DDM 1 - Awal
***
Ada sebuah sakit yang lebih sakit dari sakit, yaitu meringkuk dalam ruang paling sunyi dalam kegemerlapan pesta, sendirian.
IG: Upi1612
***
“Angeline! Lo bisa gak sih sehari aja gak bully gue? Apa salah gue sama lo?” teriak Cathy.
Kini baju yang dipakai oleh Cathy sudah basah karena bekas siramaan orange juice milik Angeline yang memang sengaja Angeline tumpahkan pada seragam pakaian yang dipakai Cathy hingga baju bagian depan Cathy basah semuanya.
Cathy tentu sangatlah marah kepada Angeline, karena ini bukan kali pertama Angeline melakukan hal-hal yang mengandung kata ‘penindasan’ kepada dirinya.
“Ups.. sorry, gue nggak liat.” kata Angeline sambil berpura-pura menyesal dan menutup mulutnya dengan cara yang didramatisasi.
Cathy yang mendengar itupun rasanya sangat ingin menampar Angeline namun apalah daya, dirinya tidak berani melakukan itu. Semua perlawanannya hanya sebatas bibir. Lagi pula Cathy tahu apa yang akan diterimanya akan jauh lebih besar bila dirinya berani membalas semua yang Angeline lakukan kepada diirnya.
“Lo bohong! Lo pasti bohong. Apa sih sebenarnya yang salah dari gue?” kata Cathy dengan sangat kesal.
“Ettt.. Ettt.. Liat ada kucing lagi ngamuk nih, Guys!” seru Natasya, salah satu Angeline.
“Dengerin gue ya, Kucing! Kesalahan lo itu cuma satu, ganggu pemandangan gue.” kata Angeline.
Angeline tertawa, semua teman-temannya pun ikut menertawakan apa yang dikatakan oleh Angeline.
Namanya Allouisia Angeline Pratama, biasa dipanggil Angel, siswa kelas 11 di SMA Langit. Tempat ternyaman untuk semua orang yang menyandang gelar ‘anak sultan’. Di sekolah tersebut semua anak sultan tidak begitu memperdulikan aturan. Aturannya hanya satu, donatur terbesar sekolah akan diagung-agungkan oleh sekolah.
Sejak Angeline pertama kali masuk di SMA tersebut, orang tuanya memang sudah menyandang status donatur terbesar bagi kemajuan SMA tersebut. Itulah mengapa semua hal yang Angeline lakukan tidak akan membuat dirinya dikeluarkan dari sekolah.
Klise memang namun, begitulah yang terjadi.
Setiap Angeline melakukan kesalahan apapun, semua guru tidak akan perduli bahkan menutup mata melihat kelakuan Angeline. Bahkan, beberapa di antaranya, ketika Angeline sedang terlihat membully teman-temannya, mereka justru pura-pura tidak melihat apa yang terjadi.
“Ayo, cabut, Guys!” seru Angeline.
Di sekolah Angeline memiliki sebuah Geng yang beranggotakan 5 orang, 4 perempuan termasuk dirinya dan satu orang laki-laki. Nama mereka adalah Velyn, Natasya, Samantha, dan Richard atau Richie. Mereka pun berbalik dan bersiap untuk pergi meninggalkan Cathy yang masih menggeram marah melihat apa yang dilakukan Angeline kepada dirinya.
“Denger Angeline!” seru Cathy.
Angeline berhenti lalu berbalik, “Kenapa? Lo mau gue dengerin apa? Sini-sini gue dengerin. Tapi jangan lama-lama ya. Gue orang sibuk.” kata Angeline dengan sombongnya.
Empat orang teman Angeline tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Angeline.
“Cepet deh, kalau mau ngomong itu ngomong!” seru Velyn dengan suara cemprengnya.
“Sabar, Beb, nanti lo cepet tua.” kata Richie kepada Velyn.
Richie memang sudah menyukai Velyn sejak lama dan secara terang-terangan terus menyatakan cintanya kepada Velyn namun Velyn selalu saja menolak. Namun, meski begitu, mereka adalah bukti bahwa persahabatan mereka tidak pernah goyah meski salah satu di antara mereka memendam rasa.
“Bab-beb, bab-beb, aja lo.” kata Velyn sambil melotot ke arah Richie.
“Sttt.. ratu kucing mau pidato. Kita harus dengerin nih apa yang mau dia omongin.” kata Angeline.
Teman-teman Angeline sebetulnya ingin merekam kejadian yang menurut mereka akan berbuah lucu tersebut. Namun, sekolah tidak memperbolehkan siswa dan guru untuk membawa ponsel. Mereka hanya diperbolehkan menggunakan computer atau laptop yang sudah disediakan oleh sekolah.
Hal ini guna menimalisasi kejadian pembulian antar murid tersiar ke sosial media hingga membuat sekolah viral dan masuk berita. SMA Langit tentulah menjunjung citra yang tinggi. Mereka tidka mau merusak reputasi yang selama ini mereka bangun. Reputasi baik yang berawal dari tutup menutupi.
Velyn pun cemberut namun dirinya menurut. Richie kini hanya memperhatikan. Dirinya juga merasa penasaran melihat aksi Angeline selanjutnya. Dan dirinya penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Cathy selanjutnya.
