepatuhan dari pasien, dan pengawasan dari keluarga serta dokter. Penanganan gangguan bipolar dapat dilakukan dengan pemberian obat dan psikoterapi. Untuk menentukan metode yang tepat, pasien dianjurkan untuk berkonsultasi secara langsung dengan dokter. Pemberian obat Terdapat beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk meredakan gejala gangguan bipolar, dan masing-masingnya memiliki fungsi yang berbeda. Pasien dianjurkan untuk terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat. Beberapa obat yang biasa digunakan untuk meredakan gejala gangguan bipolar meliputi: Moodstabilizer, seperti lithium, lamotrigine, dan carbamazepine. Antikonvulsan, seperti asam valproat. Antipsikotik, seperti aripiprazole, quetiapine, olanzapine, dan risperidone. Antidepresan, seperti escitalopram, fluoxetine, dan sertraline Dokter juga dapat mengombinasikan 2 atau lebih jenis obat, terutama jika perubahan gejala yang dialami pasien terjadi sangat cepat. Penggunaan dan penghentian obat harus dengan anjuran dokter. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan kondisi pasien, berpotensi menimbulkan efek samping obat dan justru membahayakan pasien. Psikoterapi Terdapat beberapa metode psikoterapi yang dapat digunakan dalam meredakan gejala gangguan bipolar. Untuk menentukan metode yang tepat, pasien dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Berikut metode psikoterapi yang biasa digunakan untuk menangani gejala gangguan bipolar: Interpersonal and social rhythm therapy (IPSRT). IPSRT merupakan metode yang terfokus pada kestabilan ritme aktivitas sehari-hari, seperti waktu untuk tidur, bangun, hingga makan. Teraturnya ritme dalam beraktivitas mampu membantu pasien untuk mengendalikan gejala gangguan bipolar. Cognitive behavioral therapy (CBT). Dengan CBT atau terapi perilaku kognitif ini, dokter akan membantu pasien dalam mendeteksi hal yang dapat memicu munculnya gejala gangguan bipolar, sehingga hal tersebut dapat diganti dengan sesuatu yang positif. Psychoeducation. Dokter akan mengedukasi pasien dengan hal-hal yang perlu diketahui terkait kondisi yang tengah diderita. Dengan begitu, pasien dapat dengan sendirinya mengidentifikasi penyebab munculnya gejala, menghindarinya, dan membuat strategi penanganan ketika gejala gangguan bipolar muncul. Peran keluarga juga sangat dibutuhkan dalam kondisi ini. Dengan mengenal dan mengetahui cara menangani kondisi pasien, keluarga dapat membantu pasien dalam mencegah sekaligus mengendalikan munculnya gejala. Selain beberapa metode di atas, dokter juga dapat menggunakan terapi listrik atau biasa disebut terapi elektrokonvulsif. Namun, metode ini biasanya digunakan ketika pengobatan lain tidak efektif menangani gejala yang muncul. Perubahan Gaya Hidup Untuk mengurangi risiko gejala gangguan bipolar semakin buruk, penerapan pola hidup sehat dapat membantu. Beberapa contoh upaya yang dapat dilakukan adalah: Berhenti mengonsumsi alkohol atau NAPZA. Jalin hubungan yang sehat dan positif. Atur rutinitas yang sehat, seperti tidur yang cukup dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Penuhi kebutuhan cairan tubuh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD