11 - Eh,Memang Bisa?

2234 Words
Callisa menatap sekitar,rencananya hari ini sih akan membeli banyak baju keluaran terbaru yang super cantik. Toko pertama yang Callisa masuki adalah deretan dress-dress cantic namun mahalnya membuat semua orang meringis. Callisa memilih baju agak tertutup namun hanya sepanjang lutut,bagian bahu juga masih agak terlihat. Engga papalah,kan terserah Callisa dong mau pilih baju yang mana. “Ssst! Itu Callisa selebgram itu kan?” “Benar banget,orang kaya mah bebas. Mau beli apa aja terserah mereka. Kalau kita yang mau beli harus mikir Panjang. Denger-denger semua kakaknya bla bla…” Callisa melirik sinis namun tetap menatap kearah kumpulan baju,merasa kesal dengan mereka semua,kenapa harus berhubungan dengan kakak kayanya? Padahal Callisa punya uang sendiri yang berasal dari orangtuanya,kakaknya hanya memberikan kartu padanya selebihnya bukan urusan Callisa dong. “Manusia memang begitu,bisanya cuman nyinyir doang.” Bisiknya pada diri sendiri,merasa malas belanja makanya meninggalkan toko baju tersebut. Dengan mendumel,Callisa terus berjalan moodnya mendadak anjlok atas semua perkataan itu. Seakan-akan Callisa hanya beban bagi semua kakak-kakaknya. Merasa kakinya pegal,ia menepi dan duduk di pinggiran kursi. Matanya menatap semua orang,semua orang yang lewat mengenakan pakaian beragam. “Princess capek,” keluhnya,memijat kakinya yang terbalut sepatu setinggi 5cm. “Ini hp kenapa bunyi terus,siapa sih!” membuka tasnya yang mahal,nama ‘Kak Akaf’ tertera di layar ponselnya. “Kenapa? Apasih? Callisa cuman keluar belanja bukan ngilangin diri. Tadi Callisa sudah izin loh sama Kak Ray,kalian semua kenapa sih? aku sudah besar ini,jangan di tanyain dimana-dimana. Gimana mau nikah,baru gini aja udah panik. Jangan panik,jangan panik.” Sembari mengomel pada kakak keduanya,Callisa menatap baju yang ada di patung. Cantik juga,nasib jadi Princess di keluarganya mah gini. Ilang dikit dicariin,mirip bocil di media social kali yaa. “Dek,kakak cuman iseng nelepon bukan panik. Lagi belanja apa memangnya?” Callisa berdiri,enggan menjawab pertanyaan Akaf. “Dek,lagi dimana sekarang?” suara Akaf di seberang sana bagai angin lalu,Callisa mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Terserah kakaknya bakal panik atau sejenisnya,Callisa mau fokus shopping. “Cantik banget,harganya pasti cantik juga,” masuk kedalam,Callisa berdiri disamping patungnya. Terkikik sendiri saat melihat harga bajunya,7 juta empat ratus Sembilan puluh Sembilan ribu. “Kalau pake kartu dari kak Akaf bolehlah,kemarin kan pake kartunya Kak Rei maka hari ini beda lagi.” Lanjutnya kegirangan,meminta pegawai untuk membawakan bajunya lalu Callisa membayarnya dengan cepat. Callisa seolah lupa sambungan teleponnya dengan Akaf masih tersambung, Keluar dari butik dengan memegang paperbag di tangannya,Callisa tersenyum sumringah. Palingan tagihan ini sudah sampai di kakak keduanya dan Akaf sudah tau mengapa Callisa mendadak mematikan sambungan telepon mereka saat akan membayar bajunya. Turun dari lantai atas menuju lantai satu,Callisa menyesal. Matanya malah menemukan Akaf sedang mencarinya dibawah sana. “Nasib sendirian anak perempuan ya gini,baru ilang sejam sudah dicari. Gimana Pak Aydan mau percaya diri melamar orang saudaraku posesif banget.” Gerutunya bersamaan dengan kakinya sampai di lantai bawah,Akaf juga sudah menemukannya. “Dek,” Callisa bisa melihat ada kelegaan dibalik mata kakaknya. Memutar bola matanya malas,”Yang santai dikit dong kak Akaf sayang,adikmu yang paling cantic ini cuman belanja loh bukan asal ilangin diri. Gimana mau dapet suami kalau begini,” Rakaf tersenyum,merangkul pundak adiknya lalu berjalan bersamaan keluar mall. Beberapa orang menatapnya iri dengan terang-terangan,ada juga yang hanya sekedar mengambil gambar. Sesampainya di tempat parkir,Rakaf melepaskan rangkulannya dan berdiri berhadapan dengan Callisa. “Habis belanja baju? Harganya lumayan juga,Dek.” Balasan Callisa hanya mengidikkan bahunya tak peduli. “Mba Deva cariin kamu,katanya pengen keluar bareng tapi tidak menemukan kamu dirumah. Padahal katanya mau bawa kamu ikut wisata bareng Exa.” Menyandarkan punggungnya pada mobil kakaknya,Callisa berpikir. “Pengennya mantau Pak Aydan cuman lagi dalam mode malas,orangnya nyebelin sejak kemarin. Mana ngirim pesannya ngaco,kak Akaf engga ada niatan lamarin Pak Aydan untuk Callisa gitu.” Tertawa mendengarnya,Rakaf dengan gemas mencubit pipi adiknya. Menatap Callisa dengan tatapan lembut,”Kamu suka banget sama dia,Dek? padahal gantengan kakak daripada dia,” Callisa memasang wajah jengah,terkadang Rakaf memang terlalu percaya diri. “Kak Akaf kesini sama siapa? Callisa engga suka kalau ada yang lain pokoknya hari ini mau bebas tanpa aturan apapun. Mending kakak lanjut kerja aja deh,kayak engga ada kerjaan aja kalau disini terus. Mana banyak cewek yang curi-curi pandang lagi,hey! Kakakku dah punya pawang,punya anak satu. Jangan gangguin napa!” kesalnya saat sekitaran ada 4 orang perempuan yang mengagumi kakaknya. Ditempatnya Akaf tertawa kecil,mengelus kepala adiknya dengan sayang. “Kakak barusan dapat tagihan baju kamu,kebetulan lewat sini.” Menatap kakaknya tak percaya,”Kebetulan atau sengaja kesini?” tuduhnya. “Keliatan banget ya?” Mencibir kesal,”Kapan dewasanya Callisa coba kalau di khawatirin terus,” walaupun kesal,Callisa tetap memeluk lengan kakaknya manja,”Jadi pengen kayak anak kecil terus,dimanjain sama kakak-kakakku tersayang.” Rakaf tertawa lagi,”Kakak mau balik kerja,ada rapat tak jauh dari sini. Mau ikut sama kakak engga?” Ia dengan cepat menggeleng,”Callisa mau jenguk Pak Aydan,siapa tau orangnya kangen tapi gengsi bilang. Engga tau kenapa 3 harian ini Pak Aydan sering kirim pesan dengan namaku doang habis itu ilang lagi. Apa itu kode ya?” “Percaya diri kamu terlalu tinggi,” Mendongak menatap kakaknya,”Bukannya kasi dukungan sama adiknya malah dijatuhin. Ini Callisa lagi berjuang mendapatkan cintanya Pak Aydan tau,kasi wejangan kek atau saran kek cara luluhin wajah datarnya Pak Aydan. Bukan malah bilang Percaya diri gitu,” sebel sebentar habis itu tersenyum lagi,makin kangen Pak Aydan mah kalau begini. “Eh tapi,kemarin malam aku engga sengaja ketemu adiknya. Penampilannya beda banget,cuman matanya yang keliatan. Kakak tau Namanya apaan?” tanyanya antusias,pegangannya pada lengan kakaknya juga terlepas. “Cuman matanya yang keliatan?” tanya Akaf,diangguki dengan cepat oleh Callisa. “Oh cadar itu,perempuan bercadar. Pake niqab. Coba kamu cari di internet nanti atau minta Mba Deva jelasin sama kamu,” “Cadar? Nikab?” “Pake Q,Callisa. Niqab.” “Kirain pake K.” ia merogoh tasnya,membuka ponsel demi mencari apa yang kakaknya maksud tadi. “Padahalkan Callisa sudah belajar tinggi-tinggi sampai paris malahan tapi engga pernah tuh dengerin istilah Niqab-Niqab gitu. Tapi bukannya jilbab ya kak? Kok ada kata itu segala?” Rakaf menatap sayanga adiknya,merasa senang karena adiknya kini tertarik dengan agama. Sejak lama ia sangat ingin adiknya tau banyak tentang agama hanya saja Rakaf takut adiknya malah tertekan dan akhirnya memilih pulang ke Paris. Walaupun awalnya demi si Aydan itu,tapi Akaf tetapi bersyukur adiknya penasaran dengan agama. “Ada yang Namanya Niqab,jilbab,khimar, atau apa ya? Kakak kurang tau soalnya bukan perempuan. Kamu bisa tanya-tanya sama orang lain atau sama temannya Kak Rasya itu? Yang tau banyak agama,” Ketikan Callisa pada ponselnya terhenti,iya juga. ia lupa dengan adik tingkat kakak iparnya yang tau banyak soal agama,Callisa cukup datang padanya dan menanyakan apapun yang ingin Callisa ketahui. Daripada capek-capek buka internet yang kadang salah memberikan pengertian,mending Callisa kesana kan? Padahal umurnya baru 24,tapi sudah pelupa. Untung tidak lupa dengan Aydan,dosen gengsian itu. Ting. Matanya sigap menatap bar pesan, Jodoh-ku Callisa? “Ini orang kenapa dah,dari kemarin Sukanya manggil nama doang bikin penasaran banget.” merasa ada yang aneh,ia baru ingat. “Kak Akaf kok masih disini,” protesnya,jangan-jangan kakaknya mendengar gerutuannya tadi? “Kayaknya Kakak benar-benar harus mencari tau soal Aydan itu,kamu sudah dewasa.” Tangannya menjawil gemas hidung adiknya membuat Callisa agak menjaga jarak, “Kak Akaf ih! Rusak nanti make-upnya,aku make-upnya lama bukan semenit doang.” Marahnya,menatap Akaf garang. Dipikir make alis sementit kali ya? atau buat shading di hidung mudah banget kali ya? beginilah Laki-laki kebanyakan suka perempuan cantic tapi komentar terus soal dunia kecantikan perempuan. Aneh benar kan? Memang aneh kaum laki-laki itu. dan lebih anehnya lagi,Callisa malah jatuh cinta dengan salah satu kaumnya guys. Siapa? Ya Pak Aydan ganteng dong. Haha. “Baru kemarin rasanya kakak liat kamu main petak umpet dengan Ray,hari ini sudah jatuh cinta dengan orang lain.” Callisa mengibaskan rambutnya bangga,memperlihatkan pada kakaknya kalau ia memang sudah sangat dewasa bukan lagi kanak-kanak atau anak kemarin sore. Rakaf tertawa lagi,memeluk adiknya sebentar barulah masuk kedalam mobil. Membunyikan klakson mobil pada Callisa barulah pergi. Seperginya kakaknya,Callisa menunduk kembali menatap room chat dengan Aydan. Kata online masih ada,”Apa iya dosen gengsian ini nungguin balasanku? Tapikan dosa. Engga ah,dosaku dah banyak jangan di tambah lagi. Pahala kurang,engga banget kamu Callisa. Percuma cantik gini kalau pahala engga seberapa,” menghardik dirinya sendiri,terkadang Callisa memang segila ini. “Makin dekat dengan Pak Aydan kok kekuranganku makin banyak ya? Apa yang aku banggakan kemarin keknya engga ada nilai tambahannya kalau berdiri berdampingan dengan pujaan hati,tapi jangan menyerah Callisa. Semangat!” menyemangati diri sendiri adalah poin penting dalam berjuang mendapatkan cinta,eaa. Apakah mencintai dibolehkan dalam islam? Percayalah kawan,pencarian internet Callisa makin random,dulunya hanya bolak-balik membuka aplikasi belanja tapi sekarang berbeda, Callisa malahan lebih sering membuka laman pencarian daripada aplikasi belanja. “Hukum pacaran sangat tidak diperbolehkan dalam islam akan tetapi,skip deh skip. Umur segini bukan mau pacaran tapi cari suami,cari ayang suami.” Sembari berjalan menuju mobilnya,Callisa menunduk menatap deretan artikel yang ada di ponselnya. Berhenti berjalan,”Memperjuangkan cinta dalam islam. Wah ini nih,harusnya dari kemari aku baca ini aja,” hebohnya,beberapa pejalan kaki malah menatapnya aneh. Tak mau dikatakan makin aneh,Callisa berlari kecil menuju mobilnya dan masuk dengan cepat. Menyimpan belanjaannya yang hanya satu paperbag itu tapi harganya engga main-main di kursi samping,bukannya meninggalkan Kawasan parkir ia malah fokus ke layar ponsel. “Menurut artikel Hijab Lifestyle ini,poin utamanya adalah harus niat karena Allah. Katanya lagi tidak boleh mencintai demi fisik apalagi harta,pokoknya karena Allah gitu. Tapikan awalnya aku suka sama Pak Aydan karena dia ganteng,berarti karena fisik dong? Tapikan lama-kelamaan karena cinta. Iyakan? Iyakan?” entah kemana arah pertanyaan dan pada siapa Callisa bertanya,ia hanya bergumam sendirian di mobilnya. Jadi galau sendiri,Callisa galau dengan semuanya. “Terus tips yang kedua adalah menjaga pandangan. Engga boleh pandangin matanya,harus menunduk nanti jadi dosa. Duh,banyak banget larangannya. Pak Aydan,kenapa sulit sekali mencintaimu sih,Pak. Apa salahnya menerima cintaku saja? tapi move on dari Pak Aydan juga engga bisa,cinta Callisa cantic ini tidak sebercanda itu,” mengabaikan ponselnya sejenak,Callisa menatap jauh kedepan. Belum ada apa-apa saja rintangannya sudah banyak,mana disarankan menjaga pandangan pula. Mana bisa Callisa tidak menatap Aydan kalau lelaki itu ada di sekitarnya,wajah tampannya terlalu sayang untuk di lewatkan. Pokoknya,sayang banget kalau di anggurin,tapikan dosa. Callisa menghela napas Lelah,”Lihatlah Pak Aydan,mencintaimu saja sesusah ini ternyata.” Luar biasa sekali dirinya. Melirik layar ponselnya lagi,”Mendekatkan diri pada Allah dan terus melibatkan Allah dalam memperjuangkan cinta. Teruslah ingat Allah dan percaya aka nada jalan keluar terbaik nantinya. Masa cuman nunggu doang dan engga berjuang? Nanti kalau Pak Aydan di rebut orang lain,Callisa ini harus gimana?” merasa tidak sanggup,Callisa keluar dari artikel itu. Menyimpan ponsel dan mulai mengendarai mobilnya meninggalkan Kawasan mall,otaknya terus berpikir keras. Untuk Bersama Pak Aydan juga dipercayai oleh Aydan menjadi istrinya,maka Callisa harus mengenal agama dengan baik,bukan asal-asalan apalagi dengan modal internet semata. Callisa setidaknya tau dasar agama demi menyeimbangkan diri dengan laki-laki pujaannya itu,terkesa susah namun Callisa tidak akan mundur. Callisa akan berusaha dengan sangat keras,membuktikan pada semua orang kalau rasa Sukanya bukanlah rasa main-main semata. Modal fisik? Awalnya memang Callisa suka karena Pak Aydan ganteng dan sangat mendekati tipe suami impiannya. Tapi lama-kelamaan Callisa menyadari,ini murni cinta bukan lagi modal fisik semata. Dari tips-tips yang artikel itu berikan,semuanya ada tulisan dalil dan bacaan Qur’annya. Apa bisa Callisa membacanya dengan fasih dan lancar? Menepikan mobilnya sejenak, Pak,jika saya berhasil mengenal agama sebagaimana yang bapak mau. Dan itu semua saya lakukan atas keinginan saya sendiri,apakah mungkin saya berkesempatan menjadi istri bapak? Setelah mengirimkan pesan itu,Callisa diam sejenak. “Jika memang dengan mengenal Allah adalah jalan keluarnya maka saya akan melakukannya,Pak Aydan. Meninggalkan pakaian mahal demi selembar jilbab? Menutup rambutku dengan selembar kain? Atau menutup kaki cantikku dengan kaos kaki? Kenapa tidak? Bukannya bisa dua dapat dua poin? Dapat pahala banyak-banyak bonus Pak Aydan juga.” tertawa senang,Callisa menunduk saat pesan masuk. Mencintai Allah adalah kunci paling utama Callisa,saat kamu mencintai Allah melebihi rasa cintamu kepada saya. Maka perlahan kamu akan sadar,betapa beruntungnya kamu masuk dalam umat Nabi Muhammad SAW. Saya senang kamu tertarik dengan agama,tapi cobalah mempelajarinya karena kamu ingin bukan karena kamu mau mendapatkan saya. Ting,ada pesan yang masuk lagi. Saya tidak sesempurna itu untuk menarik kamu kedalam ketaatan agama,Callisa. Pengetahuan saya tentang agama islam tidak sebanyak yang kamu bayangkan,jangan memaksakan diri dan belajarlah karena hatimu menginginkannya. Mata Callisa mengerjap,suara bising mobil yang lewat tak ia pedulikan. Saat perempuan tau bagaimana pentingnya harga diri mereka,maka kumpulan perempuan itu tidak lagi memperdulikan sekitar. Mereka hanya akan terus memperbaiki diri,menenangkan diri dengan caranya bukan lagi memikirkan laki-laki. Tanpa kamu sadari,kamu mungkin sudah di fase itu,Callisa. Kamu hebat Callisa. “Apa-apaan dosen gengsian ini,bicaranya manis banget buat jantungku berdebar lagi,” suaranya setelah hampir lima menit diam. Tidak membalas pesan Aydan dengan sengaja,Callisa melajukan mobilnya dengan pikiran tak tenang. Apa maksudnya berhasil mengetahui harga diri? Apa nantinya Callisa akan berubah menjadi perempuan alim dan tak lagi memperdulikan sekitar dan lupa akan cinta,begitu? “Apa mencintai memang sesulit ini ya? Apa aku memang tidak pantas mencintai seseorang sesempurna Pak Aydan? Sesulit ini mencintainya?” merana lagi,Callisa merasa merana hanya karena seseorang bernama Aydan Athallah itu. Menghela napas pelan,ada pesan yang masuk. Jodoh-ku Tidakkah kamu merasa ada yang berbeda dengan dirimu yang sekarang,Callisa? Sembari fokus menyetir,Callisa membalas pesan Aydan. Berhenti Pak,dari internet saya dianjurkan untuk menjaga jarak dengan bapak,dan menjaga pandangan. Dosanya besar Pak,kalau memang bapak ingin maka minta saya pada Papi saya dan mari menikah. Callisa memang merasakan perubahan itu,ketertarikan itu semakin besar . ingin mengetahui banyak hal tentang agama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD