“Abi tanya sekali lagi, apa kalian ingin membatalkan lamaran ini?” Kali ini Zayyan bertanya pada Rafan dan Luna dengan tatapan yang sangat serius, tak berkedip sedikitpun. “Iya.” Kompak mereka menjawab, lengkap dengan anggukan kepala. Keduanya saling melirik dengan lirikan penuh dendam. Padahal masalah sepele sekali, tentang mahar kucing. Wajar Rafan menolak karena dia phobia kucing. Dia paham betul dengan karakter Luna yang ceroboh, bisa saja maharnya dilepaskan begitu saja hingga membuat Rafan harus berlari ketakutan. “Baik kalau begitu.” Zayyan terlihat tenang dan itu malah membuat semua orang cemas. Sedari tadi sudah menunggu keputusan yang tepat, bernilai kebahagiaan dari sosok yang sangat dihormati melebihi imam masjid. Iya, karena Zayyan tak hanya dikenal sebagai pria yang paham