46 - Makin Ganteng Ya

2117 Words
“Pulang lagi bisa engga ya?” gumamku,”Tapi kalau pulang lagi bakal dimarahin sama kak Amelia karena gagal dateng kesini.” Jadinya serba salah,tapi aku agak deg-degan liat banyaknya orang didepan sana. Mana kebanyakan jilbabnya Panjang semua lagi,yang seperti punyaku hanya segelintir orang aja. “Assalamualaikum Mba,engga kesana?” Menoleh cepat,”Waalaikumussalam,mau. Tapi malu,bajuku kayaknya mencolok banget terus kebanyakan yang ada disana pake cadar semua.” Jawabku jujur,sambil menunduk malu-malu. Kenapa perginya kepedeanku selama ini? Padahalkan aku selalu percaya diri dan dengan bangganya memperlihatkan wajah cantikku ini. “Oalah,itu bukan masalah Mba. Ayo pergi bareng,tadi saya juga kebingungan mau masuk bareng siapa tapi liat Mba kebingungan sendiri jadi sapa aja. Yuk,saya punya kenalan panitia jadi bisa minta cariin tempat duduk yang nyaman.” Kuperhatikan penampilannya,wajahnya adem banget dipandang. Jilbabnya dua kali lipat dari Panjang jilbabku,engga ada lipstick,duh! Modelan gini nih yang buat seorang Callisa insecure. Kami bergandengan Bersama,masuk kedalam Kawasan Gedung yang ukurannya besar banget. Dan benar saja,orang ini punya kenalan orang dalam. Eaa,kek acara formal aja pake orang dalam tapi memang bagus sih,sekarang aja aku sudah duduk di posisi bisa melihat penceramah dengan jelas nanti. Walaupun sangat jauh tapikan setidaknya ada lah ya. Kan di posisi paling depan tempat cowok,cewek dibelakang. “Sebenarnya saya udah janjian sama temen,tapi ditinggalin.” Bisik orang tak tau Namanya ini padaku,terus hubunganku sama aku coba? Mungkin ini kali ya dirasakan semua orang saat aku cerewet? Merasa risih karena di gangguin terus. Apa ini Namanya karma? Yakali jadi orang cerewet dapat karma juga? ku gelengkan kepalaku beberapa kali,sadarlah Callisa. Jangan memikirkan hal yang tidak perlu di tempat seramai ini. “Mereka kayaknya duduk di posisi paling belakang,siapa suruh ninggalin saya sendirian tadi.” Nyuruh orang diam termasuk salah engga ya? Tapi kalau dia tersinggung gimana dong? Umur orang ini berapa sih? masa gara-gara di tinggalin teman aja sampe merana gini. Kalau di ghosting cowok kan masih mending. “Pengen foto ah,supaya mereka iri sama saya terus minta maaf deh. Enak saja sudah janji malah ngingkarin sendiri,mereka pikir enak di kasi janji palsu.” Mataku hanya memandangnya aneh,terserahmu lah. Mau foto kek,mau video kek atau apalah pokoknya terserah terpenting jangan ganggu aku. Kuperhatikan sekitar,padahal di undangan bilangnya mulai jam 9 pagi eh udah mau jam 10 kok belum mulai-mulai? Masa jamku yang salah atau acaranya aja yang ngaret banget? Kusandarkan punggungku di kursi plastic ini,engga nyaman banget pake kursi ginian. Sandarannya kaku kayak mukanya Pak Aydan. Eh kok malah bawa-bawa Pak Aydan segala ya? “Tau engga Mba,tadi temenku yang panitia bilangnya yang jadi ketua panitia dadakan banget makanya acara agak molor,persiapannya masih kurang banget. Katanya ada sebelumnya tapi orangnya nolak,kok bisa ya ada orang nolak jadi ketua panitia? Kan tinggal nyuruh-nyuruh aja,mantau pekerjaan anggota. Engga lebih kan?” satu informasi kudapatkan tanpa bertanya,ada gunanya juga dekat sama orang ini. Responnya bagaimana ya pas tau aku juga cerewet? “Katanya yang nolak itu dosen,cuman engga ada yang tau di kampus mana.” Pikiranku langsung memikirkan satu nama,Pak Aydan Atthallah. No! No. memangnya di Jakarta ini yang dosen cuman Pak Aydan doang? Masih banyak orang lain kalii. Ayolah Callisa,buang-buang nama Pak Aydan lebih dulu dan fokus pada acaramu hari ini. Tema hari ini tuh menarik,saking menariknya banyak muda mudi yang sibuk selfie disekitarku,memangnya boleh selfie ya? Bukannya agak dilarang soalnya banyak perempuan bercadar? “Anak jaman sekarang tuh ya,bukannya sibuk duduk nunggu acara malah sibuk selfie bareng temannya. Pasti habis ini bakal di upload di media social terus di cap alim ama gebetannya,kita jaman dulu mana ada yang Namanya ponsel,saling kirim kabar lewat mulut doang.” Aku membalasnya dengan senyuman,pokoknya Callisa dalam mode kalem aja. Benar apa yang kak Amelia katakan,kewajiban yak kewajiban terus sikap ya sikap,itulah perbedaan setiap orang. Awalnya aku tak begitu paham perkataan itu,hari ini aku menemukannya. Mau sepanjang apapun jilbabmu kalau pada dasarnya suka komentarin orang ya kayak gitu,engga ada hubungannya dengan panjangnya jilbab atau pendeknya sebuah jilbab,ataunya lagi engga pake jilbab sama sekali. “Saya belum tau nama,Mba.” Mulaiku,mencari topik pembahasan agar dia tak sibuk sendiri mengomentari orang sekitar. “Astagfirullah,sampe lupa kenalan. Nama saya Aulia Putri,tinggal 5km sekitaran sini. Mba Namanya siapa?” Tersenyum cerah,”Nama saya Princess Callisa.” Balasku seadanya,malas menyebutkan alamat rumah apalagi alamat mension utama nanti di bilangin sok pamer atau sok kaya. “Princess Callisa!!” ujarnya dengan suara besar. Aku menunduk malu,apalagi ruangan yang tadinya rame kini mendadak senyap tanpa suara sama sekali. Ya Allah,aku malu. Mana aku bisa rasain semua mata orang kini mengarah padaku. Aulia ini bagaimana sih,apa yang salah dengan namaku? Jangan bilang dia termasuk penggemarku juga atau penyuka fashionku selama ini. Duh,apes sekali kamu Callisa. Tadi bersyukur ketemu orang ini Sekarang malah menyesalinya. *** “Princess Callisa!!” Suara teriakan itu membuat langkahnya terhenti,apalagi suara yang tadinya berisik mendadak senyap. Aydan ikut memandang kearah pandangan semua orang,seorang perempuan berjilbab warna hitam sedang menunduk. Kenapa orang itu menyebutkan nama Callisa? Terus apa hubungannya perempuan berjilbab itu dengan Callisa? Apa saudara jauhnya? “Assalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh,ahlan wa sahlan pada semua ummahat yang ada diruangan. Syukran jazakumullah atas kehadirannya dan blabla,” Perhatian semua orang teralihkan pada MC di depan sana,begitupun dengan Aydan. ia menuju kursi yang katanya sengaja Panitia siapkan untuknya agar tau bahwa Aydan benar-benar datang atau tidak ke acara besar ini. Akan tetapi,sesekali Aydan menoleh kebelakang,perempuan berjilbab hitam itu sudah tidak tampak karena terhalang orang lain. Apa orang tadi adalah Callisa? Tentu tidak. Pertanyaan itu Aydan tepis dengan cepat,mana mungkin perempuan semacam Callisa mau menutup auratnya dalam kurung waktu kurang dari sebulan? Sangat mustahil untuk terjadi. “Tema Tabligh Akbar kita hari ini adalah mari menyambut hari bulan suci ramadhan dengan bekal yang baik dan mulia. Akan dibawakan oleh ustadz besar kita,seorang pimpinan pesantren juga seorang…” sepanjang MC bicara di depan sana,Aydan tak mendengarnya dengan jelas. Kenapa harus ada nama Callisa hari ini,sungguh menganggu pikirannya. Selama ceramah berlangsung,Aydan benar-benar tak mendengarnya dengan jelas. Hanya sebentar setelah itu sibuk memikirkan hal lain,sampai acara selesai yaitu ditutup dengan acara quiz pun tak begitu Aydan pedulikan. Padahal semua orang antusias apalagi ada banyak hadiah yang berjejeran di depan sana,akan diberikan pada si penanya atau yang mampu menjawab pertanyaan si pengisi acara. Aydan tak langsung meninggalkan tempatnya,sibuk memandang kumpulan remaja laki-laki yang mengubah bentuk kursinya menjadi melingkar,membahas hal penting sepertinya. Aydan pernah di posisi itu,setiap kali selesai acara maka ia akan berkumpul dengan yang lainnya lalu membahas kembali tema yang diangkat. Pembahasannya seru,apalagi saat mengumpulkan catatan masing-masing. Tanpa sadar Aydan tersenyum tipis,meninggalkan Kawasan ruangan untuk keluar. Namun baru beberapa langkah keluar matanya terpaku memandang seseorang yang sudah 6 bulan ini tak ia lihat. Dia masih sama,hanya saja penampilannya lah yang berbeda. Mana mungkin hal yang Aydan mustahil malah benar terjadi? “Duh Mba,aku tuh fans berat sama Mba Callisa. Sampe-sampe merana selama 6 bulan soalnya Mba engga posting apa-apa lagi plus media sosialnya engga buat story apa-apa. Awalnya aku kira kuotaku yang habis tapi beneran Mba yang engga aktif lagi. Aku coba buka-buka artikel siapa tau dapat informasi tapi engga ada,yang ada cuman berita kedua orangtua Mba kembali ke paris.” “Saya memang pengen kurangin media social sama selfie,Mba.” Suara itu,sudah berapa lama Aydan tak mendengarnya? Suara yang sangat Aydan hapal diluar kepala saking seringnya terputar di pikriannya. Dia benar Callisa bukan? Terbukti dengan banyaknya orang yang mengelilinginya meminta foto atau sekedar berbincang Bersama. Kemana perginya Callisa yang suka pamer penampilan minim atau rambutnya seringkali berganti model? Atau kemana perginya Callisa cerewet lalu membalas semua perkataan semua orang dengan percaya diri atau mengakui dirinya cantic? Atau Aydan-lah yang sedang berhalusinasi saat ini menganggap orang lain sebagai Callisa karena begitu merindukannya? “MasyaAllah banget ya,seorang Callisa bisa nutup aurat mana langsung pas gitu,kebanyakan selebgram kalau merubah penampilan lebih ke fashion.” Aydan melirik kumpulan perempuan yang sama-sama memandang kearah Callisa berada,jadi orang berjilbab hitam itu benar-benar Callisa? Callisa yang itu? “Ya,kadang yang lebih luar biasa itu pas seseorang mulai dari awal kayak Callisa. Kebanyakan orang-orang pake jilbab tapi munafik,” Aydan berjalan memilih duduk tak jauh dari Callisa berada. Sesekali menatap Callisa setelahnya menunduk,jantungnya berdebar sangat kencang. Padahal dulu,mau secantik apapun Callisa dengan pakaian mahalnya atau dengan make-up tebalnya,tak pernah sekalipun Aydan merasa segugup ini. Jantungnya tak pernah berdebar apalagi senang bukan kepalang. “Ini bajunya beli dimana ya? Kalau engga salah di mall dekat bundaran deh. Mall itu baru buka katanya,terus aku iseng kesana. Engga sebesar mall pada umumnya kok tapi banyak yang jual baju-baju begini,cantic kan? Hahaa,” Aydan memejamkan matanya,perasaan apa ini? Kenapa rasanya menyebalkan sekali? “Sepatu dimana ya? Ini pemberian kakakku,kak Ray Namanya. Kado katanya soalnya aku sudah mulai menutup aurat dengan baik,tasnya? Ini kado juga dari teman lama setahun lalu. Bagus kan?” Tak mau terjebak dengan perasaannya terlalu dalam,Aydan buru-buru menuju parkiran lalu masuk kedalam mobilnya. Dari sini saja Aydan masih bisa melihat bagaimana antusiasnya Callisa didepan sana menjawab semua pertanyaan yang mengarah padanya atau sesekali tertawa. ada banyak orang yang mengelilinya,itukah perempuan yang menganggu pikirannya selama 6 bulan ini? “Ya Allah,tidak bisakah engkau membiarkanku meredakan perasaanku sebentar saja? jangan membuatku terlalu dekat dengan perasaan cinta ini hingga lupa akan Batasan yang engkau berikan. Ya Allah,sadarkanlah hatiku.” Lirihnya,Aydan menunduk beristigfar beberapa kali. Apakah Callisa mengetahui keberadaannya? Tidak,Aydan rasa perempuan dengan penampilan barunya itu tak menyadari keberadaan Aydan di sekitarnya. Aydan menatap nanar Callisa yang sedang melambaikan tangannya pada semua orang,jadinya tinggallah Callisa sendirian disana. Dengan ragu,Aydan turun kembali dari mobilnya mencoba meredakan debaran jantungnya yang semakin menggila setiap kali Aydan melangkah. “Ini Callisa bakal pulang kok tapi mampir ke butik sebentar soalnya ada design yang engga mereka paham,rumit soalnya.” Tepat 7 langkah di depannya,ada Callisa yang membelakanginya. “Lama? Engga lama kok. Ini kan acara besar,tadi sempat istirahat pas waktu shalat Dzuhur terus shalat bareng. Kakak kenapa sih? tuh dipanggil sama karyawannya,sana kerja bukan tele-Pak Aydan? eh beneran Pak Aydan engga sih?” perhatian Callisa teralihkan tepat sedetik setelah ia membalikkan badannya. “Dek? jangan halu deh,masa orang seperti Pak Aydan kesana.” Suara Ray diseberang sana tak begitu Callisa dengarkan,ini beneran Pak Aydan engga sih? atau matanya yang salah lihat? “Udah dulu ya kak,Assalamualaikum.” Mematikan sambungan telepon dengan cepat,Callisa menunduk lalu menatap kedepan. Begitu seterusnya selama lima menit lamanya,yang ada didepan sana beneran Pak Aydan ganteng? Si dosen kaku yang pernah Callisa perjuangkan? Maju selangkah,”Pak Aydan?” bukan salam yang Callisa katakan tapi semacam pertanyaan apakah yang matanya lihat memang benar atau tidak. Takutnya salah orang dan hanya menganggap orang ini sebagai bayangan Pak Aydan semata. Apa Callisa terlalu kangen sama Pak Aydan ya? Makanya membayangkan orang lain jadi Pak Aydan beneran? Tak mendapatkan jawaban apapun,Callisa berjalan melewatinya tapi baru dua langkah melewatinya suara kaku yang dihapalnya terdengar. “Assaamualaikum,Princess Callisa.” Callisa memejamkan matanya,tertawa kecil saat tau yang ada di sekitarnya memang pak Aydan Atthallah. Laki-laki yang selama ini ia inginkan benar-benar ada disekitarnya. “Waalaikumusslam,Pak Aydan Atthallah.” Balasnya dengan lama lengkap. Walaupun tak melihat wajah masing-masing,tapi keduanya tersenyum secara bersamaan. Callisa menunduk dengan senyuman tertahan,jemarinya saling tertaut saking senangnya bisa bertemu sang pujaan hati lagi. Dari ujung matanya Callisa bisa melihat bagaimana gantengnya Aydan hari ini,malah lebih ganteng dari yang dulu. “Saya tidak tau kalau kamu sudah pake jilbab sekarang.” Iya dong pak,saya pake jilbabnya awal kepaksa pak tapi lama-kelamaan nyaman. Emangnya bapak engga bisa kayak gitu ya? Nikahin saya kepaksa aja dulu masalah nyamannya urusan belakangan. Tapi perkataan Panjang ini hanya Callisa katakana dalam hati. “Iya Pak,udah pake jilbab.” Jawabnya kalem,Callisa akan mencoba kalem untuk melihat bagaimana respon Aydan. Aydan tetap bertahan pada posisinya jadi keduanya saling membelakangi,Callisa sibuk menatap mobil yang terpakir sedang Aydan menatap bayangan Callisa dibawah terik matahari. “Saya min-“ “Yang lalu biarlah berlalu,Pak. Walaupun saya kecewa tapi memangnya bisa apa? Kita yang berencana sedang Allah yang menentukan. Kita pisahnya bukan karena kesalahan kita kok Pak tapi perkara masa lalu keluarga yang belum selesai.” Senyum Callisa memudar,memangnya apa yang Callisa harapkan? Menikah? Mana mau Aydan menikah dengannya. “Saya Taunya kamu kembali ke Paris,” suaranya lagi. “Bukan kesana Pak tapi ke turki,ada tempat nyaman disana.” Dengan tenang Callisa menjawabnya,kenapa rasanya canggung sekali ya? Padahal kan sebelumnya mereka tidak punya hubungan apa-apa,sekedar mau menikah tapi tidak jadi kan? Tau ah,Callisa bingung. “Kemarin saya mengatakan sesuatu pada diri saya sendiri,semacam janji dan tidak akan saya batalkan.” “Apa Pak?” keponya,sikap kalemnya sempat berubah karena nada bicaranya kelewat antusias sekali. Callisa dengan deg-degan menunggunya,tapi tidak boleh terlalu berharap juga nanti malah terluka dengan semuanya. “Saat saya bertemu kamu lagi,maka saya tidak akan melepaskan kamu. saya akan memperjuangkan kamu sebagaimana kamu memperjuangankan saya,terlepas dari perkara masa lalu antar keluarga kita.” Callisa mengerjapkan matanya,ini dia di lamar apa gimana?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD