47 - Sempurna Atau Tidak

2228 Words
10 menit berlalu setelah Pak Aydan mengatakan itu,aku hanya diam mematung tidak tau mau mengatakan apa. Mana banyak orang yang berlalu Lalang menatap kami dengan penasaran. Mereka pasti kepo apa hubunganku dengan Pak Aydan,dihh! Mereka kayak engga punya kerjaan lain aja. “Callisa? Kamu bisa mempertimbangkan perkataan saya tadi?” Lamunan absurdku buyar,sedikit memiringkan badan tetapi yang ku dapati hanyalah punggungnya. “Mempertimbangkan?” tanyaku kebingungan, “Kamu bukan anak belasan tahun yang harus saya beri pemahaman,Callisa.” Dalam hati aku berdecak kesal,gini-gini juga bapak tertarik sama saya malah pas ketemu langsung minta mempertimbangkan perkataan. Bagian mananya yang perlu seorang Callisa pertimbangkan? Kan Pak Aydan cuman bilang tidak akan melepaskanku lagi. Di bagian mananya? Resiko suka sama orang kaku ya gini,bicara aja seperlunya. “Bapak bilangnya tidak akan melepaskan saya lagi kan? Dalam artian apanya? Berarti saat ini pembahasan bapak sudah ke tahap lamar atau pernikahan dong? Kalau memang ke tahap sana,saya agak tidak b-“ “Bagian mananya yang tidak bisa,Callisa?” aku meringis pelan,ada apa dengan dosen satu ini? Kok kesannya buru-buru banget ya dengar jawaban? Minta mempertimbangkan kok engga menerima keputusan saya? Apa Pak Aydan udah suka banget sama aku ya? Tapi masa iya. Dulu aja mau liat aku aja kagak,disapa balasannya hm hm doang,dikasi tau ganteng malah melongos pergi. Yakali sudah terjerat sama kecantikannya Callisa ini? Widih,jago juga kamu Callisa. Kamu berhasil membuat Pak Aydan beneran jatuh cinta sama kamu malah ngotot banget kamu menerima lamarannya. Kok aku happy ya? “Callisa? Di bagian mananya yang tidak bisa kamu pertimbangkan?” ku lirik Pak Aydan,kali ini mukanya dah keliatan sedikit. Ekspresinya terlihat sedih,masa iya cuman gara-gara aku bilangnya tidak bisa sudah mempengaruhi mood seorang Aydan Atthallah yang sangat terkenal dengan sikap kaku dan ketidak peduliannya? Aneh bener nih dosen,mana ekspresinya lucu banget,pengen kutarik pipi chubby-nya atau peluk. Eh jangan duu Callisa,kamu sama dia belum halal. Menunduk kalem,”Bapak lupa dengan masalah keluarga kita? Sampai sekarang Papi saya masih bersikap keras kepala enggan meminta maaf sama bapak,tetap menjadikan ayahnya kak Cahya sebagai tersangkanya terus Papi saya hidup adem di Paris sana. Kalau saya jadi bapak,ada baiknya bapak cari pe-“ “Tau apa kamu soal perempuan pilihan terbaik versi saya,Callisa?” Nyelekit sekali bicaranya,”Tapikan saya bicara fakta Pak Aydan gante-ups!” kudekap mulutku dengan cepat,bisa-bisanya hatiku memujinya padahal tadi Pak Aydan seakan merendahkanku. Benar-benar ya,hatiku lemah banget jika ada di sekitar Pak Aydan ini. “Saya yang menentukan perempuan mana yang harus saya lamar untuk menjadi istri saya bukan kamu. meminta saya mencari perempuan lain setelah kamu membuat saya suka sama kamu? gampang sekali menjadi dirimu,Callisa.” Mataku mengerjap,kok jadi curhat sih? kan aku cuman engga mau suatu hari nanti Pak Aydan menyesal nikah dengan anak tersangka yang menyebabkan orangtuanya meninggal. Masa iya Pak Aydan beneran mau mengesampingkan fakta itu demi lamar seorang Callisa ini? Ini aku beneran tokoh nyata atau tokoh fiksi sih,bagus bener jalan hidupnya. “Selama 6 bulan ini saya sudah memikirkan semuanya,Callisa. Dimana-mana semuanya selalu adA Princess Callisa dalam pandangan saya,daripada terjebak disana terus menerus maka saya lebih baik melamar kamu agar saya leluasa Bersama kamu,tidak terjebak kenangan lagi atau bayangan lama kamu di koridor kampus. Kalau orangnya masih bisa digapai lalu kenapa saya tidak bisa memperjuangkannya Callisa? Coba beritahu saya,” Otakku mendadak blank,apa ini apa ini. Mikirin saya terus? Kepikiran saya terus? Aku menunduk malu,memainkan jari-jarinya tidak tau mau bilang apalagi. “Tidak bisakah kamu mempertimbangkannya,Callisa? Kamu tau betul ini berat untuk kita namun saya akan berusaha semaksimal mungkin agar bisa dimudahkan jalannya. Perasaan kamu masih ada untuk saya kan?” kurasakan Pak Aydan memandangku,aku dengan malu-malu mengangguk. Dimana perginya sikap percaya dirimu Callisa,orang cool kalau serius beda ya? Langsung sat set aja buat jantungku dag dig dug lagi. “Saya tau ada fakta yang tidak bisa kita abaikan apalagi ini menyangkut orangtua saya,tapi saya juga tidak bisa kalau bukan kamu perempuannya Callisa. Sudah banyak perempuan yang coba nenek saya kenalkan,tak pernah sekalipun saya merasakan apapun, hati saya maunya kamu,maka dari itu saya mau kamu mempertimbangkannya,” kenapa harus jujur banget sih? kan jantungku makin engga aman. Merasa ini bukan tempat aman untuk bahas banyak hal,”Kita cari restoran rame dulu Pak,engga enak bahas ginian disini nanti jadi konsumsi public,hehhe.” Aku cukup tau bukan jawaban itu yang Pak Aydan inginkan,tapi aku tetap berjalan menjauh. Masuk kedalam mobilku,tersenyum senang saat Pak Aydan berlari kecil menuju mobilnya. Okay,mari mencari tempat yang pas untuk membahas soal perasaan,masa lalu dan masa depan kami berdua. Solusi untuk kami berdua hanyalah menikah,aku cukup tau soal hal itu tapi aku juga engga bisa mengabaikan fakta soal Papi apalagi bersikap tak tau apa-apa. Apa yang Papiku lakukan bukan masalah biasa,termasuk calon mertuaku kan? Kuperhatikan pinggiran jalan,pokoknya aku harus menemukan restoran rame supaya bisa dapet tempat bebas bicara,kenapa yang rame? Supaya engga timbul zina. Termasuk salah sih karena kami berdua bicara tanpa adanya pendamping masing-masing tapi masa iya umuran Pak Aydan masih butuh pendamping? Orang beragama pula. Engga kebayang kalau aku beneran nikah sama tuh dosen,bakal dikasi vitamin ganteng tiap pagi. Hahah. Sadarkan otakmu Callisa,jangan dilemma cinta soalnya terkadang bayangan engga sesuai dengan fakta. Tapi ada gunanya juga aku mengabulkan permintaan dua pembinaku itu,jadinya ketemu Pak Aydan ganteng. Namanya jodoh engga bakal kemana-mana keles,mau aku tinggal di turki sana kalau memang berjodoh pasti ada timingnya ketemu disana,iyakan? Kugelengkan kepalaku,sadar Callisa sadar. Fokus liat sekitar supaya bisa melanjutkan pembahasanmu dengan Pak Aydan itu. Engga nyangka banget perasaanku terbalas,mana Pak Aydan keliatan bucin lagi. Bucin? Duh,engga cocok jodohku dicap Bucin. Aku terpekik kecil saat menemukan tempat rame,terutama bagian outdoor-nya,memperhatikan sekitar barulah menepikan mobil untuk kesana. Kulirik spion mobil,ada Pak Aydan yang sudah turun dari mobilnya,kenapa dia yang menggebu-gebu banget ya? Kan bisa dibawa santai aja,aku engga bakal kemana-mana ini. Memperbaiki letak jilbabku sekali lagi,”Udah cantic,” gumamku. Barulah turun dari mobil langsung masuk kedalam restoran. Tak lama suara decitan kursi terdengar,pasti Pak Aydan yang duduk terlihat dari pergelangan tangannya yang sedang memakai jam tangan. Gimana rasanya ya kalau tanganku nanti di genggam sama Pak Aydan? jantungku makin menggila kali ya? “Jadi?” Aku tertawa pelan,perlu jawaban banget. “Saya mau bicara Panjang banget,jadi jangan bapak potong sama sekali.” Ujarku menekankan. Tarik napas,buang. Dan begitu terus menerus selama semenit. “Saya akui Pak,sejak awal sayalah yang menganggu bapak dengan dalih cinta pandangan pertama. Saya mengejar bapak,cari-cari alasan agar bisa liat bapak tiap hari walaupun harus sesekali denger nada bicara bapak yang seakan-akan meminta saya untuk berhenti. Tapi saya bukan tipikal perempuan yang mudah menyerah kecuali punya alasan kuat untuk benar-benar berhenti,” kurasakan tanganku mendingin,gugup banget. “Saat bapak minta nomor hp saya,memperhatikan penampilan saya dan menegurnya. Sampai-sampai bapaklah yang membuat saya mulai tertarik dengan dunia perempuan islam. Saya selalu bertanya,kok bisa Pak Aydan tidak tertarik dengan perempuan kayak saya? Sedang banyak laki-laki di sekitar saya begitu ingin menjadi pasangan saya. Pertanyaan itu selalu menganggu saya setiap malam,” katakan aku bertele-tela karena bahas masa lalu,tapi ini juga bagian pentingnya. “Kurangnya saya dimana di mata Pak Aydan? saya cantic,pinter dan penampilan saya selalu memukau dan jadi pusat perhatian bulan kemarin. Lantas alasan apa yang membuat bapak tidak tertarik sama perempuan penuh pujian seperti saya? Itu pikiran saya dulu,sebelum saya mengenal dunia perempuan islam. Kurangnya saya apa? Dimana salahnya?” aku tertawa kecil,aneh benar jalan pikiranku dulu. Sejenak aku diam,capek juga bicara Panjang banget. “Bapak itu tipe saya banget,engga tau kenapa tiap kali liat Pak Aydan saya bakal langsung menganggap bapak jodoh saya seakan itu firasat tersendiri sebagai penguat saya selama memperjuangkan seorang Pak Aydan Atthallah. Tapi saat lamaran batal saya sadar,kita mustahil Pak.” Kepalaku tertunduk sedih,Papi memang sangat menyebalkan. Dia yang salah malah aku yang harus menanggungnya. “Callisa.” Kepalaku masih tertunduk lesu,menyebalkan sekali Papi. “Saya malu berada di tengah-tengah keluarga bapak apalagi setelah saya belajar agama seperempat,kata sempurna tidak semudah yang aku bayangkan. Terlepas dari masalah Papi,saya minder saat harus berdiri disamping bapak saat bertemu keluarga besar. Bapak taat agama sedang saya minim agama,bapak seorang ustadz sedang saya? Apa yang bisa dibanggakan?” “Awalnya,dulu. Saya sudah sangat bangga dengan kecantikan saya,pujian-pujian yang orang berikan. Merasa diri saya tak punya celah untuk di tolak. Tapi kenyataannya,engga! Apa yang bisa saya banggakan dengan itu? Malahan saya bakal bikin malu Pak Aydan,ditanya apa jawabnya apa.” Kutautkan tanganku,ya Allah malu banget. “Callisa.” “Saya benar-benar engga sepercaya diri itu untuk nikah sama bapak setelah mengenakan jilbab dan tau agama,maafkan sik-“ “Jangan minta maaf,Callisa.” Kupejamkan mataku sebentar,kok adem banget tiap kali Pak Aydan menyebutkan namaku ya. Callisa,Callisa. Memangnya kamu tidak mau mendengar panggilan ini setiap saat Callisa? Tentu saja aku ingin,tapi harus sadar diri juga. “Saya tidak sesempurna yang kamu bayangkan,Callisa.” Dengar kan,Callisa! Callisa! “Nenek saya meminta saya untuk melamar kamu segera,kedua adik saya juga percaya bahwa pilihan kakaknya adalah yang terbaik. Saya tidak pernah meragukan apa yang saya cintai,Callisa. Kenapa kamu harus minta maaf? Minta maaf karena dulunya berjuang untuk saya dan akhirnya membuat saya luluh? Tidak ada metode seperti itu dalam dunia cinta,Callisa.” “Pak,bisa engga sih jangan menyebutkan nama saya?” sahutku, “Kenapa?” kentara sekali kebingungannya. “Jantung saya engga aman,Pak.” Terdengar suara tawa Pak Aydan. masa ketawa sih? memangnya ada yang salah dengan apa yang aku katakan tadi? Benar-benar nih dosen. Aku ikut tersenyum,apa ini yang Namanya dapat perhatian dari Allah? Padahal kemarin aku sudah sangat menyerah sampe-sampe ke turki demi bisa melupakan Pak Aydan sekaligus belajar agama,pokoknya sibuk belajar agama dan tidak dekat dengan Pak Aydan atau cowok lainnya. Eh malah dapat bonus,memang benar! Dekati Allah maka Allah akan memberikan yang terbaik untukmu. Tapi siapa yang tau Pak Aydan adalah yang terbaiknya? Padahal sepanjang aku belajar agama disana,tak pernah sekalipun aku berpikir harus belajar keras-keras agar dapat dilirik oleh Pak Aydan atau apa sajalah itu. Aku melakukannya karena ingin,kejutannya luar biasa sekali Ya Allah. “Qeisya sangat merindukan kamu,Callisa.” Qeisya,Qeisya! Oh ingat,adik keduanya Pak Aydan. “Kalau bapak,kangen saya engga?” tanyaku balik,engga papalah kalau jawabannya tidak. “Iya.” Aku tertawa kecil,ais! Jantungku makin engga aman. Mungkin bagusnya tadi aku tidak menanyakannya,sudah jelas-jelas Pak Aydan kangen kamu,Callisa. Buktinya Pak Aydan selalu melihat bayanganku di koridor kampus atau dimana pun itu. “Saya pesen sesuatu dulu.” Tak menunggu jawabanku atau menanyakan aku pesan apa,Pak Aydan berdiri begitu saja ke depan sana. Engga papalah,asal Pak Aydan engga kasi tanah dan batu,semuanya bakal kumakan. Kuperhatikan sekitar yang ramai sekali,mataku menyipit saat terlihat di tempat pemesanan ada perempuan yang mencoba mengajak Pak Aydan bicara namun dari yang kulihat atau penilaiaku. Pak Aydan keliatan risih,malah menjaga jarak. Haha,engga tau saja dia Pak Aydan sudah punya tujuan untuk dilamar. Pak Aydan sih,siapa suruh ganteng. Beberapa menit kemudian,Pak Aydan kembali dengan sepiring cake juga minuman dingin. “Disini toko kue,Callisa.” Perkataan itu menjawab pertanyaanku. Aku kirain ini restoran ternyata toko kue dong,pantes engga ada pelayannya. Aku memakannya dalam diam begitupun dengan Pak Aydan,sampe kuenya habis dan minuman kamu tandas tak ada yang membuka obrolan sama sekali. Aku kembali menunduk,canggung banget engga sih? “Jadi selama ini kamu tinggal dimana?” untungnya Pak Aydan mulai membuka suara. “Di turki Pak,untuk penyebutan tempatnya agak di larang tapi khusus Pak Aydan saya kasi tau. Hijraku. Tempatnya luas banget,dan adem. Disana ada asrama khusus tiap negara tapi terbatas tapi karena saya termasuk punya money jadi ya gitulah. Ada yang khusus perempuan dan ada juga yang khusus laki-laki.” Jawabku kesenangan,bahas tempat itu memang selalu menyenangkan. “Kenapa dilarang?” “Cuman engga mau banyak orang tau aja,itu kan tempat semacam untuk menenangkan diri,Pak. Kalau misalkan ditau banyak orang bakal terekspos dan keganggu,terus di sana privasi kita terjaga banget.” Jawabku untuk kedua kalinya,jadi kangen suasana disana. “Semacam persembunyian?” Aku mengangguk cepat,”Banyak perempuan indo disana dengan beragam masalah,tapi agama yang diajarkan sesuai sunnah engga ada yang melenceng sama sekali. Pas sampai disana aja aku pake penampilan yang lama,eh kena omel. Diminta cepet pake jilbab dan baju Panjang,awalnya aneh banget tapi lama-kelamaan nyam-eh saya kayaknya keseruan cerita deh Pak.” Kututup mulutku dengan cepat,padahalkan berusaha dalam mode kalem ini. “Kita pulang aja deh,Pak.” Aku berdiri dengan cepat, “Yaudah,saya bayar ini dulu.” Sembari menunggu Pak Aydan membayar kue,aku berdiri didekat pintu masuk. Aku benar-benar tidak menyangka berada di posisi ini,serasa kejutan sekali. “Ayo.” Aku berjalan lebih dulu,mungkin Pak Aydan ada tak jauh di belakangku. “Callisa,” Aku berenti berjalan,”Saya serius dengan perkataan saya dan tidak akan bermain-main. Informasikan saya jika ayahmu sudah kembali ke Indonesia.” “Bapak mau ketemu sama Papi saya?” heranku, “Saya datang sebagai laki-laki yang mau melamar kamu,Callisa. Bukan sebagai anak dua orang yang dulunya ayahmu celakai. Menurut saya itu dua ranah yang berbeda,” Duh,gentle sekali. “Bapak tidak menanyakan jawaban saya?” “Untuk apa saya menanyakan sesuatu atau mendengar jawaban padahal saya sudah tau jawabannya?” aku meringis pelan,ada benarnya juga. “Kalau bapak ingkar janji dan akhirnya batal lagi?” “Saya mengizinkan kamu untuk memenjarakan saya,Callisa.” Aku tertawa pelan,”Kok bisa?” “Karena saya mengingkari janji saya dan memberikan kamu perkataan palsu.” Tawaku makin menjadi-jadi,”Pak Aydan makin ganteng setelah 6 bulan berlalu,” ujarku cepat lalu buru-buru masuk kedalam mobilku. Aku tertawa sendirian didalam mobil,ais! Cinta memang selalu menyenangkan jika terbalas. Ya Allah,berikan aku dan Pak Aydan kemudahan untuk berjalan kearahmu,Aamiin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD