Bab 10. Jangan Merendahkan Diri

1781 Words
Jelita keluar dari taksi yang mengantarkannya ke sebuah restoran di tepi sungai Hudson. Jelita tak pernah ke tempat itu sebelumnya tapi kali ini ia harus pergi karena Samuel Arson. Urusan Samuel memang membuat Jelita jadi kehilangan akal sehat. Ia terus mengikuti status sosial media sang mantan kekasih untuk melihat pergerakannya. Malam ini, Sam sedang berada di restoran tersebut. Jelita harus menemukan waktu serta kesempatan berbicara dengan Sam. Jelita tak bisa menerima jika Sam tak memedulikannya. Mata Jelita dengan cemas melihat pada semua arah mencari keberadaan Samuel. Seorang pelayan kemudian menghampirinya. “Apa Anda sudah memesan meja, Nona?” Jelita terkesiap lalu berbalik. Matanya sedikit membesar lalu berpikir. “Uhm, iya!” sahutnya cepat dan berbohong. Pelayan itu mengangguk paham lalu mengambil tablet tempatnya mengecek pesanan. “Atas nama?” Jelita berpikir lagi. Ia pasti ketahuan berbohong sekarang. pelayan itu menunggu Jelita bicara tapi bola matanya terus berputar mencari Sam yang tak kunjung kelihatan. “Uhm, itu ... aku akan memesan meja sekarang saja,” lanjut Jelita malah memberikan penawaran. Kening pelayan itu mengernyit tak mengerti. “Sebenarnya Anda memiliki pesanan atau janji ....” “Janii! Iya, maksudku janji bukan pesanan!” sahut Jelita mengoreksi dengan cepat. Pelayan itu mengangguk lagi tapi ia mulai curiga dengan gerak-gerik Jelita yang mencurigakan. “Aku punya janji dengan Samuel Arson. Aku kekasihnya, kami punya janji makan malam di sini,” ujar Jelita memberikan alasan bohongnya. “Oh meja Tuan Arson. Sebelah sini ....” pelayan itu menunjukkan letak meja yang dipesan oleh Samuel Arson yang dicari oleh Jelita. Jelita tersenyum kemenangan. Ternyata status media sosial Sam berguna juga. Begitu ia melihat Samuel, mata Jelita langsung terbelalak membesar. Samuel sedang bersama kekasih barunya lalu bermesraan dengannya. Pelayan itu pun pergi meninggalkan Jelita yang sudah panas. Jelita langsung datang ke meja Samuel. Samuel menoleh lalu mengernyit. “Jelita? Ngapain lagi kamu ....” “Sam, aku perlu bicara sama kamu!” ucap Jelita dalam bahasa Indonesia. Matanya melirik tak suka pada wanita yang sedang bergelayut di lengan Samuel. Pasangan Sam itu ikut mengerling pada Jelita lalu mendengus sinis. “About what!” sahutnya heran. “About us!” pekik Jelita tak tahan. Ia sudah terbakar cemburu begitu besar dan tak sudi melihat Sam bermain dengan wanita lain. “I don’t care about us. Udalah Jelita, kamu mau apa lagi sih? Kita kan uda putus!” Samuel membalas dengan cuek. Jelita menggeleng kuat tak terima. Ia pun menarik kursi dan duduk di meja yang sama. Kening Samuel makin mengernyit. “Kamu mau ngapain di sini?” hardiknya dengan suara masih tertahan. “Mau makan malam sama kamu,” jawab Jelita menekan rasa malunya. Samuel terperangah tak percaya tapi ternyata bukan cuma Samuel yang bersikap seperti itu, kekasih barunya lebih tak suka lagi melihat kehadiran Jelita. “Hei, bi*tch! Sebaiknya kau pergi dari sini sebelum aku menendangmu. Kau sudah merusak makan malam romantisku, tahu!” wanita itu menunjuk seraya berteriak kasar pada Jelita. Samuel sempat kaget dan bangun mencoba menghalangi kekasihnya. Jelita tak terima. Ia ikut bangun dan membalas dengan ikut menunjuk. “Jangan sembarangan kalau bicara! kau itu sudah berselingkuh dengan kekasihku!” balas Jelita tak kalah garang. “Kekasihmu? Mengacalah, siapa dirimu? Kau kira kau cantik ya?!” Jelita makin mendelik tak percaya. Rasanya ia ingin menjambak w************n itu secepatnya. Akan tetapi, Samuel sudah mengantisipasi sebelumnya. Ia langsung menghalangi gerakan tangan Jelita. “Jangan dekati pacarku!” teriak Jelita mulai tak terkendali. “Jelita, cukup! Pergi kamu dari sini!” bentak Samuel melindungi kekasih barunya dari tangan Jelita. Bahkan kekasih Samuel sempat mendorong pundak Jelita dengan kasar dan Jelita tak sempat membalas. “Sam, kenapa kamu seperti ini?” pekik Jelita mulai histeris. “Kamu merusak semuanya. Sudah pergi sana. Jangan ganggu aku lagi!” Samuel mengusir Jelita tanpa ampun sama sekali. Keributan itu berhasil memancing manajer restoran keluar. Samuel langsung melayangkan protes akan meninggalkan restoran jika Jelita tak diusir. Semua karena Jelita yang membuat keributan. “Nona, kamu harus ikut kami!”