⭐Part 5⭐

1418 Words
Akhirnya sepasang suami istri tiba di rumah kediaman Pradipta. Yuda mengetuk pintunya terlebih dahulu, bagaimana pun dia tetap menghormati penghuni rumahnya. Amat sangat tidak sopan jika dia langsung masuk. Tok.. Tok.. Tok.. "Assalamu'alaikum Bun," salam Yuda seraya mengetuk pintu rumahnya. Tidak lama kemudian pintu di buka dari dalam oleh sang empu, "Wa'alaikumsalam. Loh kok mau ke sini ngga ngabarin Bunda dulu sih?" tanya Bunda Dira heran melihat pasangan di depannya datang secara tiba tiba. Afra dan Yuda langsung menyalami punggun tangan Bunda Dira, "Baby ada Bun?" tanya Yuda seraya melangkahkan kakinya ke dalam rumah, diikuti Bunda Dira dan sang istri dibelakangnya. "Dia belum pulang. Semalem nginep di rumah temennya, ngerjain tugas." "Ehh gimana perkembangan cucu Bunda?" tanya Bunda Dira setelah mendudukan sofa di ruang keluarga. "Alhamdulillah, baik Bun." jawab Afra tak kalah riang dengan sang Bunda. Yuda yang baru datang dari dapur langsung menyela percakapan kedua nya, "Baik sih baik Bun. Tapi ngidamnya itu ya MasyaAllah." gerutu Yuda mengingat bagaimana nasibnya kemarin ketika sang istri menyuruhnya untuk makan sushi. "Wah udah ngidam? Ih seneng deh Bunda dengernya. Emang kamu ngidam apa nak?" Bunda Dira jadi semangat mendengar gerutuan putranya. Dipastikan sang istri mengidam yang menyulitkan putranya. Sebelum menjawab, Afra menyengir terlebih dahulu, "Hehe, gini Bun. Kemarin ceritanya aku pengen makan sushi sama ramen tapi harus Mas Yuda yang bikin. Berhasil tuh Bun karyanya Mas Yuda. Tapi waktu aku udah makan sushinya satu potong, engga tau kenapa aku pengen Mas Yuda yang makan. Yaudah aku suruh makan aja. Aku lupaa, kalo lambungnya dia alergi sama makanan jepang." jelas Afra. Bunda Dira langsung menghadap ke putranya, "Endingnya kamu muntah gitu Mas?" sebenarnya dia tau endingnya, dipastikan sang putra akan memuntahkan seluruh isi perutnya. Tanpa menyisakan sedikit pun. Entah dia menurun ke siapa, padahal suaminya dan putri bungsunya amat menyukai makanan jepang. "Ya Bunda pasti tau lah endingnya." Yuda langsung bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah kamar sang adik. Bunda Dira dan Afra hanya menatap ke mana Yuda akan berjalan. Benar tebakan Afra, pasti sang suami langsung menuju kamar adiknya. Mumpung sang empu kamar sedang tidak ada. Sedangkan bunda Dira, mengernyitkan dahinya heran ketika melihat Yuda langsung masuk ke dalam kamar Baby. "Tumbenan itu anak," gumam bunda Dira yang masih bisa di dengar oleh Afradi sampingnya. "Eehh, itu Bun. Mas Yuda tadi pagi ke pengen banget katanya tidur di kamar Baby. Kata nya dia pingin nyium aroma kamar Baby." mata bulat Bunda Dira langsung terbuka lebar mendengar penjelasan menantunya, "Seriusan kamu nak? Ya Allah, padahal yaa dulu tuh dia musuh banget sama kamarnya Baby. Malah kalo Bunda suruh bangunin Adeknya, dia selalu ngehindar mulu." ucap Bunda Dira menggebu gebu kaget dengan apa yang diinginkan sang putra. "Bee," teriak Yuda dari dalam kamar Baby. Walaupun kamar Baby ada di atas tapi teriakan Yuda tetap membahana di dalam rumahnya. Afra meringis malu di depan mertuanya dengan teriakan sang suami yang tanpa ada rasa malu meneriaki namanya. Bunda Dira tersenyum, "Udah gak papa kamu samperin aja yaa. Bunda juga mau ke dapur dulu. Mau angkat kue dari oven." Keduanya bangkit secara bersama, tapi berpisah. Afra berjalan menaiki tangga sedangkan Bunda Dira ke arah dapur. Ceklek, "Apaan sih Mas. Malu maluin tau, aku tuh lagi ngobrol sama Bunda. Pake teriak teriak segala." dumel Afra tak urung dia juga tetap memasuki kamar adik iparnya. Afra menelisik kamar Baby, hanya sedikit yang berubah. Hanya ada tambahan dispenser beserta galonnya yang sudah disarungi dengan sarung berwarna pink dan tatanan ruangan yang berubah. Afra tetap menyukainya. Dulu ketika dirinya menginap, Baby akan menawarinya tidur di kamarnya. Afra pun menerima dengan senang hati. Apa lagi bau kamar Baby yang amat manis, sangat girly sekali. "Bee, sini. Tiduran samping aku." pinta Yuda seraya menepuk kasur di sebelahnya yang kosong. Afra tidak langsung menuruti permintaan sang suami, tapi dia berkeliling ke kamar Baby melihat barang yang baru dan memperhatikan tatanan ruangannya. Setelah sudah selesai melihat lihat, baru dia duduk disamping Yuda yang hampir memejamkan matanya. Dia terusik karena kasur di sebelahnya berdecit. Afra tidak ikut seperti Yuda menidurkan dirinya, tapi dia hanya duduk bersandar di dipan kasur. Yuda langsung berpindah haluan. Yang tadinya dia tidur beralaskan bantal, sekarang dia pindah posisi. Beralaskan paha sang istri. Lalu memindahkan tangan Afra ke atas kepalanya. Afra paham permintaan sang suami, dia langsung mengelus kepala suaminya. Dan Yuda mengubah posisinya menjadi menghadap ke perut sang istri. "Assalamu'alikum, anak anak Pipi. Gimana kabar kalian? Sehat sehat yaa jangan nyusahin Mimi kalian. Pipi selalu sayang sama kalian, apapun jenis kelamin kalian nanti itu bukan suatu masalah bagi Pipi sama Mimi. Yang penting kalian sehat wal'afiat keluar dari perut Mimi. Love you all," Yuda menyibakan baju yang di kenakan Afra dan mengecup perut sang istri. Sungguh, Afra merasa terenyuh sekali dengan apa yang di perbuat sang suami. Matanya langsung berkaca-kaca, tapi Afra buru buru mengelapnya sebelum turun ke permukaan. Setelah mencium perut sang istri, Yuda menarik tangan Afra yang masih setia mengelus puncak kepala beserta rambutnya, "Aku juga sayanggg plus cintaa banget sama Miminya anak anak. Makasih udah mau nerima laki laki kayak aku yang labil. Bukannya kamu yang labil sama perasaan, malah aku ya bee yang labil." gumam Yuda seraya mencium punggung tangan sang istri. "Aku bersyukur dapetin bidadari kayak kamu. Aku mau kita bareng bareng ke Surga yaa bee. Biar nanti kamu yang jadi permaisuri aku di Surga kelak. Engga hanya di dunia, jadinya cinta kita kekal abadi sampai kapan pun." tambah Yuda masih dengan menggenggam tangan istrinya. Tangis Afra sudah tidak bisa dibendung, katakan dia cengeng. Tapi hatinya terenyuh mendengar Yuda mengakatan kalimat seperti itu. Coba katakan, wanita mana yang tidak terenyuh jika mendapatkan kalimat seperti itu? Tes, Yuda mendongakan kepalanya ketika merasa ada tetesan air yang mengenai jidadnya. Dia segera bangun dari posisinya, "Hey, kenapa nangis? Aku buat salah yaa sama kamu?" tanya Yuda dengan nada khawatir. Dia tidak mau melihat bidadarinya menangis seperti ini. Yang dia mau hanya kebahagiaan. Tanpa tau malu, Afra langsung menerjang Yuda. Memeluk tubuh Yuda dengan erat. Dan menangis sejadi-jadinya di d**a sang suami. Yuda tambah heran, bukannya berhenti menangis sang istri malah bertambah tangisnya. "Bee, udah dong jangan nangis. Aku ada salah yaa sama kamu? Maafin aku yaa yang engga pernah peka sama apa yang kamu mau. Maafin aku belum bisa--" Belum sempat ucapan nya tuntas, Afra membungkam bibir Yuda dengan bibirnya. Supaya sang suami diam tidak banyak celotehan. Tubuh Yuda mendadak kaku saat mendapat perlakuan mendadak dari istrinya. Afra menarik nafasnya terlebih dahulu, lalu dihembuskannya. Dan mengelap sisa air matanya. "Kamu sempurna Mas bagi aku. Kesempurnaan itu kita dapat dari menerima kekurangan dan kelebihan pasangan masing masing. Kamu nerima aku apa adanya, begitupun aku. Nerima kamu apa adanya." "Jadi berhenti nyalahin diri kamu sendiri sama kesalahan apa yang belum kamu tahu sama sekali." Sekarang Yuda yang memeluknya, "Mungkin kamu bosen aku ucapin makasih terus setiap hari, tapi aku ngga akan pernah bosen. Makasih bee, makasih udah mau nerima laki-laki ini. Padahal diluaran sana masih banyakkk bangett laki laki yang lebih dari aku yang mau ngajakin kamu nikah. Tapi kamu malah milih aku." ujar Yuda seraya mencium puncak kepala sang istri yang tertutupi hijab. "Takdir Mas. Nih yaa kamu pasti tau, janin di dalam perut waktu mau masuk usia 4 bulan sebelum dia di tiupkan ruh, Allah udah nentuin. Tentang takdirnya, tentang rezeki, maut dan jodoh. Kita ngga akan tau mana yang dateng duluan, entah itu orang yang ngelamar atau malaikat maut yang meminang kita. Tapi aku bersyukur banget, masih di beri kesempatan untuk menjalin kasih sama ummat-Nya dengan ikatan halal." Yuda terenyuh dengan penjelasan singkat sang istri, "Sungguh yaa bee, aku ngga salah milih kamu buat jadi pendamping hidup dan juga ibu dari anak anak ku." ujar Yuda seraya mengecup dahi sang istri. Afra memejamkan matanya ketika Yuda mencium dahinya. Ceklek, "Eehh.. Maaf ngga tau kalo ada orang. Hehehe," Baby langsung buru buru menutup pintunya. Dia shock melihat Masnya dan Kakak iparnya ada di dalam kamarnya. Pasalnya ketika dia masuk rumah tidak ada siapapun, dia hanya melihat mobil masnya di halaman. Dia berfikir, mungkin masnya berada di kamarnya sendiri. Ternyata sedang bermesraan di kamarnya. "Kamu ngga ngunci pintu ya bee?" tanya Yuda seraya mengerutkan alis nya. Afra hanya menjawab dengan cengiran, "Hehe, lupa Mas." Yuda menggelengkan kepalanya. Tidak heran sebenarnya dengan sifat pelupa akut sang istri. Akhirnya dia mengajak Afra untuk keluar dari kamar Baby. Ah sebenarnya dia masih mau berlama lama di kamar adiknya. Mungkin malam ini dia akan bermalam di rumah ini, tentu di kamar adiknya. Bukan di kamarnya sendiri. **** PADA KANGEN NGGA? KOMEN DONGGG YANG KANGEN SAMA PASANGAN GEMOY INI ??
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD