6

2400 Words
Karina meraup udara dengan rakus, tangannya sibuk meremas bantal."Tolong panggilkan suami saya, ahhk! Sakit.." rintih Karina. Suster mengangguk paham. Regil yang tengah gelisah pun menoleh saat melihat suster keluar."Loh saya belum mendengar suara bayi.." desak Regil. Sang suster tersenyum simpul."Belum pak, ibu Karin ingin di temani bapak, mari masuk.." ajaknya. "Ah! Baik ayo, sus.." *** Karina meremas kuat genggaman tangan Regil."Sakit.. Huh huh aaahhh huh huh.. Aku ga kuat.." rengek Karina dengan berderai air mata. Regil terlihat pucat, dengan gelisah Regil menyemangati Karina, selalu membisikkan kalimat sakral di telinga Karina. "Kamu kuat, ayo tarik nafas sayang, aku cinta kalian, ayo kamu bisa sayang.." Sekali lagi Karina mengejan dan suara bayi pun menggema. Regil menghela nafas lega dan juga terharu. Karina dan Regil saling bertatapan. "Aku cinta kamu, makasih, sayang.." Regil mengecup kening Karina lama. Keduanya menoleh untuk melihat bayi mereka. "Tidak ada kekurangan, kelamin perempuan , selamat bu, pak.." *** 3 tahun kemudian.. Karina berlari mengejar anaknya yang berlari ke arah kolam."Hati - hati licin sayang.." teriaknya kesal. Regil yang baru pulang dari kerjaannya menggeleng kecil mendengar Karina yang selalu berteriak. "Kenapa lagi sih mom.." Karina yang tengah berkacak pinggang pun menoleh ke asal suara."Anak kamu tuh! Bandel, kalo udah jatuhkan bahaya!" dumel Karina. "Mila.." panggil Regil dan yang di panggil pun bergegas menghampiri. "Papa kenapa balu pulang, Mila kecel di malahin mommy telus.." adunya dengan memberengut lucu. "Papakan kerja, mommy marah pasti kamunya bandel ga nurut sama mommy iya kan?" "Engga ya! Mila baik, nulut!" gerutunya tak terima. Regil memeluk Mila dengan gemas. "Cuma Mila aja yang dipeluk" Regil menoleh lalu melempar senyum."Mommynya sini dong.." Karina pun menghampiri Regil lalu ikut memeluk Mila dan juga Regil. "Aku kangen kalian.." Mila beringsut melepas pelukan kedua orang tuanya."Itu cuala mobil kak Hendlik.." teriak Mila membuat kedua orang tuanya menoleh ke asal suara. "Anak kamu udah genit, tahu aja ada cowok dateng.." kata Regil seraya mengusap kepala Karina. "Iyah dasar, sebenarnya dia ga nurut karena ga aku izinin nginep di rumah Niko, takutnya menyusahkan mereka.." terang Karina. Keduanya pun berjalan menuju depan rumah.Di sana Niko dan anaknya Hendrik datang. "Mila, lepaskan.." pinta Hendrik saat tangannya di genggam terus oleh Mila. "Ga! Mila tahu kak Hendlik mau kabul.." Hendrik menghela nafas jengah dan akhirnya hanya bisa diam pasrah. "Hallo bro, Karin.." sapa Niko pada Regil dan Karin dengan ramah. "Hallo.. Udah lama kita ga ketemu ya.." ujar Regil yang di angguki Karina. "Iyah.. Ah kita tidak akan lama, cuma ingin pamit, kita mau menyusul Vivi ke paris dan mungkin akan menetap di sana.." "Benarkah? Jangan lupa kirim alamatmu di sana, kapan - kapan kita main kesana.." Niko mengangguk."Pasti.." yakinnya. *** 17 tahun kemudian.. Mila memasang lipstik merah di bibirnya yang seksi berisi."Sudah.. Sempurna.." gumamnya di depan cermin. Karina melenggang masuk ke dalam kamar Mila. "Aduhh.. Baju apa itu sayang, terlalu pendek! Kamu mau papa marah!" Mila memutar matanya jengah."Hellow! Mommy ih kuno, ini tu baju keluaran terbaru tahu! Udah ah Mila pergi ya dadah mommy" Karina menghela nafas pasrah. "Jangan