7

2722 Words
       Mila turun dari mobil disusul Hendrik, Mila melihat mommynya tengah menunggunya didepan pintu. "Akhirnya kamu pulang"sambutnya terlihat lega. "Malam tante"sapa Hendrik ramah, Karina mengernyit bingung. "Malam, loh bukannya dijepang?" Mila ikut menatap Hendrik diam diam. "Hendrik pulang kemarin tante, Hendrik ga tenang denger Mila ada acara di club"terang Hendrik dengan melirik Mila yang tengah menatapnya. Mila pun mengalihkan pandangannya dengan angkuh. "Mila udah gede kali!"ketus Mila tak terima. Hendrik terkekeh geli. "Masa? Tapi tadi digodain aja tangannya gemeter, sok sokan berani lawan lagi" Mila mengepalkan tangannya marah, dengan tidak banyak kata Mila meninggalkan Karina dan Hendrik. Karina terlihat cemas. "Mila tadi kenapa?" Hendrik tersenyum mencoba menenangkan Karina. "Ga kenapa napa tante, cuma digoda sedikit aja, udah Hendrik urus kok, tante tenang yah" Karina mengangguk walau masih terlihat gurat cemas diwajahnya. "Makasih, tante bersyukur bisa ketemu kamu lagi" Hendrik hanya tersenyum membalasnya. *** Paginya Mila terbangun saat seseorang mengusap rambutnya lembut. "eumm"erang Mila lalu tersentak saat melihat Hendrik tersenyum menyapanya. Mila pun menepis tangan Hendrik yang tengah mengusap kepalanya. "Bangun, kamu harus pergi kekampus" Mila bangun lalu terduduk dengan menatap kesal Hendrik. "ga sopan masuk kamar aku!"ketus Mila tak terima. "Disuruh tante kok" Mila masih terlihat tidak terima. "Keluar sana! Jangan lagi masuk kesini!"usir Mila lalu beranjak bangun meninggalkan Hendrik yang hanya menggelengkan kepalanya sebagai respon dari keketusan Mila. *** Karinabmemberikan satu piring nasi goreng untuk Mila, sedangkan Mila sibuk melirik Hendrik dengan kesal. Lalu Mila melirik Karina. "Kenapa mom ijinin dia masuk kamar aku sih!" Karina memejamkan matanya, memberi tanda agar Mila diam. "Kamu masuk jam 9 kan? Cepet makan Mila"titah Hendrik yang mendapat lirikan tajam dari Mila. "oh iyah, besok malam kita makan diluar bareng om Niko sama tante Vivi, kamu jangan ada acara ya?" Hendrik melirik Mila yang diam. "mommy kamu bicara sama kamu, jawab dong ga baik" Mila kembali melempar tatapan sinis kepada Hendrik sebelum menjawab Karina. "Liat nanti aja"jawab Mila sekenanya. Karina menarik nafas pasrah, sedangkan Hendrik diam menatap Mila tak terbaca. *** Didalam mobil Mila hanya diam, sibuk dengan ponselnya. Hendrik menoleh sekilas. "Kamu pulangnya jam berapa?" Mila menarik nafasnya lalu dihembuskan perlahan. "Ga tau, Mila mau kemall dulu"jawabnya terlihat acuh. "Aku anter?" Mila menoleh. "Ga kerja emang? Mila ga mau ya nikah sama pengangguran!"terang Mila ketus. Hendrik terkekeh. "kamu tenang aja, kamu ga akan kelaparan kalo nikah sama aku kok" Mila meresponnya dengan dengusan. *** Mila dan Rose tengah menunggu taksi,namun sebuah mobil menghampiri mereka, dan Mila hanya memutar matanya jengah saat tau siapa sang sopirnya. "Ayo aku antar"sapa Hansel. Rose terlihat menahan tawa saat melihat ekspresi Mila disampingnya. "Ga usah!"ketus Mila jengah, Dengan raut wajah ditekuk. "udahlah Mil, kita nebeng aja"ajak Rose dengan nada geli. Mila melirik Rose kesal, Dari belakang mobil hitam kembali berhenti. Mila tersenyum kecil. "Waktu yang tepat!"gumam Mila membuat Rose heran lalu mengikuti arah pandang Mila. Hendrik turun dari mobilnya menghampiri Mila. Mila melepas rangkulan tangan Rose lalu menghampiri Hendrik, membuat Hansel terheran heran. "Sayang kamu kok lama sih datengnya"rengek Mila manja, membuat Hendrik sedikit tersentak bingung. Mila memeluk lengan Hendrik dengan manja. "Sayang, kenalin ini sahabat aku Rose, dan ini Hansel kakak senior aku" Hendrik tersenyum kikuk kearah Hansel, lalu kembali melirik Mila dengan senyum geli, paham dengan apa yang sedang terjadi, Hendrik pun ikut berperan. Hendrik mencium kening Mila, membuat Mila mematung beberapa saat. "perkenalkan nama saya Hendrik, calon SUAMI Mila" Hansel terlihat membeku, lalu melirik keduanya dengan bergantian, lalu melirik Rose. "Kamu bohong Rose!" Hansel pun berlalu membawa mobilnya dengan kencang. Rose terlihat bingung lalu melempar cengiran kearah Mila. "aku bawa dulu ya milanya Rose" Rose hanya mengangguk kaku, sedangkan Mila masih terdiam. *** Mila terlihat kesal. "Ga harus cium cium juga kali!"gerutu Mila ketus. Hendrik terkekeh geli. "yah ketus lagi.. Padahal aku suka liat Mila yang kayak tadi"goda Hendrik. Mila semakin memojokkan dirinya dengan kesal. "Ga jadi ngemall lagi!"gerutu Mila semakin Kesal. "Jadi aja,Aku anter, aku udah beres kok kerjanya" Mila bergumam ketus. "Terserah!" *** Dengan sabar Hendrik mengikuti Mila, dengan jinjingan penuh dikedua tangannya. "Udah belum?"tanya Hendrik, membuat Mila menoleh kesal. "Kenapa cape? Yaudah pulang sana duluan"ketus Mila,jujur saja Mila memang sudah pegal, kakinya sudah berdenyut sakit, tapi Mila masih mau mengerjai Hendrik. Hendrik terlihat berbalik arah meninggalkan Mila sendirian. Mila menatap Hendrik tak percaya, dengan kesal Mila mengayunkan langkahnya lalu duduk disebuah cafe ice cream dengan wajah ditekuk masam. Mila sudah hampir setengah jam duduk disana. "Oh disini ternyata" Mila menoleh, dilihat Hendrik berdiri tanpa jinjingan dikedua tangannya, hanya kresek putih kecil ditangannya. Hendrik berjongkok disamping Mila, membuat Mila mengernyit bingung. "Pinjem kakinya, kaki kamu lecet" Mila tertegun, tanpa berkata Mila hanya melihat apa yang dilakukan Hendrik pada kedua kakinya. "pasti sakit"gumam Hendrik pelan yang masih bisa didengar Mila. "Selesai!"Hendrik mendongkakkan wajahnya lalu beranjak bangun. "Kalau sakit jangan dipaksain jalan" Mila masih diam menatap kakinya. "Udah makan icenya?" Kini Mila mendongkakkan wajahnya menatap Hendrik yang sudah duduk disebrangnya. "Hmm"gumam Mila, Mila tak tau harus kesal atau berterima kasih, tiba tiba dirinya gugup diperlakukan begitu oleh Hendrik tangan Hendrik terulur untuk menyeka ice yang menempel disudut bibir Mila. "Belepotan gini"gumam Hendrik, Mila sedikit menepis tangan Hendrik. Hendrik mengangkat tangannya kearah pelayan. "Pesan satu cup lagi, rasa coklat" Mila menautkan alisnya, dirinya tak suka ice cream coklat. "Buat siapa?"tanya Mila pada akhirnya. Hendrik menoleh. "Hmm? oh itu, untukku, haus tadi harus turun tangga, liftnya penuh, semua belanjaan aku simpen dulu dimobil tau kamu masih mau belanja" Mila terdiam, tiba tiba jantungnya berdebar debar. Mila memalingkan pandangnya gugup memutus kontak matanya dengan Hendrik yang malah membuatnya semakin berdebar itu. *** Mila melirik Hendrik yang baru menyelesaikan ice creamnya. "Mau lanjut belanja?" Mila menggeleng tanpa menatap Hendrik. "Pulang aja?" Mila mengangguk masih dengan memandang asal. Hendrik sedikit heran dengan keterdiaman Mila. "Kamu kenapa?" Mila menoleh, dan akhirnya pandangnya pun terkunci dengan tatapan Hendrik, yang terlihat khawatir? "Kenapa? Aku? Engga kenapa kenapa tuh!"jawab Mila ketus. "Mm.. Yaudah sekarang?" Tanpa menjawab Mila bangun dari duduknya meninggalkan Hendrik dibelakangnya. *** Hendrik melirik Mila yang tertidur pulas dimobilnya. "Kecapean"gumam Hendrik pelan, Hendrik pun turun untuk mengangkat Mila masuk kerumahnya. Karina terlihat kaget. "Ketiduran"ujar Hendrik pelan membuat Karina bernafas lega. Karina pun hanya memberi kode untuk menyuruh Hendrik membawanya langsung keatas, kekaamarnya Mila. Hendrik menidurkan Mila dengan hati hati, membuka sepatunya, Hendrik melihat ada memar dikaki Mila dan juga sedikit kotor, dengan inisiatifnya Hendrik berjalan kekamar mandi untuk membawa lap dan satu gayung air untuk membersihkan kaki Mila. Hendrik melirik rok Mila yang sedikit tersingkap, Hendrik pun membenarkannya sebelum membersihkan kaki Mila. "Cape banget kayaknya"gumam Hendrik saat melihat Mila yang tak terusik oleh perlakuannya. Hendrik pun dengan telaten membersihkan kaki Mila satu persatu, tanpa tau seseorang tengah mengintipnya dibalik pintu, seseorang itu pun tersenyum haru melihatnya. *** 23:57 wib Mila terbangun tengah malam, tangannya terulur memijat pelipisnya yang berdenyut. "Mom"panggilnya lirih. dengan susah payah Mila bangun untuk meraih ponselnya. Mila mendial nomor Karina. "Hmm mom, Mila ga enak badan" habis itu sambungan pun terputus, Mila kembali tiduran dengan keringat dingin dileher dan pelipisnya. Karina sedikit berlari masuk kedalam kamar Mila. "Apa yang sakit sayang?" Mila terlihat mengernyit. "Pusing, sama dingin" Karina mengukur kening Mila dan dirinya. "Kamu demam, biar mommy panggilkan dulu dokter, papa kamu juga" *** Regil menyelimuti Mila dengan lembut. "Anak papa cepat sembuh" Karina mengangguk lalu mengusap kepala Mila. "tidurlah" Mila hanya mengangguk lesu. Regil dan dokter pun beriringan keluar kamar Mila. diluar kamar sang dokter menceritakan keadaan Mila pada Regil yang diikuti Karina. "Anak bapak hanya demam kelelahan, dan juga lambungnya sedikit luka, jadi jangan makan dulu yang keras keras, bubur saja dulu" Regil dan Karina pun mengangguk paham. "Terima kasih dok"ujar Regil. Sang dokter hanya tersenyum. "biar saya resepkan dulu obatnya" *** paginya Mila terbangun karena guncangan kecil dibahunya. "Sayang, kamu harus makan dulu, minum obat" Mila membuka matanya, yang pertama kali dilihatnya mommynya Karina lalu beralih kesampingnya. "Apa bapak itu tidak punya pekerjaan?"ketus Mila. "Ga boleh gitu! Maaf ya Hendrik"ujar Karina atak enak. Hendrik hanya mengangguk dengan senyum ramahnya. "Makan dulu, ngomelnya nanti" Mila mengabaikan Hendrik, lalu melirik mangkuk yang dipangku Karina. "Bubur? Kan mommy tau Mila anti bubur!"tolak Mila kesal. "Tapi dokter bilang lambung kamu luka sayang, kamu harus makan ini untuk beberapa hari kedepan"Terang Karina. "biar Hendrik yang suapi Mila tan,om nunggu tante dibawah" Karina menoleh tak enak. "Ga papa? Maaf ya merepotkan kamu" "tidak sama sekali" "Mila ga mau disuapin dia!"ketus Mila yang diabaikan keduanya. *** Hendrik menatap lekat Mila yang tengah menekuk wajahnya yang pucat itu. "Makan ya, abis kamu sembuh kamu boleh deh makan apa aja"bujuk Hendrik. "Aku mau makan dikorea"pinta Mila asal dengan angkuhnya. "Boleh, makanya makan dulu, aaa" Mila melirik Hendrik tak suka, Mila pikir Hendrik akan menolak keinginannya itu, Mila kesal karena tidak sesuai keinginannya. "Ayo makan dulu" Mila meraih sendok dan mangkuk ditangan Hendrik dengan kesal. "Aku bisa sendiri!"ketus Mila. "Bagus, pelan pelan masih panas"ingat Hendrik, Hendrik menatap lekat Mila yang terlihat ogah ogahan itu. "Ah panas! Suapin, nih" Mila menyerahkan bubur itu dengan sebal. Hendrik tersenyum kecil, entah kenapa Hendrik suka Manja Mila yang menurutnya sedikit berbeda dengan yang lain itu. Dengan telaten Hendrik meniupi bubur itu lalu menyuapi Mila, terus berulang seperti itu. "Ah mahih panah (ah masih panas)"pekik Mila dengan lirikan kesal. Hendrik terkekeh. "Ah maaf maaf" *** Hendrik membenarkan letak selimut Mila, Mila terdiam, hanya melirik Hendrik diam diam. "Aku serius loh minta makan dikorea"gumam Mila membuat Hendrik menatap Mila. "Iyah aku tau aku juga serius kok, dilihat dari poto poto orang asing itu, pasti boyband asal korea kan?" Mila melirik keseluruh penjuru kamarnya yang memang lumayan banyak poto member bts dan exo yang bercampur. "Hmm.. Ka-kamu ga kerja?"tanya Mila sangat pelan namun bisa didengar Hendrik. "aku lagi bebas aja" Mila beroh ria tanpa menatap Hendrik. Meski terdengar aneh, dan sedikit masih penasaran ,dimana ada kerja yang terlihat santai bahkan bebas seperti Hendrik, Mila ingin bertanya tentang pekerjaan Hendrik tapi Mila urungkan. "Cepet sembuh ya" Hendrik berujar dengan tangan mengusap kepala Mila, Membuat Mila mematung. "Hmm"jawab Mila malas, lebih tepatnya malas dengan jantungnya yang kenapa kembali berdebar. *** Mila terlihat segar daripada dua hari yang lalu, Mila memutar matanya bosan dengan apa yang dirinya lihat. "Aku sih yakin kamu pengangguran!"ketus Mila saat melihat Hendrik kembali datang dengan satu mangkuk bubur dan air putih dinampan. Hendrik hanya terkekeh lalu duduk disamping ranjang Mila. "Makanya kamu cepet sembuh biar ga liat aku terus" "Oke aku akan sembuh biar ga liat kamu kesini terus!"dumel Mila seraya mendudukkan dirinya dikepala kasur. "Hmm.. Cepet makan buburnya" "Ah suapin! Males tiupnya itu masih panas"gerutu Mila Hendrik tersenyum samar. "oke deh" *** Setelah satu minggu, Mila sudah sembuh. Mila turun dari kamarnya lalu menghampiri Karina dimeja makan. "Tumben dari kemarin si bapak pengangguran itu ga kesini!" Karina terkekeh. "Kenapa kangen?" Mila membolakan matanya "Hellow ga ya! Maaf maaf aja"ketus Mila tak terima. Regil yang baru datang langsung merangkul Mila dengan gemas. "Udah manyun aja anak papa  kenapa sih?" Mila menggeleng kesal. "Engga, oh iyah pa, Mila lusa ikut ya ke acara yang di adain organisasi ya?"pinta Mila antusias. "Ijinnya sama Hendrik juga, gimana pun kan dia calon suami kamu"terang Regil seraya menyuapkan nasi goreng kemulutnya. "Ah ga mau!"tolak Mila cepat cepat. "Berarti kamu ga boleh ikut, karena belum ijin"terang Karina yang membuat Mila tidak bernafsu untuk makan. *** Mila terlihat gelisah dengan terus menatap ponselnya. "Telpon ga ya?" gumamnya bimbang."Nanti dia kegeeran lagi!"lanjut Mila sebal Mila duduk diujung kasurnya dengan serius. "Bodo! Telpon aja!" Mila mendial nomor Hendrik yang tertulis. "si pengangguran" Mila menggigit bibir bawahnya gugup. "yah hallo.. Ada apa mil?"sahut Hendrik. Mila menelan ludahnya, entah kenapa gugup menyerangnya. "mm.. Ka-kata papa aku harus ijin"terang Mila tak berjeda. "Kemana?"tanya Hendrik tenang. Mila mengernyit saat mendengar suara bising lagu menjadi background suara Hendrik. "Oh lagi di club ya?"Tanya Mila tiba tiba. "Maksudnya?" "Gausah pura pura deh! Itu suara musiknya"ketus Mila. "Bukan kok..." "Ya lagi mana ada sih maling ngaku! Yaudahlah di ijinin ga?"tanya Mila dengan sedikit bernada tinggi. "Kita ketemu!" sambungan pun terputus, membuat Mila semakin kesal, dihentakan kakinya kelantai lalu membanting tubuhnya kekasur. *** Mila turun dari kamarnya untuk menghampiri Hendrik yang menunggunya dimobil. "Kenapa ga masuk sih!"gerutu Mila saat duduk dimobil Hendrik. Hendrik masih diam, lalu menginjak gasnya untuk meninggalkan rumah Mila. "Kita mau kemana? Aku pake dress tidur ih!"pekik Mila gelisah. "Kita kekantor dulu, ada yang ketinggalan" "Kantor? Terus kenapa bawa aku!"pekik Mila tak terima. "Cuma buktiin kalo aku ga lagi nongkrong di club! Dan juga aku bukan pengangguran" *** Keduanya telah sampai dikantor, namun keduanya masih diam didalam mobil. "Ayo turun!"ajak Hendrik entah yang keberapa kali. "Ga mau! Malu! Aku percaya kok jadi ayo pulang"rengek Mila sebal. Hendrik sedikit menahan senyum. "Katanya aku di club, kamu dengerkan musik ini?" Mila mengangguk cepat. "Iyah udah iyah.. ayo pulang"rengek Mila seraya menarik lengan kemeja Hendrik. "Di dalem lagi adain acara, ayo masuk"ajak Hendrik lagi, sebenarnya Hendrik hanya menggoda Mila, Hendrik lelah dengan kerjaan dan acara yang sedang diadakan dikantornya itu, jadi Hendrik memutuskan untuk menjemput Mila untuk mendengar suara ketus Mila yang dirinduinya setelah beberapa hari lalu tak bertemu. "yaudah ayo pulang" Mila mendengus seraya menghentakan tangan Hendrik yang sempat ditariknya tadi. "Lain kali jangan keluar kalo pake gaun tidur, ganti dulu" Jujur Hendrik kurang fokus saat melihat Mila dengan gaun tipisnya itu, jelas karena Hendrik pria normal apalagi melihat Mila yang terlihat tidak memakai bra itu. Hendrik menggelengkan kepalanya, menepis segala pikiran kotor tentang Mila. "Ambil jaket aku dibelakang"titah Hendrik sedikit tegang. "Buat apa?" "Kamu pakek" Mila tersenyum jahil. "Tergoda ya?" Hendrik diam tak bergeming, Mila semakin gencar menggoda Hendrik saat melihat respon Hendrik. "Aku seksi ya?"tanya Mila dengan sedikit mengintip Hendrik yang serius dengan kemudinya. "Jadi kamu tergoda?"tanya Mila dengan sedikit melembutkan suaranya bukan bahkan terdengar seperti desahan ditelinga Hendrik. Hendrik membanting stirnya hingga mobilnya berhenti dipinggir jalan. "Iyah.. karena aku pria normal!" Mila mematung lalu menelah ludahnya susah payah, sepertinya Mila salah waktu untuk menggoda pria normal seperti Hendrik. Mila terkejut saat tangannya ditarik Hendrik dan juga tengkuknya yang ditahan Hendrik ah bukan yang membuatnya semakin terkejut karena bibir Hendrik mendarat dibibirnya. membuat Mila menahan nafas. Hendrik pun sama terkejutnya, dengan cepat Hendrik memundurkan tubuhnya, lalu menatap Mila yang terlihat mematung. "Mi-mila"panggil Hendrik ragu. "Ka-kamu"Mila tidak bisa melanjutkan ucapannya, Mila membenarkan duduknya tak berani menatap Hendrik. Hendrik meraih tangan Mila yang bebas. "Jangan marah, maaf aku tidak permisi dulu, Mil hey" "Tolong jangan dulu dibahas! Aku malu!"pekik Mila yang mencicit diakhir kalimatnya. Hendrik tertegun lalu melepas tangan Mila dengan salah tingkah. *** Keduanya masih terdiam dalam pikirannya masing masing, sudah hampir 15 menit keduanya diam tak turun dari mobil. "Mila"panggil Hendrik pada akhirnya, Mila melirik Hendrik dengan semburat merah dipipinya. "Jaketnya nanti aku cuci dulu"ujar Mila mengalihkan pembicaraan, tangannya meremas jaket hitam yang besar milik Hendrik itu. "Hmm.. Kamu simpen aja" Mila melirik Hendrik kesal. "jadi kamu ga mau pake karena udah aku pake?"ketus Mila. Hendrik melongo, apa dirinya salah bicara pikir Hendrik bingung. "Ma-maksud aku..." "udahlah kamu pulang sana!" ketus Mila seraya turun dari mobil Hendrik. Hendrik membuka jendela mobilnya. "Bukan gitu Mil"teriak Hendrik namun Mila sudah berlari dan hilang ditelan pintu. *** Sudah tiga hari Mila menghindari Hendrik, membuat Hendrik terbebani. "Mil"panggil Hendrik saat melihat Mila keluar dari kampusnya. "Rose pinjam Milanya ya" Rose hanya mengangguk bingung, melihat keduanya yang terlihat canggung. "gue duluan" Hendrik mengangguk lalu meraih tangan Mila dan menuntunnya masuk kedalam mobil. "Kamu udah makan siang?"tanya Hendrik saat duduk dikursi kemudi. "Belum"jawab Mila tanpa menatap lawan bicara. "Udah dong marahnya, diketusin juga aku ga papa kok"ujar Hendrik terlihat galau. Mila menoleh. "Aku ga marah kok" Hendrik terlihat senang saat Mila meresponnya. "Terus kenapa kamu hindarin aku terus, telpon ga diangkat, maaf ya pasti karena..." "Ga kok! Udah jangan dibahas" "Kenapa?" "Emm .. Aku malu"terang Mila seraya memutus kontak matanya dengan Hendrik. "Hmm oke, lain kali aku minta ijin dulu" Mila menahan nafasnya karena kaget, lain kali? Ijin? Batinnya memekik "Oh iyah.. aku kan ga ikut ke acara organisasi waktu itu, nah katanya besok tim akan ngadain lagi, boleh aku ikut?" Hendrik tersenyum kecil, senang karena Mila meminta ijin padanya berasa Hendrik dianggapkan jadinya. "Emang acara apa? Dimana?" "Kaya pendakian gitu, kegunung guntur" Hendrik menimang. "Kalo aku ikut gimana?" Mila menoleh. "Emang ga kerja? Heran deh kerja kayak yang punya kantornya aja pasti kan kantornya milik om Niko bukan kamu, jangan gitulah beri contoh yang baik sama pegawai lain"omel Mila kesal yang hanya membuat Hendrik menahan tawa, lucu pikirnya geli. "Aku ijinin kalo aku bisa ikut"putus Hendrik yang membuat Mila memberengut kesal. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD