“Rafan, sini, Nak!” Baru saja Rafan memarkirkan motornya, Sabila sudah heboh menjemput anaknya, membawa masuk. Rafan menurut saja, feelingnya sudah menunjukkan bahwa ibu tercintanya akan menyampaikan sebuah informasi penting. “Katakan sama Mommy, pesona apa yang kamu tunjukkan sama anak gadis orang?” Rafan menoleh, menatap lekat wajah Sabila. Meskipun usianya hampir menyentuh kepala lima, masih saja tetap kencang. “Pesona pria playboy bin fuckboy.” Plak! Sabila memukul lengan sang anak. “Kamu ini giliran Mommy ngomong serius malah dibawa bercanda,” omel Sabila. Dia lupa bahwa ketika masih muda juga seperti itu ketika mengobrol dengan ayahnya. “Aku serius, Mommy. Lagian Mommy kenapa sih tanya-tanya begitu? Apa ada anak gadis orang yang batal nikah gara-gara aku?” “Suami Mommy, daddy-