pulang malam! Ingat jam 8 pulang!" tegas Karina. Mila mengangguk acuh."Akan Mila usahakan!" balasnya. *** Mila meliukkan tubuh semampainya di tengah - tengah kerumunan orang yang juga tengah asyik bergoyang. Bahunya di tepuk."Mil.." panggil seseorang, membuat Mila menoleh. "Ya?" sahutnya sedikit berteriak. Pria dewasa nan menawan tengah menatapnya menilai, Membuat Mila berdecih tak suka. "Apa kabar?" Mila mengernyit bingung."Siapa?" tanyanya bingung. Pria itu pun mengajak Mila untuk ke tempat yang tidak terlalu bising. Mila menatap malas pria di hadapannya, yang jujur saja Mila sedikit tertarik karena tampan dan terlihat berkelas. "Kau lupa? Aku Hendrik!" Mila terlihat sedikit berpikir."Hendrik?" gumamnya pelan. "Anak Niko dan Vivi.." Mila beroh ria, bahkan terlihat acuh."Ada apa ya?" tanya Mila sedikit angkuh. "Woah! Kau berubah banyak Mila, kau lupa dulu kau menangis histeris saat ku tinggalkan.." Mila terkekeh remeh."Dulukan? Bahkan aku tidak ingat!" balasnya sombong. Hendrik tertawa kecil."Bisa di mengerti, karena dulu kau masih sangat kecil.." jelasnya. Mila terlihat jenuh."Sudah? Bisa aku pergi?" tanyanya menyindir. Hendrik terkekeh."Kau menarik! Pergilah, tunggu aku datang lagi.." pintanya. Mila mengangkat sebelah alisnya heran, ucapan Hendrik tadi memang terdengar ambigu. *** Mila tak habis pikir dengan pria di hadapannya sekarang, setelah minggu lalu bertemu, ini mungkin yang di maksud dengan ucapannya malam itu. "Bagaimana?" tanya Regil. Mila melipat tangannya di perut."Papa tahulah, Mila ga akan mau!" jawabnya angkuh. Regil mengangguk paham."Papa mengerti, kamu masih ingin bebas, tapi ada benarnya kata Hendrik, zaman sekarang bahaya, apa lagi terlalu bebas.." terangnya. Mila mendesah jengah."Jadi papa ingin aku menikah? Dan dengan pria ini?" tanya Mila meremehkan. "Jaga sikafmu Mila! Kau lupa dia siapa?" Karina terlihat marah. "Siapa sih mom dia, sepenting apa dia dulu! Bahkan aku tidak ingat!" gerutu Mila dengan senewen. Karina terlihat lelah dan merasa bersalah."Maafkan anakku Vivi, dia terlalu di manja.." keluhnya. Vivian mengusap bahu Karina seolah mengerti dengan keadaannya saat ini. "Mila jadi menikahlah dengan anak om ya?" bujuk Niko lembut. Mila melirik Hendrik dengan malas."Hm baiklah, atur saja Mila cape!" balasnya malas - malasan. Mila beranjak dari duduknya meninggalkan keluarganya yang terlihat lelah dengan sifat Mila. "Hendrik akan mengubahnya menjadi lebih baik om, tante, om sama tante tenang aja" *** Mila melirik Hendrik dengan malas."Apa masih lama?" tanyanya jengkel. Hendrik melirik sekilas."Hm.. Satu jam lagi mungkin" jawabnya. Mila menarik nafas kasar."Kenapa harus sekarang sih! Ga besok aja gitu!" gerutu Mila. Hendrik melirik Mila dengan lembut."Mau ke club?" tanyanya. Mila semakin kesal."Tu tahu!" ketus Mila. Hendrik terkekeh."Yaudah aku anter.." putusnya. "Ga usah! Ga perlu!" tolak Mila cepat. *** Mila turun dari mobil dengan kesal."Cepetan!" amuknya. Hendrik mengangguk lalu meraih tangan Mila dan menuntunnya menuju rumah neneknya. "Nek.." panggil Hendrik lembut. Wanita paruh baya menghampiri mereka dengan tersenyum hangat. "Sudah datang cu, masuklah.." Hendrik mengangguk."Ayo.." ajaknya yang di angguki Mila dengan malas. *** "Menginap saja di sini.." kata nenek Hendrik, yang membuat Mila tersentak di duduknya. "Tidak!" tolak Mila. Nenek Hendrik sedikit tak suka dengan nada Mila."Kenapa?" tanyanya. Hendrik dengan cepat menyahut."Tidak bisa menolak maksud Mila nek.." serobotnya. Nenek Hendrik kembali tersenyum hangat, sedangkan Mila menatap Hendrik dengan penuh amarah. *** Mila menarik selimutnya dengan kesal. "Aku tidur di sini?" Mila masih diam, mengabaikan hendrik. "Maaf, aku ga bisa buat nenek sedih.." Mila menoleh tak terima."Dengan membuatku sedih?" tanya Mila kesal. Hendrik terlihat lelah."Bukan begitu.." tolaknya. Mila membalik tubuhnya membelakangi Hendrik."Sudahlah! Berisik!" sewotnya. Hendrik turun dari kasur, mana bisa dirinya satu kasur dengan Mila. Hendrik masih pria normal, yang bisa saja terbawa oleh nafsu dan menyerang Mila, bisa - bisa gadis itu semakin membencinya. "Aku tidur di sofa" *** Mila bercermin lalu menghampiri Hendrik yang tengah merapihkan tas bawaan Mila yang memang berantakan. "Udah ga ada yang ketinggalan?" tanya Hendrik. "Hm.. Ga usah caper! Kamu pikir kamu baikin aku kayak gini bikin aku baper?" gerutu Mila. Hendrik hanya menggeleng heran, perasaan dirinya hanya bertanya tadi. "Kamu baper juga bagus.." Mila menggoyangkan bahunya seolah geli."Mimpi aja sana.." sewotnya. *** Hendrik menepuk pipi Mila pelan."Sudah sampai, Mil.." katanya. Mila menggeliat kecil lalu menoleh kesal kearah Hendrik."Yaudah sih, sekali juga aku bakalan bangun!" ketus Mila lalu dengan kesal turun dari mobil. Hendrik mencoba sabar, Hendrik yakin, dia bisa mengubah tempramen Mila itu, dia yakin Mila bisa berubah suatu saat nanti, tunggu waktunya saja. Hendrik mengunci mobilnya lalu mengikuti Mila menuju rumahnya. "Ets.. Kenapa ikut masuk?" tahan Mila seraya sedikit mendorong bahu Hendrik. "Kenapa emang? Mau ketemu om tantelah.." jelas Hendrik santai. "Ga usah! Sana pulang! Hus hus" usirnya. Mila kembali berjalan untuk masuk, Hendrik mengabaikan ucapan Mila, dirinya ikut masuk. "Eh udah pulang.." sapa Karina ramah, Hendrik membalasnya dengan senyuman. "Ya iyalah mom.." kata Mila malas lalu melirik Hendrik "di suruh pulang juga ishh!" dumel Mila. "Ga boleh gitu Mila!" kata Karina marah. "Tahu ah Mila capek!" Mila pun berlalu meninggalkan keduanya. Karina terlihat lelah menerima sikap Mila. "Sabar ya tan.." Karina tersenyum lesu lalu menepuk bahu Hendrik sebagai responnya. "Mau makan dulu?" Hendrik menggeleng."Ga usah tan, Hendrik cuma mau pamit aja, seminggu ke depan Hendrik harus pergi ke Jepang, biasa urusan kantor papa.." terangnya. *** Pagi ini Mila sedikit lesu, mungkin lelah karena perjalanannya dengan Hendrik kemarin. "Mom, Mila ga enak badan, jadi Mila izin ga masuk kuliah deh.." Karina menghampiri Mila mencek suhu tubuhnya dengan khawatir. "Ga panas.." Mila memutar matanya."Mila capek aja kali mom.." keluhnya. "Kenapa harus bolos kuliah sih? Mommy kira sakit..." Mila melirik Karina dengan kesal."Jadi mommy do'ain Mila sakit parah?" sewotnya tidak sopan. Karina menggeleng cepat."Bukan sayang.." ralatnya. Regil menghampiri keduanya."Ada apa? Kok pagi - pagi udah tegang?" tanyanya. Mila melipat tangannya."Tahu tuh, Mila pamit masih ngantuk.." sewotnya lagi. "Loh ga kuliah sayang?" tanya Regil. Karina menghela nafas lelah."Katanya ga mau masuk dulu.." terangnya. Regil mengangguk paham. *** Besoknya Mila datang ke kampusnya dengan malas. "Mil.." panggil Rose, temannya. Mila menoleh dengan enggan."Apa?" sahutnya lesu. Rose merangkul Mila."Kenapa sih? Semangat dong, kenapa juga ga ke club terus kemarin ga masuk?" Mila hanya berdehem malas. "Guys" Keduanya menoleh, di lihatnya Hansel, senior yang selalu mengejar Mila, tengah Menghampiri keduanya dengan berseri - seri. "Hai Rose, hallo Mila cantik.." sapanya dengan genit. Mila memutar matanya jengah."Apa?" tanya Mila ketus. Hansel berdecak."Kamu ketus terus sama aku.." keluh Hansel yang di abaikan Mila. "Oh iya Hans, lusa kita ada acara di club mau ikut?" ajak Rose antusias. Mila mendelik tajam pada sahabatnya itu."Kenapa ajak dia sih!" kata Mila tak terima. "Aku ikut!" yakin Hansel. Mila semakin badmood dengan kesal Mila meninggalkan keduanya. *** Rose dan Mila duduk dikantin dengan masing masing satu mangkuk mie ayam dan jus jeruk. "Lo rese Rose! Ajak dia segala!" dumel Mila dengan terus mengaduk mienya. "Ah elah, dia itukan kaya Mil, kita porotin dikit haha!" Mila menggeleng tak percaya.Rose bersenandung kecil lalu kembali berujar. "Lumayan , tinggal bilang lo yang mau dia pasti langsung ngasih haha" Mila mengabaikan Rose lalu berujar kesal."Gue pokoknya ga mau ikut - ikutan! Awas aja lo! Gue udah mau kawin kali Rose, males juga berurusan sama si Hansel!" Rose tersendat mienya lalu menoleh kearah Mila."Jadi seriusan? Gue kira becanda! Tenang gue bisa batalin kalo soal si Hansel" Mila terkekeh malas."Ya kali becanda! males debat gue, jadi iya - iyain aja lah, toh gue yakin abis gue nikah pun gue bakalan tetep bebas!" Rose menatap Mila heran."Kenapa lo yakin?" "Hm mana gue tahu, firasat gue aja sih.." jelas Mila acuh. Rose tertawa mendengarnya."Bodoh! Gue yakin lo bakal di kekang abis - abisan nanti!" "Bodolah! Gue laper!" Rose menggelengkan kepalanya tak percaya dengan pemikiran temannya itu. *** Mila melempar tas selempangnya asal lalu menghempaskan tubuhnya kekasur."Hah!" desahnya lega dengan memejamkan matanya. Lagu exo- Call Me Baby terdengar mengalun dari dalam tasnya, dengan lesu Mila meraih tasnya untuk mengambil ponselnya. Dilihatnya layar datar itu, nomor baru yang masuk. Mila mengangkat panggilan itu. "Kamu lagi apa?" tanya seseorang dari sebrang sana, Mila menautkan alisnya mencoba mengingat suara dibalik telponnya. "Siapa?"tanyanya pada akhirnya. Terdengar suara kekehan dari sebrang sana."Aku Hendrik" Mila beroh malas."Ada apa?"tanya Mila acuh. "Seperti yang aku tanya tadi, kamu lagi apa?" Mila mendengus."Kepo!" balasnya. "Karena aku peduli.." tambah Hendrik santai. "Terus?"tanya Mila jengah. Hendrik kembali terkekeh."Kamu besok ada acara?" "Engga"jawab Mila malas. "Lusa?" Mila hanya bergumam malas."Hm" "Kemana?" Lagi - lagi Mila menjawabnya dengan acuh."Club" "Jangan pake baju terlalu terbuka.." Mila terkekeh sinis."Siapa lo? Udah ah capek!" Mila mematikan panggilannya sepihak lalu melempar ponselnya asal diatas kasurnya."Ganggu!" dumel Mila seraya memejamkan matanya. *** Lusanya Mila berdandan begitu cantik, dewasa dan terkesan seksi, mengabaikan apa yang di ucapkan Hendrik waktu itu. Karina memijat pelipisnya karena sedikit pening, bingung harus bagaimana melawan Mila yang keras kepala itu. "Lipstiknya ga ketebelan?" Mila terlihat jengah, namun mencoba sabar. "Papa kamu marah nanti sayang" Mila menoleh dengan kesal."Mila tahu papa ga akan pulang sekarang makanya Mila berani pakai ini, mommy diem aja deh, Mila males debat sama mommy"keluh Mila sebal. Karina menatap nanar putrinya itu, berpikir apakah selama ini dirinya salah mendidik Mila. "Mila pamit.." Karina pun sadar dari lamunannya."Pulangnya jangan_" "Iyah Mila tahu!" serobot Mila seraya berlalu. *** Dentuman musik membuat Mila terus terhanyut, tanpa sadar seseorang memperhatikannya dari jauh. "Dia cewek itu?" tanya salah satu temannya. "Hm.. Dia.." jawab sang pria dengan mata tak lepas dari Mila. "Ga lo samperin gitu? Liat cowok di belakangnya udah mulai berani.." ujarnya memanas - manasi. "Yaelah si Hendrik mana peduli.." sahut teman satunya, Milo. "Jelas dia pedulilah, di Jepangkan dia harusnya sampe minggu nanti, bela - belain pulang dia.." sahut Roni dengan yakin. Milo pun mengangguk setuju."Bener juga sih" Hendrik mengabaikan kedua sahabatnya itu, tangannya mengepal hingga pada akhirnya Hendrik beranjak meninggalkan kedua sahabatnya yang terheran dan juga kaget melihatnya. *** Mila menoleh sinis kearah pria asing yang terus mendekatinya dengan nakal."Apaan sih!" dumel Mila mencoba mengabaikan mereka. "Berapa?" tanya pria itu disamping telinga Mila. Membuat Mila menarik tubuhnya mundur. "Berapa harga lo?" tanya pria satunya, membuat Mila berdecih marah. "Lo pikir gue p*****r!" desis Mila. Rose yang tengah asyik pun menoleh kearah Mila dengan bingung melihat sahabatnya yang tengah berbincang dengan orang asing. "Gue mau sewa, jual mahal amat sih.. Sebutin berapa pun gue bayar!" Mila mengepalkan kedua tangannya emosi, saat hendak melawan Hendrik menarik tangan Mila yang terkepal itu. "Maaf dia istriku, ada urusan apa dengannya?" tanya Hendrik sedikit berteriak karena musik tiba - tiba sedikit mengeras. Kedua pria itu menatap Hendrik dengan tatapan menilai lalu berlalu tanpa menjawab pertanyaan Hendrik. Mila menarik tangannya lalu berlalu meninggalkan Hendrik. Hendrik hendak mengikuti Mila namun dihadang Rose. "Jangan ikutin dia Lo siapanya Mila?" tanya Rose sinis. "Calon suaminya, lo Rosekan sahabat dia? Lain kali jangan bawa dia kesini lagi tanpa gue.." Hendrik pun berlalu meninggalkan Rose yang melongo bingung. *** Hendrik mengedarkan pandangannya mencari Mila, dilihatnya Mila berjalan kearah parkiran, dengan langkah besar Hendrik menyusul Mila, meraih tangan Mila membuat Mila dengan cepat menepisnya. "Ngapain disini sih!" gerutu Mila sebal. "Aku mastiin aja kamu ga kenapa - napa.." jelas Hendrik santai, Mila diam dengan raut wajah kusut. Pada akhirnya Hendrik bersuara."Aku antar pulang.." Mila hanya diam mengikuti Hendrik yang menarik lengannya. *** Hendrik melirik Mila yang tengah asyik menatap jalanan di jendela mobilnya. "Ada selimut di belakang" Mila menoleh bingung. "Rok kamu kependekan.." Mila melihat roknya, benar kata Hendrik roknya kependekan. "Apa aku terlihat seperti p*****r?" tanya Mila pelan membuat Hendrik menoleh sekilas. "Kamu cantik"ujar Hendrik santai. Mila menoleh untuk menatap Hendrik sejenak."Aku serius" Hendrik tersenyum seraya menoleh kearah Mila yang tengah menatapnya. "Aku serius, lain kali pakai baju seperti ini hanya didepanku saja.." Mila mendengus lalu berbalik memunggungi Hendrik yang tengah terkekeh geli. "Kamu boleh ke club, asal aku ikut_"Mila tetap diam, malas untuk kembali bersuara."dan juga jangan buat aku khawatir" lanjutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD