Selesai melakukan acara bolos belajar, The Handsome Guy pun menjemput Evelina yang hendak kembali pulang. Namun, sayang sekali mereka kalah cepat dengan Peter yang ternyata sudah berada di depan pagar sekolah menunggu kedatangan anak gadisnya.
Tentu pandangan lelaki tampan nan gagah itu pun jatuh pada Zafran yang terlihat terkejut. Membuat Zafran melangkah menghampiri orang tua dari sahabatnya. Kemudian, menyalimi tangannya dengan penuh hormat.
“Ayah ke sini jemput Eve, ya?” tebak Zafran terdengar akrab. Bahkan lelaki itu melakukan sapaan dengan sebutan ayah, walaupun hanya sesekali. Sebab, Evelina sering kali protes ketika melihat sahabatya melakukan hal tersebut.
“Iya, di mana dia? Perasaan belum mumcul,” balas Peter tersenyum tipis, lalu menatap ke arah gerbang yang masih memperlihatkan murid SMA Catur Wulan secara perlahan keluar dari sangkarnya.
“Sebentar lagi mungkin, Yah. Jo juga belum kelihatan,” ungkap Zafran menenangkan Peter untuk tidak perlu khawatir.
Sedangkan Reyhan yang berada di samping Zafran tampak mengitari sekeliling halaman sekolah seakan mencari seseorang. Sampai tatapannya terhenti pada seorang gadis tengah mengeluarkan motor pribadinya bersama murid lain.
Ternyata Yeoso mengendarai motor selama berangkat dan pergi sekolah. Biasanya gadis itu akan diantar oleh seorang supir yang selalu berhenti di halter. Namun, beberapa hari ini Yeoso tidak terlihat lagi menggunakan antar-jemput membuat Reyhan mendadak penasaran.
Selama memperhatikan Yeoso mengeluarkan motor, Reyhan benar-benar tidak bergeming membuat Zafran yang berada di sampingnya tampak menggeleng tidak percaya. Akan tetapi, lelaki itu membiarkan sahabatnya menatap gebetan lambat-lambat.
Sebab, mereka jelas tidak memiliki waktu lagi untuk menatap gebetan, selain waktu istirahat dan pulang. Sebenarnya bisa saja Reyhan menghampiri dengan secara gamblang, tetapi lelaki itu memilih menatap dari kejauhan.
Tak lama kemudian, seorang gadis yang ditunggu-tunggu pun akhirnya muncul dari kerumunan banyak siswa SMA Catur Wulan turun secara bersamaan dari tangga yang berbeda daripada anak kelas lain.
Evelina muncul seorang diri tanpa Jordan di sampingnya. Padahal lelaki itu selalu berada di samping seakan menjadi bodyguard, tetapi kali ini sedikit berbeda membuat Zafran kebingungan.
“Di mana Jordan?” gumam Zafran pelan sembari menyikut pelan Reyhan yang berada di sampingnya.
“Ada jadwal kali dia, gue juga enggak tahu,” balas Reyhan mengangkat bahunya acuh tak acuh.
Sejenak gadis yang terus menunduk dalam melangkahkan kaki itu pun sesekali menghindari siswa SMA Catur Wulan. Mereka yang melangkah bersama Evelina tampak berbincang riang sampai langkah kakinya sesekali mengikis jalur jalan kaki Evelina yang sesekali memiringkan tubuhnya menghindari para kumpulan lelaki menyebalkan tersebut.
Tanpa sadar Peter yang melihat bagaimana Evelina berusaha melindungi tubuhnya sendiri dari sentuhan orang lain membuat lelaki itu merasa bangga. Tentu saja lelaki itu merasa Evelina sudah besar sehingga mampu melindungi dirinya sendiri dari orang lain.
Awalnya Peter masih merasa khawatir dengan pilihan Evelina yang menginginkan untuk berada di sini bersama asisten rumah tangga dan supir pribadi. Namun, nyatanya prasangka khawatir itu benar-benar dijawab oleh Evelina melalui tindakannya.
Saat Evelina hendak mengangkat kepalanya, tatapannya pun langsung terjatuh pada seorang lelaki berjas formal yang berdiri di dekat mobil mewah. Kehadiran Peter benar-benar menyita banyak perhatian murid SMA Catur Wulan yang merasa penasaran melihat seorang lelaki tampan tersenyum ke arah salah satu murid hendak melenggang keluar dari pagar.
“Evelina kesayangan Papah!!!” seru Peter begitu lebay membuat Evelina spontan mengernyitkan keningnya bingung, lalu menoleh ke arah Zafran dan Reyhan yang terlihat menahan senyuman gelinya.
“Papah … ke sini?” tanya Evelina sedikit tidak percaya, lalu ia menyadari bahwa dirinya sendiri menjadi pusat perhatian.
Peter mengangguk senang, lalu menjawab, “Kebetulan tadi Papah ada jadwal survei datang ke sini, dan kebetulan ngelihat ada beberapa murid yang keluar. Jadi, sekalian jemput kamu.”
Evelina mengangguk pelan, lalu menoleh ke arah sahabatnya yang tersenyum lebar. “Lo ngapain di sini, Zaf? Minta jemput sama orang tua gue juga?”
“Enggak!” jawab Zafran menggeleng cepat. “Gue niatnya mau ketemu Jo, tapi di lama banget belum keluar.”
“Jordan lagi ada bimbingan sama Pak Han.” Evelina mengembuskan napasnya panjang. “Kalau kalian berdua mau nunggu, langsung ke kelas gue aja. Jo lagi ada di sana berdua.”
“Bimbingan apa?” tanya Reyhan mengernyit bingung.
“Setahu gue sih ada olimpiade sains antar provinsi, tapi enggak tahu juga. Karena Jo sempat nolak tawaran ini sampai akhirnya dia mau,” jawab Evelima mendadak ragu dan tidak pasti.
Mendengar hal tersebut Zafran dan Reyhan pun kompak mengembuskan napasnya kecewa. Padahal mereka berdua hendak pergi melakukan kegiatan yang menyenangkan sepulang sekolah. Akan tetapi, siapa sangka kalau rencana tersebut harus gagal akibat salah satu dari mereka mendadak memiliki jadwal lain.
Sedangkan Evelina langsung menoleh ke arah sang ayah yang terlihat benar-benar baru saja melakukan pekerjaan. Gadis itu tersenyum senang, karena sudah lama sekali sang ayah tidak lagi menjemput di sela kesibukannya.
“Papah, ayo, kita pulang!” ajak Evelina meraih tangan sang ayah, lalu mengajaknya mendekati mobil mewah yang sudah lama sekali tidak digunakan, karena Evelina lebih banyak mengendarai angkutan umum.
Peter mengangguk singkat, lalu menoleh ke arah Zafran. “Zafran, pulanglah lebih cepat jangan bepergian seperti kemarin. Orang tuamu sangat khawatir.”
“Baik, Ayah!” pungkas Zafran dengan sengaja meninggikan suaranya.
Hal tersebut langsung membuat Evelina mengernyit bingung, tetapi gadis itu hanya menatap protes pada sahabatnya yang memasang wajah jenaka. Tentu saja perkataan itu membuat banyak murid SMA Catur Wulan bingung sekaligus penasaran. Karena mereka hampir tidak pernah melihat Evelina bersama orang tuanya, selain berdekatan dengan keluarga Zafran.
Sejenak mobil hitam mewah nan mulus itu pun melesat pergi membuat Zafran dan Reyhan hanya menatap kepergiannya dengan senyuman yang terbit begitu indah. Sejujurnya Zafran lebih dekat dengan Peter melebihi apa pun, karena keduanya sering kali melakukan kegiatan bersama.
Lain halnya dengan Wendy yang mungkin sedikit canggung. Sebab, Zafran memang sedikit tidak nyaman dengan wanita tersebut akibat Evelina. Keduanya benar-benar menyisihkan siapa pun ketika disatukan. Membuat Peter dan Zafran yang merasa diabaikan langsung menjadi dekat.
Bahkan tidak dapat dipungkiri Peter dan Zafran sering kali melakukan liburan bersama. Membuat Evelina menjadi iri dan ingin ikut di antara keduanya, walaupun tidak pernah memiliki kesempatan.