1
“Selamat malam semuanya. Dengan resmi, saya mengatakan kalau mulai sekarang, perusahaan Tunggal Atmaja akan saya alihkan pada anak laki-laki saya satu-satunya, yaitu Haikal Atmaja,” ucap Surya Atmaja dengan lantang di antara para tamu undangan.
Riuh tepuk tangan memenuhi ruangan pesta. Semua ikut bergembira dengan dikabarkan secara resmi pemindahan harta warisan salah satu perusahaan terbesar di dunia pada seorang laki-laki lajang bernama Haikal atau biasa dipanggil Ical.
Pesta mewah dan besar pun diadakan di sebuah hotel mewah dan mahal di kota tersebut. Banyak kolega dan tamu penting diundang untuk menjadi saksi pemindahan kepemilikan perusahaan besar tersebut.
Awalnya pesta berlangsung begitu meriah dan tidak ada masalah, tapi di tengah pesta, Ical merasakan sesuatu. Tiba-tiba, kepalanya terasa pusing. Entah karena terlalu capek atau faktor lain, Ical pun tidak tahu.
“Aduh, kepalaku kok, pusing, ya? Badanku juga panas,” gumam Ical sambil memegangi kepala dan merenggangkan dasinya.
Dia mencari Harry, asisten pribadi yang selalu menemaninya. Namun, entah di mana lelaki muda itu. Ical sama sekali tidak bisa menemukan keberadaannya.
Dengan tertatih, dia mencoba mencari keberadaan Harry di antara para tamu, tapi dia tidak ketemu juga. Daripada dia kenapa-kenapa, dia pun memilih untuk kembali ke kamar sendirian.
“Di mana, sih, Harry? Kenapa di saat penting kayak gini dia malah hilang?” gumam Ical kesal.
Ternyata, seseorang yang memakai masker, tiba-tiba datang dan membantu Ical. Dia merasa kasihan dan ingin membantunya.
“Kenapa, Pak? Bapak sakit?” tanya laki-laki itu dengan ramah.
“Iya, Pak. Kepala saya sakit. Bisa minta tolong antarkan saya ke kamar saya?” pinta Ical pada lelaki itu.
Tentu saja laki-laki itu bersedia mengantarkan Ical. Mereka berjalan menuju kamar setelah Ical memberikan kunci kamarnya pada lelaki itu.
Tak butuh waktu lama, Ical pun sampai di kamar hotel yang sudah dia pesan.
“Terima kasih, Pak,” ucap Ical santun walaupun dia tidak kenal dengan lelaki itu.
“Sama-sama, Pak.” Laki-laki itu pun pergi.
Di dalam kamar, Ical langsung membuka jas yang menempel pada badannya. Dia hanya menyisakan kaos tanpa lengan dan celana pendek agar dia merasa jauh lebih adem.
Ternyata semua yang dia lakukan tidak berpengaruh banyak, dia tetap merasa kepanasan. Ada juga perasaan aneh yang tidak biasa dia rasakan.
“Aku kenapa, sih? Kenapa aku bisa kayak gini?” Ical menarik rambutnya dengan kuat agar bisa mengurangi rasa pusing yang dia rasakan.
Dalam keadaan sakit tersebut, samar dia melihat ada seseorang yang terbaring di atas tempat tidur.
“Siapa dia? Kenapa ada orang lain di sini? Ini benar kamarku kan? Apa orang itu salah nunjukin kamar?” gumam Ical setengah sadar. Meski bingung, dia tetap mendekati tempat tidur itu.
Begitu dia sampai di sana, benar saja. Ada seorang wanita cantik dan muda tengah tidur dengan memakai baju yang seksi. Melihat hal itu, naluri dewasa sebagai seorang laki-laki langsung muncul.
Ical pun menelan liur karena dia begitu menggoda. Entah kenapa, Ical justru semakin mendekat, ada rasa penasaran yang menariknya untuk melihat lebih jelas. Ternyata jika dilihat dari dekat, dia semakin cantik.
Dialah Puri Handayani, gadis yang masih berusia dua puluh tiga tahun. Dia tengah tertidur dengan pulas di tempat tidur yang begitu nyaman.
Ical yang berusia tiga puluh tahun dan masih lajang, tentu saja tidak bisa mengedipkan mata saat melihat Puri yang begitu cantik. Namun, semua itu tidak berlangsung lama. Dia sadar kalau apa yang dia lakukan tidak benar.
“Ya Tuhan. Apa yang udah aku lakukan? Jangan sampai aku ngelakuin hal yang nggak-nggak sama dia,” ucap Ical berusaha kuat untuk menahan diri.
Di saat Ical tengah menahan diri, Puri justru merubah posisi badannya. Tubuhnya berpindah menyamping dengan tangan yang tidak sengaja menarik Ical hingga Ical pun terjatuh di atas tubuh Puri.
Jantung Ical tidak menentu, keringat dingin mulai bermunculan dan dia pun tidak bisa menahan diri lagi. Untuk pertama kalinya, Ical melakukan hal itu dengan seorang gadis.
Malam yang dingin berubah menjadi panas seiring dengan permainan Ical yang sudah dirasuki oleh sesuatu yang tidak dia tahu. Ical yang sebenarnya orang baik, malam itu berubah menjadi orang lain. Harapan ingin melakukan hal itu bersama pasangan sah, telah enyah dan dia pun tak lagi peduli pada dosa.
Mereka berbagi peluh, berbagi lenguhan yang penuh kenikmatan. Puri hanya bisa menikmati tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia yang masih tidur, hanya merasakan seperti mimpi.
Berjam-jam mereka melakukan hal itu dan tidak pernah ada rasa lelah. Puri yang ternyata berada dalam pengaruh obat tidur, hanya bisa pasrah melepas kehormatan yang selama ini dia jaga.
Puri adalah gadis baik-baik, dia tidak pernah berbuat macam-macam. Namun, malam ini dia telah dijebak.
Masih ingat jelas saat Puri berada di rumah pagi tadi bersama seseorang.
“Sayang. Kamu ada acara nggak malam ini?” tanya Sinta yang tidak lain adalah ibunya sendiri.
“Nggak ada, Ma. Emang kenapa?” jawab Puri polos, karena dia memang tidak ada acara bersama teman-temannya.
Suasana pagi Puri yang tenang, mendadak terganggu. Dia punya firasat buruk jika Sinta sudah tanya seperti itu. Jangan-jangan.
“Nanti malam kamu temani Mama, ya? Seperti biasa,” balas Sinta lagi.
Benarkan, Sinta pasti membawa Puri dalam setiap aksinya. Sinta sebenarnya bukan ibu yang jahat, hanya saja tuntutan hidup memaksanya untuk melakukan segala macam cara untuk bisa melanjutkan hidup, termasuk dengan bisnis yang biasa dia lakukan ini dan ini termasuk sebuah kejahatan.
Puri menghela napas. Sebenarnya dia tidak mau terlibat dengan bisnis ibunya, tapi dia juga tidak mau disebut anak durhaka. Dia pun hanya bisa menerima dengan terpaksa.
“Iya, Ma. Jam berapa?” jawab Puri lemas.
“Jam setengah delapan malam. Tapi malam ini kita akan pergi ke hotel mewah, jadi kamu harus pakai baju yang mahal.” Sinta mengambil sebuah baju yang mahal berwarna merah dengan belahan d**a rendah dan tanpa lengan.
“Kamu nanti pakai ini, ya?” Sinta menunjukkan baju itu di depan Puri.
“Ini, Ma? Ini terlalu terbuka dan seksi. Aku nggak mau pakai baju ini. Aku mau pakai baju yang biasa aja,” tolak Puri. Dia tidak biasa memakai pakaian yang mengundang kejahatan.
“Nggak ada baju lain lagi yang bisa Mama sewa. Drescode-nya merah dan Mama cuma punya uang buat sewa baju ini aja. Kamu tolong pakai, ya? Kamu sayang sama Mama kan? Kamu nggak mau bikin Mama rugi kan, Sayang,” bujuk Sinta.
Dia sudah sewa baju itu dengan mahal, tentu saja tidak mau Puri menolaknya. Tiba-tiba Reno masuk kamar. Dia adalah ayah Puri.
“Wah, bagus banget bajunya. Ini yang nanti malam mau dipakai Puri, Ma?” tanya Reno.
“Iya, Pa. Nggak terlalu terbuka kan?” Sinta meminta pendapat Reno.
“Nggak. Ini sangat cocok dengan tubuh Puri yang bagus.” Reno pun menoleh pada Puri dan memaksa Puri untuk memakainya. “Kamu harus pakai baju ini untuk nanti malam, ya? Karena malam ini teman bisnis kita sangat istimewa. Nanti kamu tunggu aja di kamar, seperti biasa. Biar urusan bisnis ... kita yang urus. Kamu tunggu selesai aja.”
Puri pun tidak bisa menolak dan malam itu pun tiba. Mereka sudah menunggu di kamar yang sudah dipesankan oleh Sinta dan Reno.
Sementara Sinta dan Reno pergi, Puri ditinggal sendirian di kamar tersebut. Sudah ada segelas air putih di kamar Puri dan tanpa ragu, Puri pun meminumnya. Siapa sangka minuman itu sudah diberi obat tidur oleh seseorang.