“Jadi lo mau ngomong apa?” tanya Angeline berjalan ke arah Cathy.
Cathy merasa gentar hingga mundur beberapa langkah dari tempatnya. Angeline yang tersenyum dengan sinis. Dirinya menyadari ketakutan Cathy yan teramat besar kepadanya. Hari ini, melihat wajah Cathy yang ketakutan tersebut dirinya merasa sangat bahagia.
Cathy terdiam. Dirinya menoleh ke kanan ke kiri seperti mencari bantuan. Namun, lagi-lagi diirnya disadarkan dengan fakta tidak aka nada yang berani membelanya. Tidak ada yang berani kepada Angeline yang temannya dimana-mana dan disegani oleh satu sekolah.
“Ah, lama! Ayo, Guys! Kucingnya jadi gagu. Buang-buang waktu!” seru Angeline kembali berbalik.
Angeline dan teman-teman Angeline langsung berbalik. Cathy mengepalkan tangannya melihat punggung-punggung itu yang hendak pergi. Cathy langsung mengambil beberapa tisu bekas lalu dia buat menjadi bola, lalu melemparkan bole tisu besar itu ke bahu belakang Angeline.
“Denger ya, Angeline! Hari ini gue menderita! Kata orang, ketika ada orang yang menderita dan berdoa, doanya akan cepat terkabul.” kata Cathy.
“Sial! Baju gue!” teriak Angeline. “Sialan lo ya, ngelempar gue pake tisu bekas!” seru Angeline marah.
“Bos-boss!” panggil Richie yang melihat kilatan di mata Angeline yang terlihat seperti ingin menerkam Cathy.
Angeline meraih kerah seragam yang dikenakan oleh Cathy dirinya merasa benar-benar marah karena Cathy sudah berani melemparkan tisu bekas yang Angeline taksir memiliki kandungan kuman yang sangat banyak tersebut.
“Berani lo ya sama gue?” seru Angeline.
“B-buat apa gue takut?” kata Cathy.
Angeline tersenyum miring.
“Lo bakal ngerasain balasannya, Ngel! Lo bakalan ngerasain nangis berhari-hari. Gue doain orang tua lo..” kata Cathy.
PLAK!
Angeline menampar pipi Cathy dengan sangat keras. Pipi Cathy pun terasa kebas dan perih. Cathy memegangi pipinya dengan perasaan sakit di pipi dan hatinya. Dirinya benar-benar merasakan sakit hati dengan apa yang dilakukan oleh Angeline.
“Jangan bawa-bawa bokap-nyokap gue!” seru Angeline.
“Chie, lo pisahin sana! Angeline lepas kontrol!” seru Natasya.
Richie yang mendengar dan melihat kalau Angeline sudah kelewatan langsung menarik Angeline. Karena mereka memang biasa menindas siswa namun tidak dengan cara main tangan seperti memukul atau menampar. Itu tidak diperbolehkan. Itu adalah hal yang tabu bagi sekolah dan sudah disepakati tidak akan dilakukan oleh siapapun.
“Bos.. udah, Bos, udah.. urusan bisa panjang. Ayo, kita ke kelas!” kata Richie.
Angeline pun menurun. Meski bahunya masih naik turun, pikirannya masih waras untuk mencerna bahwa apa yang dilakukannya sudah berada di luar batas. Sehingga, dirinya harus menahan emosinya sekarang.
“Pengecut! Sampah!” seru Cathy di balik Angeline yang sudah melangkah untuk menuju kelas bersama teman-temannya.
Angeline yang mendengar apa yang dikatakan oleh Cathy langsung menoleh dan langsung menerjang Cathy, “Apa lo bilang? Bilang depan gue, sialan!” seru Angeline, sambil tangannya masih berada I keras seragam Cathy.
“Angeline! Lo dipanggil sama kepsek!” seru David, teman sekelas Angeline sambil berlari cepat.
“Awas lo!” seru Angeline sambil melepaskan tangannya dari kerah seragam Cathy dan menatap orang yang memanggil dan memberikan informasi bahwa dirinya dipanggil kepsek.
Angeline mulai merasakan sesuatu yang tidak enak dalam dirinya. Dirinya merasakan kalau sesuatu telah terjadi. Namun, meski begitu, Angeline tetap bersikap seperti biasanya.
“Ada apa emang?” tanya Angeline pada David.
“Wah, buat itu gue gak tau. Katanya penting.” kata David.
Angeline masih memikirkan kemungkinan alasan mengapa dirinya dipanggil. Teman-teman yang mengamati Angeline yang hanya diam langsung merapat ke Angeline.
“Lo abis bikin onar apa, Bos? Nampar tadi pasti bukan alasannya, kan?” tanya Richie.
“Enggak tau. Gue juga bingung kenapa tiba-tiba dipanggil kayak gini.” kata Angeline jujur.
“Mending lo datengin dulu, Bos..” kata Velyn.
“Iya, Bos. Bener kata Velyn.” kata Richie dan Natasya bersamaa.
Akhirnya, Angeline pun mengangguk. “Gue ke sana dulu ya.” kata Angeline.
“Good luck, Bos!” seru Velyn.
Angeline hanya berjalan, mengangkat tangannya ke udara, dan membuat lambang ‘oke’.