Setelah menempuh perjalanan selama tujuh jam penuh, akhirnya dua mobil yang mengangkut kelas 11 SMA Catur Wulan pun sampai di jalan aspal kosong dengan pepohonan rindang nan tinggi mengelilinginya.
Akhirnya, seluruh murid kelas 11 itu pun diperintahkan turun dengan membawa barang-barang pribadi dan jangan sampai tertinggal. Membuat mereka memastikan kembali bahwa kursi yang ditinggalkan telah kosong tanpa barang apa pun.
Evelina yang turun bersama The Handsome Guy pun dijaga dengan begitu ketat. Jordan berada paling depan memimpin jalan dengan Evelina mengikutinya, lalu disusul oleh Zafran yang begitu posesif menjaga sahabatnya dari lelaki kupu-kupu seperti Reyhan. Membuat lelaki mendengkus pelan menyadari Zafran yang begitu anti dirinya ketika mengetahui ingin mendekati Evelina.
Sebenarnya bukan tanpa alasan Zafran selalu memisahkan Reyhan dari Evelina. Hanya karena lelaki itu tidak ingin persahabatannya hancur akibat ulah dari kupu-kupu Reyhan yang begitu mudah mendekati gadis mana pun.
Kelas 11 SMA Catur Wulan tampak berkumpul di pinggir bus dengan dua wali kelas dan satu pemandu perjalanan di sampingnya tampak berbincang sesuatu. Zafran yang melihat hal tersebut langsung menoleh ke arah Reyhan.
“Rey, apa yang terjadi?”
“Kata bokap gue perjalanan kita harus sampai di sini, karena masuk ke dalam desa memiliki perjalanan yang cukup sulit. Apalagi sekarang udah termasuk sore,” jawab Reyhan mendongak sesaat.
Sejenak Zafran mengembuskan napasnya panjang, lalu menatap lurus ke depan untuk merapikan barisan belakangnya. Sebab, seluruh murid SMA Catur Wulan sudah memegang barang bawaan yang lumayan berat dan besar.
“Anak-anak, kita sudah sampai di lokasi hiking tahun ini. Tapi, sepertinya untuk masuk ke dalam cukup sulit karena hanya bisa dilalui oleh motor,” celetuk Bu Liane mulai memberikan pengarahan. “Jadi, sepertinya kita semua harus berjalanan kaki dengan membawa barang bawaan. Bagi yang barang bawaannya sedikit, tolong dibantu teman lainnya. Ingat, penilaian hiking akan bergantung pada sikap dan kekeluargaan kalian! Dapat dimengerti!?”
“Mengerti, Bu!!!” seru seluruh murid SMA Catur Wulan yang mendapat giliran desa sama persis dibandingkan kelas lainnya.
Setelah itu, para murid pun langsung mengambil barang bawaan tidak sedikit keluhan meluncur begitu saja. Membuat banyak murid lelaki merasa sangat terganggu akibat sikap lebay dari murid perempuan tersebut.
Sedangkan Evelina mengembuskan napasnya panjang menyadari barang bawaannya yang ternyata lumayan banyak. Gadis itu sama sekali tidak mengerti padahal ia sempat menguranginya tadi, tetapi tetap saja masih lebih banyak barang bawaan tersisa di dalam tas.
Diam-diam Reyhan yang memperhatikan ekspresi sahabat perempuan temannya itu pun sedikit terusik. Lelaki itu menatap tas bawaannya yang ternyata berjumlah sedikit, tidak dapat dipungkiri masih terasa ringan seakan tidak membawa apa pun.
“Ve, mau gue bantuin?” tawar Reyhan mengulurkan tangan kanannya meminta salah satu ransel besar yang berada di tangan Evelina.
“Jangan, Rey. Gue bisa sendiri kok,” tolak Evelina tersenyum tipis, lalu melenggang pergi begitu saja.
Reyhan yang mendapat penolakan itu pun tersenyum canggung. Terkadang penolakan dari Evelina membuat ia sedikit tersinggung, tetapi tidak dapat dipungkiri gadis itu memiliki sifat yang begitu tertutup. Mengingat Zafran sering menceritakan Evelina yang awalnya sangat sulit didekati. Padahal lelaki itu bersahabat dengan tulus sejak dulu.
Memang sifat tertutup Evelina sudah mendarah daging tepat di masa ketika orang tuanya sering bepergian. Gadis itu selalu menghabiskan waktu berada di dalam rumah dengan menyibukkan diri menonton film maupun menikmati semua jenis musik. Tentu saja ia melakukannya semua demi menghibur diri sekaligus melupakan semua permasalahan hidup.
Evelina tampak berbaur dengan murid perempuan lainnya yang terlihat mencari perhatian ke arah The Handsome Guy. Sayangnya tidak ada satu pun dari mereka yang merespon hal tersebut. Membuat mereka menelan kekecewaan, lalu beralih menatap sinis ke arah Evelina yang menjadi satu-satunya gadis bisa berdekatan dengan The Handsome Guy.
Bahkan tidak dapat dipungkiri banyak dari mereka yang ingin sekali menyingkirkan Evelina, namun sayangya menyingkirkan gadis itu sama saja mereka tidak menginginkan kedamaian.
Akan tetapi, saat mereka hendak berpura-pura baik, secara halus Evelina mengusir mereka. Membuat siapa pun merasa kesal sekaligus sungkan mendekati gadis itu. Mengingat lingkaran pertemanannya bukanlah kalangan biasa, sehingga patut diacungi oleh jempol.
“Ve, siniin tas lo. Biar gue yang bawa!” pinta Reyhan mengulurkan tangannya hendak meraih tas bawaan Evelina yang lumayan besar.
“Gue enggak apa-apa, tenang aja. Ini tasnya besar karena ada perlengkapan selimut sama sleeping bag, jadi lumayan memakan tempat,” tolak Evelina halus.
Tanpa disadari percakapan tersebut menarik perhatian Zafran yang baru saja mengambil ransel gunung miliknya dari bagasi bus. Lelaki itu memperhatikan barang bawaan Evelina yang ternyata jauh lebih simple membuat Zafran tersenyum senang.
Kemudian, dengan langkah ringan lelaki itu melompat-lompat sembari berjalan menghampiri Evelina dan merangkul bahunya dengan gemas. Membuat gadis itu terkejut sesaat, tetapi langsung menetralkan ekspresinya kembali.
“Nanti lo harus tetap di samping gue, ya?” ucap Zafran menatap sungguh-sungguh.
“Memangnya kenapa?” tanya Evelina mengernyit bingung.
“Ini hutan, Ve. Jangan banyak tanya,” jawab Zafran mendadak serius.
Seketika Evelina pun membungkam mulutnya rapat-rapat dan memilih untuk tetap diam membiarkan sahabatnya berbuat sesuka hati. Lagi pula perkataan lelaki itu memang ada benarnya.
Sebenarnya dulu ketika masih berada di SMP, Evelina pernah tanpa sengaja tersesat ketika hendak melakukan pencarian kayu bakar untuk melakukan api unggung. Namun, siapa sangka kalau ternyata gadis itu dikerjai oleh seorang rekan kelompoknya yang sengaja meninggalkan Evelina di tengah hutan.
Hal tersebut membuat Zafran naik pitam dan langsung memberikan balasan yang cukup setimpal. Untung saja Evelina ditemukan tepat hari sebelum malam, mungkin kalau terlambat saja sudah tidak tahu apa yang sudah terjadi pada gadis itu.
Dari kejadian itulah yang membuat Zafran sangat memperhatikan kondisi Evelina. Kalau bisa, ia akan tetap berasa di sampingnya untuk tetap memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.
Akan tetapi, sayang sekali mereka selalu dipisahkan oleh sekat yang menjadi penghalang untuk keduanya tetap bersama. Meskipun begitu, Evelina yang keras kepala pun menjadi lebih penurut dan tetap memberi kabar apa pun pada Zafran. Karena hanya lelaki itu satu-satunya orang yang bisa ia percaya.
Memang selama ini Evelina memilih untuk tidak berteman pada siapa pun, setelah dirinya dikhinati oleh seorang penjilat yang berkedok sebagai sahabat. Hanya untuk mendekati Zafran dan merusak persahabatannya. Membuat Evelina benar-benar marah dan kecewa.
Bahkan sampai hari ini, Evelina sama sekali tidak bisa mempercayai siapa pun, selain dirinya sendiri dan Zafran.