DDM 7 – Buah dari Kebaikan

1923 Words
*** Apa yang lebih menyedihkan dari tak kau temui dirimu di langit, di bumi, dan diantaranya?   IG: Upi1612 ***   “Kenapa lo bisa di rumah gue?” tanya Cathy menatap Angeline dengan tajam.   “Mulai hari ini gue akan tinggal di rumah lo.” kata Angeline.   Angeline benar-benar menelan semua rasa gengsinya. Dirinya benar-benar merasa kalau ini adalah satu-satunya cara untuk dirinya bisa tinggal di rumah Cathy. Dirinya akan menurunkan gengsinya bahkan menghilangkan sama sekali.   Akal Angeline masih cukup waras untuk mementingkan egonya.   “Nggak. Nggak bisa. Apa lo nggak punya malu? Setelah apa yang lo lakuin ke gue, sekarang lo justru mau tinggal di rumah gue?” kata Cathy.   Angeline menghembuskan nafas mencoba menenangkan diri. Angelin merasa kalau dirinya tidak boleh terpancing oleh kata-kata Cathy.   “Gue minta maaf.” kata Angeline.   “Maaf?” tanya Cathy dengan nada yang sangat meremehkan kata-kata Angeline.   “Iya, gue minta maaf atas semua yang gue lakuin ke lo selama di sekolah.” kata Angeline bersungguh-sungguh.   Cathy hanya menyilangkan tangan di depan d**a sambil mengarahkan pandangannya kea rah lain. Cathy masih belum terima jika orang yang selama ini membullynya di sekolah tinggal serumah dengan dirinya. Dirinya benar-benar tidak sudi rasanya.   “Lo, bener, Cath. Bener apa yang lo bilang, gue bakalan nangis berhari-hari. Ini semua emang karma yang Tuhan maksud gue Allah kasih buat gue. Jadi, gue minta maaf. Gue nggak mau kalau Allah sampai kasih hukuman yang lebih parah dari ini lagi.” kata Angeline mencoba menarik keprihatinan Cathy.   Cathy masih belum bisa memaafkan Angeline. Bayangan Angeline yang terus menerus mengusik ketentraman dirinya saat di sekolah membuat Cathy tidak mau luluh, dan rasa simpati yang seharusnya dimilikinya lenyap begitu saja. Dirinya masih membenci Angeline.   “Enggak. Sampai kapanpun gue nggak sudi serumah sama lo.” kata Cathy yang langsung masuk ke dalam rumah.   Kini Angeline mulai bingung. Bila dirinya memaksakan dirinya untuk masuk ke dalam rumah Mang Jarot, Mang Jarot tentu akan bertengkar dengan anaknya. Angeline merasa tidak bisa membiarkan itu terjadi.   Angeline pun berbalik, dirinya merasa harus pergi. Angeline sudah siap dengan semua kemungkinan pahit ini sedari awal hingga kini meski dirinya merasa sakit namun air matanya tidak jatuh satu tetespun.   Angeline mulai melangkahkan kaki menjauh dari rumah Mang Jarot. Kini dirinya tidak memperdulikan koper yang ada di rumah Mang Jarot beserta dompet tak berguna yang hanya berisi data diri dan kartu-kartu yang diblokir.   “Non!” seru Mang Jarot.   Angeline menoleh. Dirinya kini mulai melihat Mang Jarot yang berlari menuju Angeline.   “Ayo, Non. Masuk. Maafkan anak saya ya, Non. Dia memang suka seperti itu, tidak tahu sopan santun.” kata Mang Jarot.   “Mang, terima kasih atas semua yang Mang Jarot berikan kepada saya, namun sepertinya saya harus pergi Mang.” kata Angeline.   “Jangan, Non. Alm. Mama dan Papa Non pasti kecewa kepada saya kalau saya membiarkan Non pergi dari rumah saya.” kata Mang Jarot. “Ayo, Non. Kembali saja ke rumah saya.” kata Mang Jarot.   Angeline terdiam, mendengar Mang Jarot membawa nama kedua orang tuanya membuat Angeline mengangguk, dirinya tidak bisa menolak tawaran Mang Jarot. Angeline pun bertekad untuk mencari pekerjaan besok agar dirinya bisa mendapatkan uang dan tidak lagi membebani mantan supir keluarganya tersebut.   “Mang, boleh saya minta satu permintaan?” tanya Angeline.   “Boleh, Non.” kata Mang Jarot.   “Tolong jangan panggil saya Non lagi, Mang. Saya bukan lagi majikan Mang Jarot. Sekarang saya cuma orang yang numpang di rumah Mang Jarot. Panggil nama saya aja ya, Mang. Angeline.” kata Angeline kepada Mang Jarot.   “Tapi, Non. Lidah saya tidak bisa non, karena sudah terbiasa dengan panggilan itu.” kata Mang Jarot.   Angeline mendesah kecewa dalam hati. Namun, di hadapan Mang Jarot dirinya hanya bisa tersenyum dan menganggu, “Yaudah, Mang. Terserang Mang Jarot aja.” kata Angeline.   “Ayo, Non. Masuk.” kata Mang Jarot.   Angeline pun mengangguk. Mereka berdua jalan menuju pintu, Mang Jarot membukakan pintu tersebut lalu menyilakan Angeline untuk masuk ke dalam setelah Angeline mengucapkan kata terima kasih.   Di dalam rumah, tidak ada lagi istri Mang Jarot dan Cathy. Angeline mulai tidak enak hati dengan apa yang terjadi. Tidak ada sambutan. Jangankan sambutan, diterimapun rasanya tidak. Namun, ini demi Mang Jarot. Dirinya ingin memenuhi permintaan Mang Jarot yang sangat mengerti kalau Angeline tidak punya tempat lagi untuk dituju.   “Istri saya sepertinya sudah masuk kamar, Non. Anak saja juga. Sekarang Non tidur di kamar anak saya ya, Non. Rina hanya sendiri di kamarnya.” kata Mang Jarot.   Mang Jarot langsung membukakan pintu kamar Rina. Di rumah milik Mang Jarot hanya ada dua kamar, satu kamar mandi dan dapur. Bahkan tempat menjemur pakaianpun harus di depan rumah karena mereka tidak memiliki halaman belakang yang cukup memadai.   “Terima kasih, Mang.” kata Angeline.   “Sama-sama, Non.” kata Mang Jarot.   Mang Jarotpun menutup pintu, Angeline berjalan menuju tempat tidur Cathy. Cathy kini tengah membelakangi Angeline. Angeline bahkan bisa mendengar isakan-isakan yang keluar dari bibir Cathy. Angeline menutup matanya sebentar. Dirinya merasa tidak enak namun dirinya tidak bisa berbuat apapun.   Angeline sangat paham kalau Cathy tidak mau serumah, sekamar, bahkan satu tempat tidur dengan orang yang telah membullynya dan menjadikannya bulan-bulanan di sekolah.   Angeline yang awalnya ingin tidur di samping Cathy langsung mengedarkan pandangannya ke segala arah. Lalu dirinya menemukan sebuah karpet. Dirinya pun mengambil karpet tersebut dan menggelarnya di bawah.   Angeline melirik punggung Cathy yang masih terlihat bergetar karena menangis. Lalu Angeline langsung tidur di bawah. Merebahkan tubuhnya di atas karpet yang dia gelar. Dalam keadaan terlentang Angeline menatap langit-langit.   Hidup Angelin kini benar-benar berubah. Menjadi sangat keterbalikan dengan keadaan yang sebelumnya, dari Angeline yang memiliki segalanya menjadi Angeline yang tidak memiliki apapun.   Mama, Papa, Angeline kangen. –batin Angeline.   Angeline merasakan gatal pada kakinya yang digigit nyamuk. Beberapa Nyamuk mulai menghinggapi kulitnya yang putih. Beruntung dirinya menggunakan pakaian serba panjang saat ini, jadi yang menjadi ladang makanan bagi nyamuk adalah wajah, telapak tangan beserta punggung tangannya, dan telapak kaki beserta punggung kakinya.   Perut Angeline pun berbunyi, Angeline pun langsung memegangi perutnya. Angeline benar-benar merasa kalau hidupnya sangatlah miris. Dirinya tentu tidak bisa meminta makan kepada Mang Jarot saat ini, dirinya juga tidak bisa mencari makan ke luar karena tidak memiliki uang seperakpun.   Rasanya memikirkan kemalangan dirinya saat ini, Angeline seperti ingin berteriak, namun dirinya sadar kalau dirinya tidak bisa melakukan hal tersebut.   Angeline lagi-lagi mulai mengendalikan dirinya dengan menarik dan menghembuskan nafas. Karena tidak cukup. Dirinya mulai menyilangkan tangannya, Angeline mulai mengikuti cara tokoh Ko Moon Young yang diajarkan oleh perawat lawan mainnya dalam drama korea yang berjudul It’s Okay Not Be Okay.   Angeline mulai menepuk pundaknya dengan tangannya sendiri hingga dirinya bisa memenangkan dirinya sendiri. Lalu, tubuh Angeline yang merasa kelelahan pun terlelap. Angeline pun langsung terbang ke alam mimpi. Di dalam Mimpi, Angeline pun bertemu dengan kedua orang tuanya. Dalam mimpi tersebut Angeline menjelma Angeline Kecil yang sedang bermain di taman dengan kedua orang tuanya dengan riang dan senang.   ***   “Bangun!” seru Cathy yang membangunka Angeline dengan cara menendang kaki Angeline.   Angeline yang merasa tidurnya di ganggu langsung bangun dan berniat untuk marah. Hanya saja saat dirinya melihat orang yang membangunkan dirinya adalah Cathy dan dirinya mulai sadar dengan keadaan dirinya yang hanya seorang anak yang menumpang tinggal di rumah supirnya. Angeline langsung menahan amarahnya.   “Di suruh makan sama Bapak.” kata Cathy. Setelah memberitahukan hal tersebut kepada Angeline, dirinya langsung keluar dari kamar.   “Gue harus sadar. Gue gak boleh marah.” gumam Angeline kepada dirinya sendiri sambil menepuk-nepuk pelan dadanya seakan ingin menenangkan hatinya.   Setelah tetang Angeline mengedarkan padangan mencari kamar mandi namun tidak ada kamar mandi di kamar Cathy tersebut. Lalu dirinya pun langsung keluar.   Di luar kamar, Angeline sudah melihat Mang Jarot, Jubaedah, dan Cathy yang sedang duduk melingkar dengan piring-piring dan makanan ala kadarnya di hadapan mereka.   “Sini, Non, duduk, ini nasi untuk Non.” kata Mang Jarot dengan ramah.   Angeline melirik Jubaedah dan Cathy yang mukanya sudah masam. Angeline tentulah tahu wajah masam itu asalnya karena mereka belum menerima kedatangan Angeline di tengah-tengah mereka.   “Terima kasih, Mang.” kata Angeline tulus.   “Non mau yang mana? Biar saya ambilkan.” kata Mang Jarot.   Angeline mengedarkan pandangan, seketika pandangannya tertuju pada ikan yang hanya ada satu di tengah. Mang Jarot yang menyadari pandangan Angeline langsung mengerti apa yang diinginkan oleh putri Alm. Majikannya tersebut.   Namun, tidak di sangka, tangan Cathy sudah melayang hendak mengambil ikan tersebut sebagai lauk miliknya.   “Rina. Itu untuk Non Angeline. Kamu ambil yang lain saja.” kata Mang Jarot lalu mengambil piring berisi satu ikan tersebut dan meletakkannya di samping piring nasi milik Angeline.   “Bapak. Kan itu ikan Rina.” kata Cathy memprotes tindakan Mang Jarot.   “Eh, Mang. Nggakpapa buat Cat-Rina aja.” kata Angeline lagi-lagi tidak enak hati.   “Sudah tidak apa-apa, Non makan saja.” kata Mang Jarot.   “Bapak nggak adil!” seru Cathy dengan kesa. Cathy yang sengat kesal langsung beranjak dan pergi keluar rumah.   “Rina, kamu mau ke mana?” seru Mang Jarot. “Makan dulu!” serunya lagi kepada anaknya.   Cathy tidak memperdulikan suara ayahnya dan keluar begitu saja.   “Gimana dia mau makan, kalau lauk kesukaannya di kasih ke orang lain.” kata Jubaedah.   Angeline menunduk. Kupingnya benr-benar merasa panas mendengar papa yang dikatakan oleh Jubaedah, istri Mang Jarot.   “Ibu!” seru Mang Jarot yang memperingati istrinya agar tidak menyakiti Angeline.   “Ah, mending ibu makan di luar aja bareng Rina.” kata Jubaedah yang ikut menyusul Rina keluar dari rumahnya.   Angeline tentu semaki merasa tidak enak. Lagi pula siapa yang akan merasakan enak dan nyaman jika berada di posisi Angeline?   “Maaf ya, Mang.” kata Angeline tidak enak hati.   “Tidak apa-apa, Non. Justru saya yang seharusnya meminta maaf kepada non karena sikap anak dan istri saya benar-benar tidak sopan.” kata Mang Jarot. “Ayo, Non, dimakan. Maaf ya, Non. Makanannya hanya ada ini saja. Nanti siang saya carikan makanan yang enak untuk Non.” kata Mang Jarot.   “Nggak usah repot-repot, Mang. Saya bisa makan apa saja.” kata Angeline.   Angeline tentu tidak mau semakin menjadi beban untuk Mang Jarot.   “Baiklah, makan dulu saja, Non.” kata Mang Jarot.   Angeline langsung memakannya. Perutnya terasa sangat lapar meski makanannya kini terasa sangat hambar di mulut Angeline. Meski susah menelannya, Angeline sebisa mungkin menghabiskan makanannya. Dirinya tahu kalau tidak sopan menyisakan makanan di hadapan orang yang memberikan makanan tersebut.   “Besok Non harus kembali ke sekolah. Besok saya antar sama-sama dengan anak saya.” kata Mang Jarot.   Sekolah. Angeline sangatlah merindukan sekolahnya namun dirinya tidak tahu apakah Angeline bisa menghadapai situasi sekolah atau tidak, karena dirinya tahu bagaimana perangai teman-temannya. Dirinya juga belum siap mendapati fakta kalau semua stasiun televisi tengah memberitakan orang tuanya terlebih papanya yang terus-menerus diberitakan sebagai peretas bank.   “Mang, terima kasih banyak. Saya benar-benar tidak tahu harus menbalas semua kebaikan Mang Jarot dengan apa.” kata Angeline.   “Tidak perlu berterima kasih, Non. Jasa keluarga Non kepada keluarga saya jauh lebih besar dari ini.” kata Mang Jarot.   “Semua kebaikan yang Mang Jarot terima adalah kebaikan orang tua saya bukan saya.” kata Angeline.   “Namun, hanya dengan seperti ini, saya bisa merasa kalau bisa sedikit menyenangkan kedua orang tua, Non, di surga.” kata Mang Jarot.   Surga. Angeline tahu makna Surga. Dirinya bahkan berdoa agar kedua orang tuanya memang benar-benar di tempatkan di tempat terbaik oleh Allah SWT, yakni surga.   “Terima kasih, Mang. Terima kasih.” kata Angeline.   Ntah berapa kali harus Angeline ucapkan terima kasih kepada Mang Jarot sejak kemarin. Ntahlah, Angeline hanya ingin melakukannya saja. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD