***
Sepertinya memang benar apa yang dikatakan oleh orang-orang bahwa kita baru bisa merasakan arti dari kehadiran seseorang setelah mencecap pahitnya kehilangan. Itulah mengapa seharusnya kita selalu menghargai semua orang yang ada di sekitar kita, baik yang tersayang maupun yang baru terasa biasa saja.
IG: Upi1612
***
“Isinya apa, Bos?” tanya Velyn.
Angeline menggeleng pelan, dirinya belum sempat membuka surat tersebut. Angeline merasa kalau dirinya tidak layak membaca surat tersebut sekarang-sekarang ini.
“Belum gue baca.” Jawab Angeline dengan jujur.
“Baca aja coba, Bos. Siapa tahu isinya penting.” kata Richie.
“Iya, Bos. Baca aja..” kata Velyn menyetujui ucapan Richie.
Angeline menatap Richie dan Velyn bergantian. Lalu dengan memantapkan hati, Angeline langsung mengangguk dan membuka surat tersebut, membacanya, dan larut dalam isinya.
Untuk: Anakku Tersayang
Dari: Mama dan Papa
Assalamualaikum, Sayang.
Mama dan Papa harap ketika kamu membuka surat ini kamu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.
Sayang, mungkin ketika kamu membaca surat ini Mama dan Papa sudah tidak ada lagi di dunia ini, tidak bisa memelukmu, dan tidak bisa menyiapkan segala kebutuhanmu lagi. Mama dan Papa minta maaf Sayang karena bila kami benar-benar dipanggil oleh Sang Mahakuasa, kami harus meninggalkanmu sendiri.
Sayang, banyak hal yang ingin sekali yang kami ingin sampaikan kepada dirimu hanya saja diantara semua yang ingin kami sampaikan, kami merasa ada hal yang harus kami ceritakan. Cerita ini bermula dari mimpi Mama.
Suatu malam, Mama bermimpi, mama bermimpi mendengar seseorang tengah membaca Al-Quran, suaranya indah hingga sampai ke relung hati. Dalam mimpi tersebut, Mama tidak sendirian melainkan bersama Papamu. Mendengar suara merdu itu, Mama dan Papa merasa sangat bahagia. Kami yang penasaran dengan seseorang yang telah melantunkan ayat suci dengan begitu merdu dan sampai ke hati tersebut mencoba menghampirinya. Seseorang itu menggunakan mukena berwarna putih sehingga kambi bisa menyimpulkan kalau orang tersebut adalah perempuan.
Dan apa kau tahu siapa dia, Nak? Dia adalah kamu, Sayang. Satu-satunya anak Mama-Papa, satu-satunya anak kebanggaan Mama-Papa, dan satu-satunya anak yang Mama-Papa yakin bisa membawa kami ke Surganya Allah SWT.
Setelah mimpi tersebut, Sayang. Mama menghampiri dan menceritakan mimpi tersebut kepada Papamu, dan ternyata Papamu pun mengatakan kalau dirinya memimpikan hal serupa.
Sejak mendapatkan mimpi tersebut, kami pun mendatangi seorang Ustaz bernama Ustaz Ahmad, dan melalui beliaulah kami menemukan jalan mengenal Islam hingga kami memutuskan untuk beriman kepada Allah SWT.
Sayang, maafkan kami yang belum pernah membawamu mengikuti jejak kami, namun kami harap kamu akan segera mengikuti jejak kami. Menjadi seorang muslim. Dalam keadaan muslim nanti Sayang, kamu akan merasakan ketentraman luar biasa. Maafkan kami yang tidak bisa menjelaskan lebih panjang.
Melalui surat ini, Sayang. Mama dan Papa ingin sekali kamu bisa mewujudkan mimpi kami. Temuilah Ustaz Ahmad dan katakan pada beliau kalau kau anak Mama dan Papa. Semoga Ustaz Ahmad bisa membimbingmu menjadi seorang muslim sejati, seseorang yang mengenal Allah SWT, seseorang yang baik, dan seseorang yang selalu berada dalam koridor kebaikan.
Hanya ini yang bisa kami sampaikan. Kami mengucapkan terima kasih kepadamu karena kamu telah menjadi anak yang sangat baik untuk kami. Kami benar-benar bangga dan bahagia memiliki anak sepertimu, Nak. Dan sekali lagi kami meminta maaf karena harus meninggalkanmu sendiri.
Besar harapan kami agar kamu bisa memenuhi permintaan kami, kami akan selalu berdoa untuk keselamatanmu di manapun kami berada. Dan semoga kamu pun melakukan hal serupa.
Kami pamit, Nak. Sehat selalu, Anakku.
Wassalamualaikum.
Angeline tidak kuasa menahan air matanya. Kali ini dirinya benar-benar menangis membaca surat yang ditulis oleh kedua orang tuanya tersebut. Angeline sangatlah mengenali tulisan tersebut. Di mana tulisan dalam surat tersebut adalah tulisan dari ibunya.
“Mama, Papa..” kata Angeline sambil memeluk surat tersebut.
Diantara kepahitan yang dia terima belakangan ini, Angeline nyatanya hanya bisa menangis karena kedua orang tuanya. Angeline benar-benar merasa sangat merindukan kedua orang tuanya. Angeline mamanglah snagat menyayangi kedua orang tuanya hingga setelah membuka dan membaca surat tersebut, dirinya tidak kuasa menahan air mata.
“Bos..” panggil Velyn dan Richie yang ada di samping kanan dan kiri Angeline. Mereka berdua sontak memeluk Angeline yang berada di tengah-tengah mereka.
Air mata mereka bertiga kini berjatuhan. Kini mereka benar-benar merasakan kerinduan kepada kedua orang tua mereka masing-masing.
“Ayo, kita tidur.” kata Angeline sambil mengusap air matanya.
Richie dan Velyn tidak membantah permintaan dari Angeline, mereka pun langsung mengambil tempat lalu mulai tidur begitu saja karena hari yang semakin larut dan keadaan mereka yang sudah sangat lelah juga mengantuk.
***
“Dik! Dik! Bangun!” suara seseorang membangunkan Angeline, Velyn, dan Richie yang tengah tertidur lelap.
Waktu menunjukkan sebentar lagi waktu subuh sehingga seseorang tersebut mencoba membangunkan ketika anak tersebut.
Angeline membuka mata lalu membangunkan Richie dan Velyn yang beradadi samping kanan dan kirinya. Angeline pun terduduk.
“Kenapa adik-adik ini tidur di sini?” tanya seseorangan berpeci tersebut.
“Kami tidak memiliki tempat tinggal, Pak. Jadi, kami tidur di sini.” kata Angeline.
“Lho, selama ini kalian tidur di mana? Sepertinya saya baru kali ini melihat kalian.” kata seseornag tersebut.
“Kami biasa tidur di balai-balai pemakaman, Pak.” kata Richie yang menimpali.
Laki-laki tersebut sedikit terkejut lalu sebentar mengamati ketiganya. “Baik, setelah salat saya akan menemui kalian lagi.” kata laki-laki tersebut.
Mereka bertiga pun mengangguk. Setelah itu laki-laki ebrpeci tersebut pun langsung masuk ke dalam Masjid dan menyerukan panggilan untuk salat, Adzan.
Angeline melirik Richie dan Velyn. Yang dilirik hanya bisa menaikkan bahu tidak tahu harus berkata apa dan tidak tahu apa yang akan diucapkan oleh laki-laki berpeci tadi. Karena masih mengantuk, Richie dan Velyn pun memejamkan mata kembali.
Sedangkan Angeline tertarik dengan banyak orang yang datang, laki-laki dnegan menggunakan sarung dan kopiah dan beberapa perempuan juga datang menggunakan mukena. Ntah mengapa, dibanding tidur seperti kedua temannya, Angeline tertarik sekali untuk melihat apa yang semua orang lakukan di dalam Masjid.
Angeline mengintip dari balik jendela. Semua orang tengah melaksanakan salat berjamaah. Ntah mengapa hatinya terasa hangat seketika. Melihat gerakan-gerakan yang dilakukan oleh para Jemaah, hati Angeline seperti merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.
Mata Angeline tidak lepas dari aktivitas Jamaah salat subuh yang melaksanakan salat hingga tahlil dan berdoa.
“Kenapa hati gue jadi gini ya?” gumam Angeline.
Ntahlah, saat ini Angeline tidak menemukan jawaban dari pertanyaannya tersebut.
Tak lama kemudian, semua orang keluar satu persatu, Angeline langsung buru-buru membangunkan Velyn dan Richie yang kini masih pulas.
“Chie, Vel, bangun!” kata Angeline sambil menggoyang-goyangkan tubuh kedua sahabatnya tersebut.
Richie dan Velyn pun bangun dan mengucek matanya masing-masing.
Tak lama kemudian, seorang laki-laki berbaju koko yang Angeline taksir umurnya seumuran dengan ayahnya itu kembali mendatangi mereka. Angeline benar-benar merasa tidak tahu apa yang akan disampaikan laki-laki tersebut, namun melihat dari bagaimana wajah damai laki-laki di hadapannya membuat Angeline tahu bahwa beliau adalah orang baik dan orang yang sangat taat beragama.