Tak sia-sia Jupiter menunggu dengan duduk di konter dapur di apartemen mewah Jelita Tarigan menungguinya memasak. Ternyata adegan memasak bisa menjadi hal yang paling menarik untuk disaksikan.
Jupiter bisa memanjakan mata sekaligus perutnya akan terisi setelah itu. Tak lama Jelita menghidangkan jagung bakar manis dengan sup dan roti. Tak cukup banyak karbohidrat tapi bisa mengenyangkan untuk perut Jupiter.
“Wow kelihatannya ini sangat enak!” puji Jupiter bahkan sebelum ia mencicipi. Jupiter terlihat senang dan bergegas untuk mencuci tangannya. Ia sudah melepaskan jas dan langsung menggulung kemeja LV yang dikenakannya. Jelita melayani dengan baik dengan ikut menghidangkan air lalu duduk di sebelah Jupiter dengan semangkuk buah.
Jupiter memulai makan dengan mencoba jagungnya. Dan ia langsung menyukai rasanya.
“Hemm, apa kamu memang sempurna atau apa? Kamu cantik, pintar memasak ... wow!” Jupiter mengambil serbetnya dan mengelap sedikit mulutnya. Jelita yang dipuji oleh Jupiter lantas tersenyum dan diam tak ikut makan.
“Kamu sudah kurus, apa kamu mau lebih kurus lagi?” ujar Jupiter memberikan tanggapannya. Jelita hanya tersenyum saja.
“Sam bahkan bilang jika tubuhku masih gemuk!” balas Jelita kemudian. Jupiter langsung mendengus sinis.
“Untuk apa kamu mendengar yang dia katakan tentangmu? Dia itu pria bodoh!” sahut Jupiter cuek sambil mengunyah. Jelita langsung manyun.
“Kenapa kamu jadi mengatainya?” Jupiter sedang menikmati supnya lalu tersenyum.
“Ada banyak alasan kenapa aku bicara seperti itu. salah satunya karena aku adalah seorang pria. Aku bisa tahu yang mana pria b******k yang mana yang bukan!”
“Tapi Samuel bukan pria b******k!”
“Jika tidak mengapa ia memutuskanmu?” Jelita jadi cemberut dan diam memandang Jupiter yang masih memandangnya sambil mengunyah pelan.
“Jelita, aku orang yang blak-blakan dengan perasaanku. Jika aku bilang suka, aku akan bilang suka. Jika dia b******k maka aku juga akan mengatakannya. Seorang pria tak akan bersikap seperti itu pada kekasihnya. Itu tidak benar!” sambung Jupiter lagi memberikan pendapatnya.
“Memangnya apa yang kamu tahu?” sahut Jelita balik bertanya.
“Aku juga sedang patah hati. Aku baru putus dengan kekasihku!” Jelita terkesiap dan sedikit terperangah. Jupiter masih terlihat santai dan tidak seperti orang tengah patah hati.
“Tapi kamu tidak terlihat seperti sedang bersedih?” Jelita bahkan sampai memicing. Jupiter tersenyum lalu mengangguk.
“Aku sudah menghabiskan beberapa hari untuk menangis dan itu sudah cukup. Aku tak perlu terus menerus larut dan tak bisa move on!”
“Tunggu dulu, tapi pekerjaanmu kan? Kenapa kamu bisa punya pacar?” tunjuk Jelita pada Jupiter yang memakan lagi jagungnya.
“Memangnya seorang gigolo tidak boleh punya pacar? Apa ada larangan untuk itu?” Jelita langsung menggelengkan kepalanya.
“Kalau begitu tak ada masalah bukan. Lagi pula dia kekasih yang baik!” tambah Jupiter lagi. Jelita masih diam saja dan mulai menopang dagunya.
“Aku sangat mencintai Samuel. Dia sudah berjanji akan menikah denganku,” ujar Jelita kemudian.
“Apa dia sudah melamarmu?” Jelita menggelengkan kepalanya.
“Dia belum melamar pada keluargaku. Kamu tahu jika orang Indonesia harus meminta ijin dan restu keluarga untuk bisa menikah, dan dia belum melakukan itu pada keluargaku. Ayahku sudah bertanya, tapi dia tak kunjung mau datang. Sam, terus membuat alasan,” jawab Jelita dengan nada lebih rendah. Jupiter mengangguk dan tersenyum.
“Kenapa kamu tidak mencari kekasih baru?” Jelita langsung mengernyit dan cemberut.
“Kamu kira mudah melupakan orang yang kita cintai? Aku tidak mungkin melupakan Sam!”
“Kenapa?” Jupiter mulai serius mendengar dengan kedua lengan terlipat di atas meja. Jelita mengedikkan bahunya.
“Sam adalah pria pertama yang menyentuhku. Aku belum bisa pergi dari perasaan itu!” Jupiter tampak diam sesaat memperhatikan Jelita.
“Apa dia bisa memuaskanmu di ranjang?” Jelita melirik pada Jupiter yang memandanginya tajam.
“Apa maksudmu?” Jupiter tersenyum.
“Pekerjaanku adalah membuat pelangganku puas dengan pelayanan yang aku berikan. Aku tidak tahu denganmu karena kamu mungkin sudah terpuaskan oleh hanya seorang pria seperti dia. Sehingga kamu tidak bisa melupakannya.” Jupiter membalas sekaligus menyindir Jelita masih diam saja dan memperhatikannya.
“Apa yang membuatmu menyukai dia? Apa hanya karena urusan se ks?” tanya Jupiter lagi tanpa malu-malu.
“Tentu saja tidak. Aku juga sudah punya pacar sebelumnya!”
“Apa mereka juga tidur denganmu?” potong Jupiter cepat. Jelita terdiam lagi dan menggeleng.
“Berarti benar dugaanku. Itu hanya urusan kesan pertama pada hubungan intim, di antara kepuasan dan kepalsuan!” jawab Jupiter memberikan analisanya yang membuat Jelita jadi mengernyit. Benarkah seperti itu?
“Jadi pointmu adalah ....”
“Cobalah aku, aku akan memuaskanmu!” jawab Jupiter tanpa urat malu sedikit pun. ia terang-terangan menawarkan dirinya untuk tidur dengan Jelita.
“Kamu kira aku membayarmu untuk tidur denganku!” pekik Jelita menaikkan nada suaranya.
“Tapi aku kan seorang pria penghibur. Tugasku adalah memuaskanmu karena kamu sudah mengontrakku!” sahut Jupiter cepat sambil menaikkan kedua alisnya bersamaan. Jelita benar-benar tak percaya dengan Jupiter yang malah menekankan profesinya.
“Lalu maumu apa?” tanya Jelita pada akhirnya. Jupiter mulai menyengir kemenangan. Ia mendekat lagi dan makin memainkan pikiran Jelita sehingga menurut padanya. Jupiter benar-benar penasaran pada gadis itu. Lagi pula ia sudah bebas berhubungan dengan siapa pun.
“Kita coba berhubungan intim malam ini. Jika kamu suka, kamu boleh terus menggunakan aku. Aku tidak akan membebankan biaya tambahan ....” Jelita mendengus lagi. Pria ini benar-benar mata duitan, pikirnya.
“Jika kamu tidak suka, aku akan menuruti semua permintaanmu!” sambung Jupiter kemudian.
“Semuanya?” Jupiter mengangguk meyakinkan. Jelita tampak berpikir sejenak keuntungan dan kerugian yang ia akan dapatkan dari berhubungan seperti itu pada Jupiter.
“Apa kamu sehat?” Jupiter pura-pura berpikir. Jika ia bilang bahwa terakhir kali berhubungan intim adalah nyaris tiga tahun yang lalu maka itu sama dengan mengakui jika ia berbohong soal profesinya. Tentu saja dia bersih dan sehat!
“Iya, aku tidak punya riwayat penyakit menular apa pun. Apa aku harus periksa dulu?” Jelita menarik napasnya dan akhirnya menggeleng.
“Tapi aku tidak tahu ukuranmu,” aku Jelita dengan suara lebih kecil. Jupiter langsung tersenyum dan meneruskan makan setelah sebelumnya mengedipkan sebelah matanya dengan pandangan nakal. Jelita hanya mengulum senyum dan menunggu sampai Jupiter selesai dengan makan malamnya.
Setelah membereskan meja dan dapur, Jelita mengajak Jupiter untuk masuk ke kamarnya. Ia akhirnya setuju untuk berhubungan dengan Jupiter. Baru kali ini Jupiter merasa jantungnya berdetak lebih kencang dan senyuman terus keluar dari bibirnya yang menarik.
“Aku akan cuci muka dulu. Apa kamu punya sikat gigi baru?” tanya Jupiter setelah masuk. Jelita mengangguk dan ikut masuk ke walk in closet sementara Jupiter ada di kamar mandi.
Jelita menyampingkan rambutnya dan mulai membersihkan make up lalu melepaskan satu persatu aksesories yang melekat di tubuhnya. Saat ia tengah melepaskan anting, Jupiter keluar dari kamar mandi dengan kemeja yang terbuka di bagian depannya. Sedangkan Jelita tengah berdiri di depan cermin dan bisa melihat Jupiter muncul di belakangnya.
Jupiter mendekat dengan mata memandang cermin yang memperlihatkan wajah sensual Jelita yang terpampang jelas. Bibir Jupiter lantas mencium pelan daun telinga Jelita dan berbisik, “You’re mine!”