“Diam!” Luna hampir menjerit, tapi mulutnya malah dibekap Rafan. Dia tak berani meronta karena mata Rafan menatapnya dari jarak yang sangat dekat. Jika itu perempuan lain mungkin akan meleleh, untung Luna. Jiwa pertahanan kejomloan masihlah kokoh. “Sepertinya ada orang.” Rafan menurunkan suaranya saat telinganya menangkap suara tawa manja seorang perempuan dari jarak yang lumayan jauh. “Siapa?” tanya Luna menatap serius. Rafan bangkit, dia menyipitkan mata saat melihat ada saung lainnya yang ada tak terlalu dekat posisi mereka berada saat ini. “Eh, itu ada suara ah-ah,” ujar Luna. “Ada orang esek-esek kayaknya.” Rafan curiga. Tak menunggu lama, dia segera menelusuri sawah bersama dengan Luna untuk memastikan kecurigaannya itu tepat. “Akang, ah.” Semakin dekat, suaranya semakin jelas