Saat melihat perempuan Callisa datang dengan pakaian minimnya,Aydan dengan cepat melarikan pandangannya kearah lain,suara gemaan sepatu yang semakin dekat membuatnya paham yang datang adalah Callisa,perempuan yang katanya menyukainya.
“Pagi Pak Aydan,” sapaan itu hanya Ayda balas dengan anggukan lalu pergi meninggalkan Callisa sendirian dibelakang sana.
“Sabar,orang cantik banyak yang suka,” bisik Callisa pada dirinya sendiri,pagi ini hanya mau membawakan berkas kakaknya yang ketinggalan bukan dalam rangka memantau ayang tercinta.
Mengidikkan bahunya tak peduli,Callisa masuk kedalam kampus sesekali dapat sapaan ramah dari beberapa mahasiswa yang mengenalnya,memuji kecantikannya,atau menatapnya dengan sorot kekaguman. Setiap kali Callisa melihat semua itu,Callisa akan selalu bertanya seperti ini,
Dimana letak kekurangannya?
Mengapa Aydan enggan meliriknya atau apa alasan dosen itu enggan memusatkan pandangannya pada Callisa. Alasan Agama? Callisa sudah memikirkannya dua harian ini,masa iya hanya itu alasannya saja?
“Didalam ada Kak Rasya engga?” tanyanya pada mahasiswa yang barusan keluar dari ruangan santai dosen.
“Ada kak,permisi.”
Mengintip sebentar,terlihat kakak iparnya sedang fokus pada komputernya. Tak jauh dari kakaknya ada Pak Aydan yang baru saja duduk sepertinya. Dengan canggung Callisa masuk,menghampiri meja Rasya berada.
“Eh Dek,sudah datang. Maaf karena kakak lupa makanya kamu yang bawa,kesini sama siapa?” melupakan pekerjaannya sebentar,Rasya memfokuskan pandangannya pada Callisa. Pada ujung matanya sekilas ia melihat Aydan mencuri pandang kemejanya,menatap Callisa dari belakang.
“Tumben bajunya model ginian kesini,” bisiknya,takutnya yang lainnya malah mendengarnya.
“Tadinya mau ketemu teman lama,datang liburan ke indo cuman kakak mendadak butuh bantuan makanya kesini. Masa iya ketemu teman lama penampilannya kucel? Pas di Paris dulu penampilanku melebihi ini malah,bisa di komentarin habis-habisan aku.” Jelasnya,sesekali mengibaskan rambutnya yang sengaja di catok model curly.
“Kan bisa pake jaket dulu,Dek. tapi kamu cantic hari ini,buat beberapa mahasiswa ngintip kesini,” penasaran,Callisa menoleh kearah pintu ternyata memang banyak mahasiswa yang sengaja lewat sini demi melihatnya.
Lihatlah,lalu dimana letak ketidaksempurnaan seorang Princess Callisa?
“Pak Aydan ngintip kesini engga kak?” mendekatkan diri pada kakaknya,ia berbisik pelan. Tak berani menoleh kearah meja Pak Aydan. nanti orangnya makin tinggi kepedeannya.
“Iya,tapi cuman sebentar.”
“Beneran?” pekiknya senang,tersenyum sumringah,dasar dosen gengsian. Teruslah pada prinsipmu maka kamu akan terus begini,memeluk kakaknya dengan sayang barulah Callisa meninggalkan Kawasan ruang santai dosen.
Sapaan mahasiswa yang menyapanya semakin Callisa balas dengan senyuman saking senangnya,Pak Aydan meliriknya? Memang hari ini ia tidak berencana kemari,sudah janji temu dengan teman kuliahnya dulu. Masih orang indo tapi sehabis kuliah menetapnya di paris,kerja disana.
Sleeveless,model baju yang Callisa pakai hari ini adalah itu. Dipadukan dengan celana jeans pendek,memang agak terbuka bukan? Padahal biasanya saat mengunjungi Pak Aydan,Callisa sengaja memakai pakaian agak tertutup agar tak menganggu pandangan,tapi sudahlah.
Untuk apa Callisa memikirkan bagaimana penilaian Pak Aydan tentangnya hari ini? Lagian Dosen menyebalkan itu tak pernah sekalipun menganggapnya ada,masuk kedalam mobilnya bertepatan dengan masuknya pesan dari seseorang di ponselnya.
Memperbaiki penampilannya lebih dulu,barulah Callisa memeriksa pesan yang masuk.
Jodoh-ku
Diriwayatkan oleh Termidzi,meminta perempuan menutup auratnya kecuali didepan mahramnya. Mungkin kamu bisa membacanya di laman pencarian dan kamu mungkin bisa mempraktekkannya Callisa.
Dengan kesal Callisa melempar ponselnya kebelakang,mulai mengemudikan mobilnya menuju tempat yang ia janjikan dengan temannya. Bisa-bisanya dosen satu itu malah memberinya hadist atau apalah itu,pokoknya Callisa Taunya itu adalah perintah untuk kaum perempuan bagi islam.
Tok tok.
Menurunkan kaca mobilnya,hampir saja Callisa berteriak kegirangan saat melihat siapa yang mengetuk kaca mobilnya,namun Pak Aydan tidak mengatakan apa-apa hanya menyodorkan jaket kulit pada Callisa lalu pergi. Mata Callisa mengerjap. Lah? Baru ngirim pesan terus kesini bawain Callisa jaket?
“Duh,kirain mempelajari agama sulit tapi ternyata memahami ayang Aydan lebih sulit lagi. Duh,itu orang gantengnya kapan ngilang sih? mana tadi demage banget mukanya. Kan Callisa,kan! Kamu tuh jangan terlena terus ama Aydan,tapikan dah cinta. Huhu.” Menyimpan jaket kulit itu di jok samping,Callisa melajukan mobilnya dengan wajah agak tertekuk.
Masih dengan wajah cemberutnya,Callisa mengetukkan jarinya di stir mobil,menatap jalanan dengan berpikirn keras. Haruskah setiap kali bertemu Aydan,ia memakai jilbab dan akan melepaskannya pas pulang? Callisa menggeleng dengan cepat,jika melakukannya maka Callisa sudah mempermainkan agamanya,sama saja dengan menambah dosa.
“Ingat Callisa,dosamu sudah banyak.” Peringatnya pada diri sendiri.
Tapikan dalam penggalan tadi menyebutnya istri dan pembantu kan? Itu adalah hasil pencarian. Hanya mengatakan tutup aurat kecuali istri dan pembantu? Callisa menggeleng lagi,jangan ingat Callisa. Aydan memang menyebalkan,padahal Callisa bukan siapa-siapanya tapi sudah berani mengirimkan peringatan seolah Callisa adalah calon istrinya?
“Plin plan sekali dosen gengsian itu,apa aku mengganti nama kontaknya dengan nama dosen gengsian? Tapikan nama yang diberikan untuk seseorang adalah bentuk do’a dan Callisa yang super cantic ini menginginkan Aydan Athallah sebagai jodohnya,Aamiin,hahah.” Tertawa sendirian,Callisa memang sudah lama gila semenjak mengenal dunia seorang Aydan.
“Jangan berhenti mencintaiku… Meski mentari tak lagi bersinar…” suaranya terus terdengar bernyanyi,membawakan lagu Titi DJ Yang berjudul jangan berhenti mencintaiku itu,lagu yang tiba-tiba ada didalam pikirannya.
Berisi tentang seseorang yang meminta pasangannya jangan berhenti mencintainya apapun yang terjadi,bagaimana kalau Callisa membawakan lagu ini didepan Aydan?
“Eh,memangnya Pak Aydan mencintaimu,Callisa?” sadar diri itu perlu,dan Callisa harus sesering mungkin melakukannya.
“Saking seringnya Pak Aydan engga jelas begini,aku sampai lupa apakah dia mencintaiku atau hanya sekedar kasihan sama aku? Kasihan? Kayaknya alasan itu lebih jelas jawabannya. Mana mungkin lelaki seluar biasa dia mau membuang waktunya selain kasihan? Siapa yang tidak kasihan dengan seorang Callisa yang lupa dengan auratnya sendiri?” bersuara sendirian,
“Mencintai memang engga ada indah-indahnya,mana cinta sepihak pula. Oke! Lupakan sejenak soal Aydan Athallah dan mari bersenang-senang Bersama teman tercintamu,” serunya heboh sendirian,mulai memasuki parkiran restoran mewah.
Janjian dengan teman lama adalah penghilang kejenuhan,bukan karena Callisa tak punya waktu. Bertemu dengan teman lama adalah bentuk bahwasanya kita masih mampunyai simpati yang sempat hilang,menjalin pertemanan adalah bentuk indahnya dirimu dalam menyukai orang-orang di masa lalumu.
Paham tidak? Entahlah,Callisa sendiri bingung dengan apa yang dia ucapkan.
Membaca pikiran sendiri itu membingungkan,banyak orang yang tidak paham dengan dirinya sendiri terutama Callisa juga. iya,Callisa yang cantic ini terkadang tidak paham dengan dirinya sendiri.
Sudahlah,Callisa malas memikirkan sesuatu yang tidak pasti,mending fokus ke pertemuan dengan temannya. Meraih tas selempang dan jangan bahas harga,semua kakaknya Sudah malas menegurnya soal harga. Masuk kedalam disambut dengan lambaian tangan oleh temannya.
“Princess-ku.” Sapa temannya.
“Reancy!” balasnya riang,saling berpelukan.
“Princess,kamu semakin cantic semenjak tinggal disini.” Melepaskan pelukannya,Callisa masih tersenyum riang.
“Kamu juga semakin ganteng,seperti biasa.”
Keduanya sama-sama tertawa,duduk bersamaan di kursi masing-masing.
“Aku kirain kamu gagal datangnya soalnya lama banget baru janji temu,paris apa kabar? Masih sama seperti biasanya atau gimana?” Callisa membuka buku menu,restoran khas makanan paris,memang sengaja memilih restoran ini demi mengenang masanya sewaktu di paris kemarin.
“Rencananya minggu kemarin hanya saja ada pertemuan mendadak dengan rekan bisnis makanya baru bisa sekarang,padahal aku kangennya makanan indo kamu malah milihnya tempat ini. Habis ini bawa aku ke warung gitulah,Princess.” Komentar temannya,lelaki berwajah putih dan memilih menetap di Paris.
“Ngapain di warung? Engga sekalian di pinggiran trotoar? Aku sampe jual Namanya Kakakku demi bisa dapet meja disini. Masa mau ditinggalkan gitu saja,”
“Ayolah,Princess yang cantic ini.”
Callisa berdiri,”Ayuklah,aku pengen makan gado-gado.”
Callisa dan Reancy saling merangkul keluar dari restoran mewah,Callisa membiarkan Rean untuk mengemudikan mobilnya menuju rumah makan pinggiran. Sejak kemarin Callisa memang minat memakan gado-gado cuman tidak punya teman,mana semua orang disekitarnya sibuk semua.
“Kamu gimana?”
“Gimana apanya? Kalau bertanya yang jelas dong bukan setengah-setengah. Oh iya,hubungan kamu sama bule itu gimana? Kandas lagi? Kasihan banget.”
Rean memasang wajah masam mendengarkan ledekan Callisa,”Katanya kurang kaya,belagu banget. Padahalkan aku beliin dia banyak barang mewah.”
Ditempatnya Callisa tertawa ngakak,”Kenapa engga cari yang local aja sih? kan banyak perempuan indo yang cantic,berpindidikan dan engga matre sama sekali. Kamu tetap kukuh sama perempuan bule? Semua keluarga kamu kan indo,Rean.” Temannya ini memang sejak dulu begitu menggebu-gebu mau menikah dengan perempuan luar negeri,katanya lebih oke.
“Makan dimana kita?” tanyanya mengalihkan pembicaraan,tak mau membahas tentang keinginannya terlalu lama.
“Makan dimana aja,aku engga tau makanan sederhana namun rasanya luar biasa.”
Menatap keluar,Callisa mengedarkan pandangannya mencari rumah makan yang agak sepi,pakaian Rean dan pakaiannya sangatlah mencolok takutnya malah dianggap sok-sok’an mau makan di rumah makan sederhana.
“Disana aja,sepi juga.” tunjuknya ke sebelah kanan.
“Okelah,disana ya.”
Balasan anggukan dari Rean,menunggu Rean menepikan mobil barulah keduanya turun bersamaan. Untungnya sepi jadi hanya beberapa orang yang menatapnya heran.
“Kamu yang pesen,aku tunggu disana.” Masuk duluan,Callisa membiarkan Rean yang memesan. Memilih tempat duduk agak dalam dan tak begitu terlihat.
Sembari menunggu Rean,Callisa memeriksa ponsel ternyata masih ada pesan dari ayangnya,haha. Aydan maksudnya.
Abu Dawud meriwatkan,wanita yang memakai wewangian lalu keluar melewati para lelaki kemudian parfumnya tercium maka wanita itu akan menjadi pezina. Dan semua yang memandang wanita itu adalah pezina juga,maka berhati-hatilah Callisa. Jangan sampai penampilan kamu malah membuat orang berdosa di sekitar kamu.
“Pasti langsung copas dari internet ini penggalannya makanya jelas banget sama orang yang nyebutin. Nyebelin banget,mana terus menerus bahas penampilan lagi. Pak Aydan,kamu mending lamar aku aja deh,habis jadi istrimu bakal aku dengerin semua ceramahmu kok,walaupun ujung-ujungnya pasti ngantuk sih,” setelah mengatakannya,Callisa tertawa sendirian.
“Mana nyindirnya nyelekit banget,” Callisa menatap sekitar,ada beberapa pasang mata lelaki menatap kearahnya,malahan ada yang tersenyum terang-terangan.
Terus dimana jaket Aydan? ada di pundaknya Callisa. Seandainya bisa mengirimkan gambarnya maka Callisa akan mengirimkan gambarnya sedang memakai jaket Ayang Aydan.
Jadi dosa Callisa bertambah hanya dengan berpakaian seperti ini terus semua lelaki yang memandangnya juga berdosa? Mana parfume-nya kentara banget bau feminimnya. Callisa menggeleng cepat,”Jangan terpengaruh dengan ceramah dadakan dosen menyebalkan itu,Callisa.” Bisiknya pada diri sendiri.
Bapak jangan buat saya takut dong,mana penampilan saya lagi engga banget. Hari ini mau ketemu teman lama dari Paris makanya gayanya kayak gini. Udahlah Pak,ngapain kayak bocah sih ngirim pesan mulu.
Mana pas ketemu dinginnya minta ampun,kacang mahal kali ya.
Inget dosa,Pak. Dengan ngechat saya kayak gini juga buat bapak berdosa,saya juga berdosa. Kita sama-sama berdosa. Imbang kan Pak? Oh iya,bapak ganteng pake baju item itu.
Jaketnya saya pake kok Pak,saya sampirin di pundak tapi kalau pada dasarnya cantik ya tetap aja saya akan jadi pusat perhatian.
Menertawakan diri sendiri,Callisa mematikan ponselnya dengan cepat saat Rean datang membawa dua porsi gado-gado ditangannya.
“Padahal penjualnya bisa bawain kita,kamu malah nungguin.”
“Engga papalah,saya liat cara pembuatannya juga.”
Mengidikkan bahunya tak peduli,Callisa mulai memakan gado-gadonya,tak ada yang bersuara semenjak mereka makan hingga selesai. Rean kembali pamit katanya ingin meminta penjualnya membungkus satu porsi lagi,dan Callisa kembali sibuk dengan ponselnya.
Jujur,Callisa sedikit risih dengan tatapan orang-orang padanya.
Apa benar apa yang Aydan katakan? Kok Callisa jadi takut dosanya tambah banyak ya?
Bapak harus tanggung jawab.
Kirimnya pada Aydan,berdiri saat Rean memanggilnya dari arah depan. Masuk kedalam mobil dan melanjutkan perjalanan Panjang hari ini. Keduanya akan menghabiskan waktu seharian kemanapun asalkan Bersama,dan Callisa mengiyakannya.
Dalam hal?
Balasan Aydan datang,
Saya jadi takut dosa saya makin banyak,pak.
Menekan tombol kirim,Callisa menunduk dan mendongak menoleh menatap Rean yang tersenyum,tersenyum katanya? “Apa yang lucu?” tanya Callisa kebingungan.
“Kamu lagi suka sama orang ya? Aku sudah sangat hapal dengan ekspresi itu. Sudah lama ya Callisa? Aku kira kamu tidak akan tertarik dengan hubungan lagi. Wow! Aku penasaran dengan siapa yang berhasil membuat Princess-ku jatuh cinta secepat ini.”
Bukannya malu-malu Callisa malah tertawa,melihat profil Aydan tapi hanya menampakkan foto sepatu doang. Callisa menekan tombol video call dan tidak diangkat sama sekali.
“Sombong banget ini dosen,” gerutunya
“Oh dosen? Kerjanya dimana? Hebat loh ya. Kamu tertarik dengan pengajar biasanya Sukanya sama orang pecinta musik,eh belok sekarang ya? Ganteng engga? Jangan ku tanyakan deh,kamu sejak dulu pecinta cowok ganteng banget.” Callisa menepuk bahu Rean dengan keras,menyebalkan sekali.
“Ganteng cuman engga friendly,orangnya nyebelin.”
Rean tersenyum jahil,”Tapi suka kan?”
Mau tak mau Callisa tetap mengangguk,pesan dari Aydan masuk lagi. Dan balasannya membuat modnya anjlok sekali. Sudahlah,memang sudah sepantasnya ia tidak menyukai sayangnya hati tak bisa diajak kerjasama dengannya.
Merana,Callisa makin merana dengan semuanya.
Kamu makin berdosa karena sedang Bersama laki-laki yang bukan mahram-mu.
Menyukai lelaki yang paham agama memang banyak tantangannya termasuk terus menerus dikasi penggalan yang berhubungan dengan agama. Apa-apa berdosa,baru jalan sebentar dengan teman lama sudah berdosa katanya. Ini dunia memang penuh dengan aturan agama kayaknya?
Princess pusing? Mau istirahat sebentar dari dunia yang penuh dengan agama.
Chatting dengan saya juga dosa bapak dosen.
Menghembuskan napasnya dengan Lelah,Callisa memejamkan matanya. Semua perkataan Aydan dalam pesan itu tergiang-giang dalam pikirannya. Matanya terbuka kembali saat ada balasan,tapi sengaja Callisa tidak pedulikan. Dua pesan masuk,
Astagfirullah,
Kamu masih sama dia?
“Dosa mulu gue,”
“Hahha,capek banget ya,Callisa?”
Callisa tidak menjawab,menonaktifkan ponselnya agar Pak Aydan tak mengingatkannya lagi tentang apapun itu. Tapi merasa bersalah,ia kembali menghidupkan ponselnya dan membalas pesan Pak Aydan dengan cepat.
Pak,nikah yuk. Capek saya pak,kan kalau Sudah menikah kabarnya dapat pahala banyak.
“Hampir tiap hari gue lamar dia tapi ditolak mulu,harga diri gue seperti perempuan makin dipertanyakan kalau begini. Tapi dia ganteng,Reean.”
“Bicaranya jangan begitu,Callisa.” Peringatnya,”Mau kemana habis ini?”
“Kerumah aja,mau? Ketemu sama kak Ray. Kamu pernah ketemu dia kan? Kemarin dia habis healing cuman lagi istirahat dirumah. Aman kan? Kamu mau kesana?”
“Mood kamu engga bagus ya? Okelah,sudah lama aku tidak ketemu dengan para kakak ipar.”
“Reancy!” kesalnya.
“Bercanda Callisa,aku masih ngarep punya istri bule.”
Callisa mendengus,awas Pak Dosen itu. Callisa akan membalasnya kapan-kapan.
“Gimana kalau ajak aku ketemu sama dia aja? Aku pengen ketemu sama dia terus kenalan sebagai teman terbaik kamu pas di paris. Siapa tau bisa kenalan dengan baik,dan dia luluh akhirnya suka sama kamu deh.”
“Jangan,Pak Aydan sombong dan gengsian.”
Rean menyerah,sudahlah.