Hari selasa
Pukul 15:34
Setelah membaca pesan yang Aydan kirimkan pada adiknya,Reika mengemudikan mobilnya dengan ugal-ugalan membuat beberapa pengendara membunyikan klakson mobilnya. Reika sangat tidak memperdulikan bagaimana respon mereka karena yang ada di kepalanya saat ini adalah memberikan perhitungan pada laki-laki yang berani-beraninya mempermainkan perasaan adiknya.
Dengan mudahnya mengatakan akan melamar Callisa lalu tiba-tiba membatalkan niatnya? Apa perasaan adiknya begitu gampang di permainkan oleh Aydan? kenapa kebanyakan orang tidak memperdulikan perjuangannya sendiri? Aydan dengan susah payah mendapatkan restu namun dengan gampangnya merusak kepercayaan itu? Beraninya dia.
“Apa Pak Aydan punya masalah penting ya kak?” pertanyaan Callisa sesaat setelah menerima pesan itu membuat Reika mengepalkan tangannya.
Reika mamarkirkan mobilnya asal di Kawasan rumah Aydan,dari kejauhan ia bisa melihat Aydan yang kemarin dengan tegasnya meminta Callisa kini menunduk tak bersemangat di teras rumahnya. Dengan langkah lebarnya,Reika berjalan kesana menatap sosok Aydan dengan tatapan tajam.
“Setelah membuat perasaan adikku jatuh,anda masih dengan tenangnya duduk seperti ini?” sindirnya datar,berdiri menjulang di hadapan Aydan.
Kakak sulung dari Callisa itu menarik kerah baju Aydan,”Berani-beraninya orang sepertimu membuat adikku menangis. Jika memang sejak awal anda tidak seberani itu meminangnya maka jangan lakukan apapun. Putuskan saja komunikasi kalian,masalah bangkitnya Callisa biarkan kami yang mengurusnya.” Mata keduanya bertemu,Aydan dengan tatapan sayunya sedang Reika dengan kemarahan mendalam.
“Beritahu saya alasan apa yang membuat anda melepaskan niat itu,” dengan emosi memuncak Reika melayangkan satu tonjokan kearah wajah Aydan membuat empunya mundur beberapa langkah menabrak kursi kayu.
“Sudah kukatakan sejak awal jangan mempermainkan Callisa. Dia perempuan lugu yang hanya tau mencintai tanpa tau mana yang tulus mana yang bermain. Apa salah Callisa? Apa mencintai Anda adalah kesalahan sampai-sampai dia mendapatkan balasan seperti ini?” Reika berdecih kesal,tertawa sarkas,
Ia muak melihat wajah berkacamata itu.
“Saya sudah bilang pada Anda kalau Callisa sejak kecil tumbuh dengan kasih sayang dan kemanjaan melimpah. Dia tidak pernah di hadapkan dengan masalah keluarga yang rumit. Kami para kakaknya dengan susah payah memberinya kebahagiaan lalu anda dengan gampangnya melukainya? Hah? Apa Callisa sebercanda itu untukmu?” Reika maju selangkah,menunduk menyamai posisi wajahnya dengan Aydan,sejak tadi Aydan tak mengatakan apapun.
“Apa mencintai adalah sebuah kesalahan?” tanyanya dengan suara bisikan,sekilas Reika bisa melihat bekas pukulannya tadi membekas di sudut bibir Aydan.
“Ya,kesalahan besar Callisa adalah mencintaimu bahkan mengharapkanmu.” Bukan Aydan yang menjawabnya melainkan Reika sendirilah yang menjawabnya.
Kedua tangannya memegang pundak Aydan,”Mau saya ceritakan bagaimana bahagianya wajah Callisa hari namun berhasil kamu lukai?”
“Bagaimana malu-malunya Callisa saat mendengar kami membahasmu?” lanjutnya dengan suara sangat pelan.
Selama semenit,keduanya saling bertatapan lalu Reika memundurkan langkahnya. Ia membalikkan badannya lalu duduk di tangga teras. Ia menunduk membayangkan kembali bagaimana terlukanya wajah Callisa,ini pertama kalinya Reika melihat tatapan kosong adiknya hanya karena tidak jadi dilamar oleh Aydan.
“Kamu tau kenapa banyak manusia yang akhirnya gagal?” sejak awal berada disini,hanya Reika yang terus berbicara.
“Haha,karena mereka tidak percaya dengan dirinya sendiri. Mereka memilih keraguan mereka lalu meninggalkan keyakinannya sendiri,kenapa saya menceritakan ini padamu? Karena saya melihat itu pada dirimu. Saya tidak akan meminta maaf perihal pukulan itu namun beritahu saya mengapa kamu membatalkannya.”
Di tempatnya,Aydan menatap punggung Reika. Aydan memang pantas mendapatkan pukulan dari Reika,bukan karena Aydan bersalah tapi setidaknya ada sepadannya dengan luka yang Callisa rasakan saat ini.
“Masa lalu,saya kadang membenci menjadikan masa lalu sebagai alasan gagalnya saya menjemput masa depan. Namun saya tidak bisa mengabaikan fakta yang baru saya temukan 4 setengah jam yang lalu malahan sampai saat ini pun saya masih sulit mempercayainya.” Aydan membuka suaranya,dibalik kacamatanya,matanya terlihat berkaca-kaca.
“Haha Masa lalu? Banyak orang yang memilih terjebak dari sana karena yakin tidak akan pernah keluar dari sana. Saya tidak tau bagaima-“
“Kalau kamu berpikir ini perihal perasaan lama maka saya jawab bukan,ini pertama kalinya saya dekat dengan perempuan dan perempuan itu adalah Callisa. Saya tidak peduli kamu mengatai saya membual tapi kenyataannya memang begitu,” potongnya cepat,jangan sampai Reika menganggap Aydan belum bisa melupakan perempuan lain.
Reika kembali terkekeh,ia menunduk menatap tangannya yang agak memerah sehabis memukul Aydan,malas menanggapi ucapan Aydan.
“Menurutmu hubungan yang adil itu bagaimana?” merasa Reika takkan menanggapi perkataannya,Aydan memberikan pembahasan baru. Ia masih enggan mengatakan alasan utamanya membatalkan niatnya untuk malamar Callisa.
“Hubungan yang adil? Hubungan yang bisa diterima semua pihak,bukan hanya dari pasangan yang berhubungan namun semua pihak yaitu saudaranya dan orangtuanya. Hubungan yang adil tidak akan pernah kita rasakan jika ada satu pihak inti dari keluarga yang menentang,tapi bukankah itu bukan masalah besar? Poin utamanya kedua pihak yang akan menjalani bukan?” Reika menoleh kebelakang menatap Aydan yang juga menatap kearahnya.
Percayalah,keduanya terlihat seperti pasangan yang sedang marahan.
“Bagi mereka atau kedua pasangan yang akan punya rumah sendiri mu-“
“Pembahasanmu sebenarnya mau kemana? Kamu mau mengatakan bahwa ada salah satu dari saudara yang menolak? Mana mungkin pihak Callisa atau kami bukan? Saya dan kedua adikku telah menerimamu. Adikmu? Mereka tidak bisa menerima Callisa karena minimnya pengetahuan agamanya?”
Aydan tersenyum miris,Andai alasannya sesederhana itu mungkin Aydan takkan membatalkannya. Malahan Aydan akan tetap berjuang,memberikan pemahaman pada kedua adiknya.
“Bukan.” Jawab Aydan dengan setengah berbisik.
“Lantas?” tanya Reika cepat,
“Kamu tau tentang kecelakaan yang disebabkan oleh orangtuamu belasan tahun yang lalu?”
Ekspresi Reika berubah kaku,dan Aydan melihat itu semua.
“Hari ini saya baru tau kalau pelaku tabrak lari pagi itu adalah orangtuamu,ayahmu sendiri. Dokter mengatakan andaikan orangtua saya dibawa lebih cepat mungkin ada kemungkinannya,tapi tidak masalah. Saya bukan tipikal orang yang mempermasalahkan takdir,karena mau dihindari bagaimanapun hari itu memang hari kematian orangtua saya yang sudah ditentukan Allah,”
Semuanya Aydan katakan dengan suara bergetar,berusaha tetap tersenyum padahal ini sama saja membuka luka lamanya.
“Saya bahagia karena pelakunya akhirnya ditemukan malahan mengakuinya sendiri. Lucu ya? Hukum selalu lucu dimata orang yang mempunyai segalanya,dengan kekayaannya mereka bisa membeli kematian seseorang atau kebebasannya. Dengan mudahnya merubah keadaan,menjadikan orang lain sebagai tersangka.”
“Orangtuamu?” ulang Reika seolah memberikan satu fakta untuknya. Ini sangat mengejutkan untuknya,”Dan apa maksudmu orangtuaku yang melakukannya? Pelakunya memang supir kami karena dia yang men-“
“Kamu percaya?” kini giliran Aydan yang menatap Reika dengan tatapan tajamnya,”Kamu percaya dengan kronologi palsu yang mereka berikan? Luar biasa sekali dunia orang kaya,asalkan ada uang maka mereka bisa mendapatkan apapun termasuk menipu anak kandungnya sendiri.”
Aydan menunduk terkekeh pedih,orang macam apa Deravendra itu? Ayah macam apa yang selama ini Callisa banggakan dengan sebutan ‘Papi’ itu?
“Bisa saja ini kekeliruan,kamu tau ingat sendi-“
“Apanya yang kekeliruan?” Ia berdiri dari duduknya,”Miris sekali keluarga kalian atau miris sekali takdir kalian karena menjadi anaknya. Saya sangat menyayangkan perempuan seluar biasa Callisa harus menjadi anak dari orang yang lari dari tanggungjawabnya. Dia yang harusnya dipenjara malah membebankan pada orang lain. kamu tidak percaya? Memangnya saya peduli?”
Langkah Aydan terhenti disamping Reika,bedanya Reika duduk sedang Aydan berdiri.
“Saya sudah lama memaafkan pelakunya karena menganggap itu hanya kebetulan. Dia hanya menjadi alasan kedua orangtua saya menjemput kematiannya hari itu,namun entah kenapa mengetahui fakta ini membuat keikhlasan saya sedikit terusik.” Ia mengatakannya dengan tatapan kosongnya.
“Kamu tau apa yang membuat si pemaaf dan penyabar akhirnya muak? Mereka Lelah dipermainkan,kata memaafkannya atau memakluminya terlalu sering di permainkan orang akhirnya mereka memilih menjadi seperti mereka. Berbuat seenaknya,melupakan tata krama dan melukai orang yang harusnya dia maafkan. Saya hanya merasa muak,orang macam apa yang kalian sebut ayah itu?” katakan perkataan Aydan sedikit berlebihan namun ia muak,memuakkan.
“Deravendra! Orang yang sangat di kagumi masyakarat karena sikap ramahnya,siapa sangka dia adalah orang yang mengorbankan orang lain dengan temeng uang jaminan?” Aydan tertawa pelan,melirik Reika yang malah berbalik diam.
“Jangan beritahu Callisa,” pintanya,
Reika mendongak menatap Aydan,”kenapa?” tanyanya
“Callisa bukan tipikal orang yang memaklumi sesuatu dengan cepat. Apa yang akan dia rasakan saat tau Papinya adalah pelaku penabrak orangtua orang dicintainya? Anda bisa membayangkan bagaimana terlukanya?” Aydan memasukkan kedua tangannya di saku celana,menghembuskan napasnya berkali-kali.
“Saya mencintainya,sangat.”
Dan Reika bisa merasakan kalau itu memang kejujuran terdengar dari cara Aydan menyebutkan pengakuannya.
“Namun saya tidak bisa memaklumi apa yang orangtua kalian lakukan pada kasus kematian orangtua saya,mereka menjadikannya ajang permainan padahal ada hukum?”
“Callisa pasti menanyakan alasannya,”
“Biar itu jadi urusan saya.” Setelah mengatakan itu Aydan membalikkan badannya dan masuk kedalam rumahnya,ia membiarkan Reika duduk di tangga teras.
“Lantas selanjutnya bagaimana? Tidak ada kemungkinan bagi kalian untuk Bersama?”
Kaki Aydan berhenti melangkah,”Saya bahkan belum berpikir sampai kesana.” Jawabnya dengan kejujuran,sejak tadi yang menganggu pikirannya adalah bagaimana perasaan Callisa sekarang juga Deravendra yang bermuka dua.
“Melupakan tidak semudah memaklumi keadaan,saya mana mungkin memaksa Callisa melupakanmu padahal saya jelas-jelas tau bagaimana perasaannya padamu dan bagaimana kalian berpisah.”
“Melupakan?” katanya,seakan kata itu ditujukan untuk Aydan sendiri.
Aydan membalikkan badannya,”Anda tau apa yang paling miris untuk pasangan yang sangat ingin saling memiliki? Jawabannya adalah mereka dipaksa untuk berpisah padahal keadaan itu bukan mereka penyebabnya sama sekali. Mereka dipaksa berpisah padahal saling mencintai bukanlah perbuatan haram dalam agama,setiap manusia berhak mencintai.” Tegasnya,
“Karena kesarakahan seseorang akan kebebasan juga opini public,seseorang itu menyebabkan banyak pihak terluka termasuk putrinya sendiri. Saya dan Callisa hanya ingin Bersama tapi kenapa rasanya sulit sekali? Kamu tidak mengatakan mencintai saya bukan kesalahan bukan? Saya mencintai Callisa juga bukan kesalahan. Kami saling mencintai bukan kesalahan,kami bahkan sudah berniat ke jenjang lebih serius agar menghindari Zina. Tapi keserakahan seseorang menjadi penghambatnya,”
Reika memejamkan matanya,ia tidak menyangka Papinya berbuat hal semenjijikkan ini. Reika sangat tidak ingin mempercayai keegoisan Papinya malah menjadi penghalang Callisa untuk bahagia dengan orang yang dicintai.
“Tadi kamu sempat membahas soal keyakinan dan keraguan bukan? Kenapa banyak manusia yang gagal menjemput kebahagiaannya dan mendominankan keraguannya? Mereka bukannya mendominankan tapi keadaan yang tidak memungkinkan. Manusia mana yang tidak mau bahagia,Pak Reika Deravendra?” tanyanya dengan tajam,Reika berdiri dari duduknya.
Keduanya saling berhadapan dengan jarak 3 langkah.
“Banyak manusia yang ingin memiliki orang yang dicintainya tanpa harus melihatnya dengan orang lain,tapi apa? Keadaan. Mereka dipaksa mundur oleh keadaan,begitupun dengan saya dan Callisa. Saya sangat menginginkan Callisa,dia seakan bisa menjadi warna untuk kehidupan saya yang dominan gelap ini.” Aydan menunduk tertawa kecil,apa yang sedang ia katakan sebenarnya?
“Haruskah saya membawa Callisa pergi dari negara ini?”
Aydan dengan cepat menatap Reika,Callisa pergi?
“Anda tau alasan utama Callisa tak mau meninggalkan Indonesia? Dia menginginkan Aydan Athallah menjadi suaminya apapun yang terjadi. Berjuang dengan caranya,tidak memperdulikan Callisa seorangg perempuan atau tidak. Dan setelah gagal mendapatkannya,anda pikir dia masih ingin disini? Di negara ini?”
Dengan cepat Aydan membalikkan badannya untuk masuk kedalam rumah,ia memejamkan matanya sembari mengatakan,”Silahkan,kalau memang itu cara terbaiknya melupakan semua keadaan ini juga melupakan niatnya terhadap saya,maka mintalah dia pergi. Mintalah Callisa pergi Bersama orangtua kalian.” Dengan cepat Aydan masuk kedalam rumah,ia tidak sanggup membayangkan kehilangan perempuan seluar biasa Callisa.
“Pak,saya ada pertanyaan dong.”
“Ya?”
“Cantikan saya atau kertas ujian mahasiswa itu? Masa saya kalah sama kertas sih Pak.”
“Pergilah,Callisa. Pergilah sejauh yang kamu mau asalkan kamu bisa melupakan semuanya.” Bisiknya sembari mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Samar-samar ia seakan mendengarkan pertanyaan Callisa berbulan-bulan lalu.
“Pagi Pak Aydan! Pak,kadar gantengnya boleh di kurangin engga sih? saya engga sanggup liatnya. Terlalu ganteng tauu!”
“Anda tidak berniat mengulang kasusnya?”
Aydan memejamkan matanya,suara Reika di luar sana terdengar dengan jelas.
“Pulanglah,saya butuh waktu.” Usirnya,katakan saja Aydan jahat tapi saat ini pikirannya memang membutuhkan yang Namanya ketenangan. Lagian Aydan sudah mendapatkan pukulan karena telah melukai Callisa.
Sekitaran lima menit kemudian,suara mobil yang menjauh membuat Aydan membuka kembali pejaman matanya. Ujian ini? Kenapa Ujian yang berhubungan dengan cinta selalu saja berat untuk di jalankan?
“Pak! Pak! Tunggu sebentar dong,duh jalannya cepat banget sih.”
“Maaf,saya sedang ada jam mengajar.”
“Sebentar ih! Saya mau menyapa dengan senyuman ceria. Pagi Pak Aydan ganteng,yang semangat ngajarnya,oke? Bye,”
Aydan menunduk memainkan jemarinya,”Ummi,Abi. Apa yang harus Aydan lakukan untuk melewati cobaan Allah? Astagfirullah… Astagfirullah…” dengan menggumamkan tasbih,Tanpa sadar Aydan menangis dalam diam.
Jangan pernah katakan laki-laki menangis adalah sebuah kelamahan karena pada nyatanya tidaklah demikian,laki-laki juga mempunyai hak untuk menangis meluapkan lukanya seperti Aydan saat ini.
“Pak,bentaran ih! Pilih pink atau biru?”
“Hm?”
“Pak Aydan,ayolah! Pink atau biru?”
“Biru?”
“Haha,sudah saya tebak. Ini Pak,semoga suka. Bye Bapak Aydan gantengku,gemes banget.”
“Cinta? Hahaha,kenapa mempergunakanmu terlalu sulit untuk kugapai? Aku hanya ingin meminang perempuan bernama Callisa itu tapi kenapa kesannya kami tidak bisa? Apa yang salah? Aku bahkan menjaga jarak darinya,menjaga pandangan,memperingatinya agama dan Batasan. Lalu apa kesalahan kami? Karena saling mencintai makanya tidak berhak menikah? Begitu? Hahaha.” Suara tawa Aydan bercampur dengan tangisannya menggema di ruang tamu,untungnya hanya Aydan sendirian di rumah ini.
“Ya Allah,Masyaallah sekali perasaan dan ujian yang Engkau berikan padaku juga Callisa.” Lirihnya.
“Semoga aku dan Callisa bisa saling melanjutkan kehidupan dan bisa saling melupakan.” Namun rasanya Aydan tak mau mengaminkan hal ini,sulit sekali.
Sangat,sangat dan sangat sulit sekali.