. Usai dihubungi Jelita 30 menit yang lalu, Jupiter akhirnya mencari gadis itu sampai celingukan ke semua tempat di restoran tepi sungai yang melintasi sungai Hudson. Ada dermaga besar dan beberapa restoran yang menjadi objek wisata bagi para pelancong yang datang berkunjung ke New York. Namun Jelita tak terlihat di mana pun. Jupiter lantas menelepon lagi dan ternyata ia sedang ditahan oleh pihak keamanan di daerah tersebut karena membuat keributan di dalam sebuah restoran. Jupiter yang datang menghampiri langsung mendengus kesal melihat Jelita yang sudah berdiri mendelik padanya. “Maaf Pak. Namaku Jupiter King. Aku teman Jelita Tarigan!” ujar Jupiter memperkenalkan dirinya pada petugas keamanan. Petugas itu tersenyum mengangguk. “Terima kasih sudah datang, Tuan King. Nona Tarigan membuat sedikit ketidaknyamanan di dalam sana. Itu sebabnya mengapa ia harus ditahan di sini dan tidak diizinkan masuk ke dalam lingkungan restoran.” Jupiter tersenyum lalu mendengus kesal dan menoleh pada Jelita yang masih melipat kedua lengannya di d**a dan membuang wajahnya ke arah lain. “Aku minta maaf atas yang terjadi. Apa ada kerusakan?” petugas itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Tidak ada yang terluka. Hanya saja ada tamu tak ingin Nona Tarigan diperbolehkan masuk ke dalam restoran lagi.” Jupiter mengangguk dan ia sudah bisa menebak siapa tamu tersebut. Ia melirik pada Jelita lagi dan gadis itu masih bergeming dari dirinya. “Terima kasih sudah menjaga temanku. Selamat malam!” “Selamat malam!” ujar petugas itu lagi. Jupiter kemudian mengajak Jelita untuk ikut dengannya tapi Jelita tak menjawab dan langsung pergi. Jupiter mengikutinya di belakang. Setelah mereka berjalan dari tempat sebelumnya Jelita berbelok dan akan kembali ke restoran. Jupiter dengan sigap langsung menghalangi dengan memegang lengannya. “Eh, kamu mau ke mana?” tarik Jupiter pada Jelita yang sudah kadung kesal. “Kamu tidak tahu apa yang terjadi. Aku mau kembali ke dalam!” ujar Jelita bersikeras. Jupiter menghalangi lagi dan menariknya menjauh. “Kamu ingin buat keributan lagi?” “Aku tidak buat keributan tapi dia yang membuat keributan!” “Siapa dia?” tanya Jupiter cepat dengan raut serius. “Wanita itu! wanita yang jadi kekasih Sam!” sahut Jelita meninggikan suara. Jupiter mendengus kesal dan membuang wajahnya sejenak ke arah lain. “Jadi kamu memanggilku kemari untuk melihatmu berkelahi, begitu?” Jelita jadi tertegun dengan kening mengernyit. Jupiter melepaskan tangannya dan melipat kedua lengan di dadanya. “Sekarang ayo serang dia! Jika kamu menginap di sel malam ini aku tak akan menolongmu!” Jupiter balas menantang dan berbalik akan pergi. Jelita jadi kaget dan berjalan cepat menghalanginya pergi. “Kenapa kamu malah pergi dan tidak menolongku?” tukas Jelita bertanya dengan rasa kesal. Jupiter jauh lebih kesal karena Jelita malah bersikap kanak-kanak. “Jelita, kamu bukan anak kecil yang kehilangan mainan. Wanita itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kecantikanmu, apa kamu sadar itu?” sahut Jupiter menyelipkan pujian untuk Jelita. Jelita diam dan tertegun. Ia masih memandang Jupiter yang kini balik memarahinya. “Lalu kenapa kamu tidak membantuku?” Jelita akhirnya bicara dengan nada yang lebih rendah. Jupiter pun mendengus tersenyum sinis. “Karena aku tidak dibayar untuk berkelahi. Aku dibayar untuk jadi kekasihmu dan jadi teman tidurmu. Aku tidak mau membuang waktuku untuk pria b******k dan w************n seperti itu!” tukas Jupiter dengan sikap yang sangat berbeda dari sebelumnya. Jelita jadi diam dan tak berani berkutik. Ia sesungguhnya tak tahu harus menjawab apa. “Jika kamu bersikap seperti wanita rendahan apa bedanya kamu dengan dia? Sama saja!” sambung Jupiter lagi makin menyudutkan Jelita. Jelita mendengus lebih pelan dan terlihat jauh lebih tenang. Hal itu membuat Jupiter jadi mendengus dan sedikit mengangguk. “Ayo sebaiknya kita pergi dari sini!” ajak Jupiter memberikan tangannya. Ia berharap Jelita akan luluh dan mengambil tangannya untuk di genggam tapi ternyata yang terjadi malah sebaliknya. Jelita melengos pergi begitu saja meninggalkan Jupiter di belakangnya. Jupiter hanya bisa menggelengkan kepalanya seraya mencebik kesal. Mengapa saat ia menyukai seorang gadis, gadis itu malah bersikap mengesalkan padanya? Jika bukan karena mengingat ia sedang iseng menjadi gig*olo berbayar, Jupiter pasti tak akan mau melakukan hal ini. “Apa kamu ke mari naik taksi?” tanya Jelita dan Jupiter tertegun. Ia lupa sudah naik mobilnya sendiri dan itu membuatnya harus berbohong. “Tidak, aku menyewa mobil. Jika pria itu melihat dia akan pikir aku miskin karena tak ada kendaraan!” Jupiter menjawab setelah otaknya berpikir cepat. Jelita pun mengangguk lagi. “Soalnya aku kemari naik taksi!” aku Jelita kemudian. Jupiter tersenyum dan mengangguk. Ia mengajak Jelita ke arah tempat mobilnya yang diparkir. “Ini mobilmu?” tanya Jelita mengernyit keheranan. “Aku menyewanya!” imbuh Jupiter memperjelas. Padahal ia sudah kalang kabut dengan tampilan mobilnya yang kelewat mewah untuk seorang pria penghibur. Akan tetapi, Jelita percaya. Ia membulatkan mulut dan langsung masuk ke dalam bersamaan dengan Jupiter. Jupiter pun mengendarai kendaraannya untuk mengantarkan Jelita pulang ke apartemennya. “Apa kamu sudah makan malam?” tanya Jupiter pada Jelita yang hanya memandang ke arah luar sambil melipat kakinya sehingga paha mulusnya terlihat jelas. Lalu kedua lengannya terlipat di depan membingkai dadanya yang jauh lebih kentara karena ia memakai sleeveless dress ketat yang memperlihatkan bagian atas tubuhnya. “Aku tidak makan malam!” jawab Jelita singkat. Jupiter hanya menghela napas dan mengangguk. Jelita lalu menoleh pada Jupiter yang diam saja. “Apa kamu lapar?” tanya Jelita lebih lembut. “Iya. Aku rindu masakan ibuku tapi dia sedang sibuk. Adikku sedang sakit!” jawab Jupiter separuh cuek. Jelita masih menatap Jupiter dan mengangguk lagi. “Kamu ingin makan apa?” tanya Jelita lagi. “Entahlah, apa saja. Mungkin masakan rumahan?” Jelita malah tersenyum dan itu membuat Jupiter jadi tertegun. “Kenapa kamu malah tersenyum?” “Uhm, aku bisa membuatkanmu jagung manis dan sup,” tawar Jelita membuat Jupiter menoleh sekali lagi sekaligus membesarkan matanya. “Hah? kamu mau masak untukku? Memangnya kamu bisa memasak?” tanya Jupiter tak percaya dengan yang ia dengar. Jelita hanya tersenyum saja. “Aku belajar dari ayahku. Tidak begitu enak tapi ya selama ini aku memasak sendiri di rumah. Aku kan tinggal sendirian.” Jupiter tersenyum dan mengangguk lagi. “Kalau begitu buatkan untukku!” pinta Jupiter tanpa ragu. Jelita jadi tersenyum sembari mengernyit. “Hehe, baru kali ini aku bertemu dengan seseorang yang bekerja untukku tapi aku memasak untuknya!” Jupiter tergelak kecil dan mengangguk. “Kamu benar! Tapi tidak ada salahnya kan?” Jelita masih membalas senyuman Jupiter. “Anggap saja sebagai imbalan karena sudah melepaskan aku dari petugas keamanan itu!” Jupiter mengangguk setuju dan meluncur ke apartemen Jelita dengan segera. Tiba di apartemen itu, Jelita dan Jupiter masuk bersamaan sambil tersenyum pada doorman yang membuka pintu. Doorman itu bahkan tersenyum lebih lebar pada Jupiter karena ia adalah pria yang sama yang mengantar Jelita sebelumnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD