Siapa?

1041 Words
Darren mengepalkan tangannya mencoba mengontrol emosinya, tapi tetap saja tak bisa karena ia tak tahu masalah Andrew dengan mereka apa. “Ren, tenang dulu. Jangan mudah terpancing emosi sama Andre, entahlah gue ngerasa kalau Andrew sedang menyusun rencana agar kita emosi dan jadi tak karuan,” kata Alefukka sambil menahan Darren yang hendak menyusul Andrew. “Ya, lo lihat sendiri kan kalau dia bilang kita pura-pura bodoh maksudnya apa? Emangnya lo punya salah gitu sama dia? Kita punya salah ama dia? Gak kan!” seru Darren yang lama-lama kesal dengan keadaan yang terus membuatnya bingung. Gilang mengangguk membenarkan ucapan Darren. Mereka tak mempunyai kesalahan apapun terhadap Andrew bahkan mereka tak pernah mengenal pria itu sebelumnya. “Iya, ini gak adil banget kalau sampai kita jadi korban kekesalannya yang entah sama siapa,” kata Gilang membuat suasana makin memanas. Darren memelototi Gilang agar tak ikut campur dengan apa yang sedang terjadi sekali pun menyangkut nyawanya. “Diam adalah emas, dan lo akan jadi lebih baik kalau lo diem,” kata Darren memperingati Gilang sekali lagi. Sedangkan Alefukka dan yang lainnya hanya bisa menonton drama mereka berdua. Andrew melihat mereka dari sebuah menara yang berada tak jauh dari supermarket tersebut. “Kalian akan merasakan sulitnya jadi gue, gue gak akan biarin kalian lepas gitu aja tanpa melewati semua masa-masa sulit,” ucap Andrew dengan senyum smirk yang membuat siapa saja yang melihatnya merasa bahwa Andrew mempunyai kepribadian ganda. Rasanya memang sulit dipercaya orang yang selama ini ia cari ternyata berada di dunia game ini tanpa direncanakan. “Dewi keberuntungan mungkin lagi berpihak sama gue, gue juga gak sangka kalau mereka ternyata sumber dari kesulitan yang selama ini gue hadapi,” ucap Andrew sambil tertawa jahat di atas menara pengintai sambil meminum segelas teh yang sudah ia siapkan. Sementara itu tepat di bawah menara tersebut ada yang melihat Andrew dari bawah kemudian tersenyum miring sambil memainkan sebuah kunci. “Kita akan lihat siapa yang jago diantara kita, bahkan di dunia game aja lo gak bisa kalahin orang lain. Payah!” ucapnya kemudian pergi dari tempat tersebut, untuk sementara ia harus pintar menyembunyikan diri sampai waktunya tiba. Sementara itu di atas menara, Andrew merasa ada seseorang yang menatapnya, ia pun melihat ke bawah namun nihil tak ada siapa pun kecuali angin yang berhembus dingin. “Aneh, gue ngerasa ada orang yang liat gue, tapi gak ada ya? Lagi pula siapa peduli juga? Mereka gak akan bisa kalahin di dunia gue sendiri,” kata Andrew dengan percaya diri. Alefukka dan yang lainnya sedang menunggu siumannya Sean dari pingsannya yang sudah cukup lama. Bahkan beberapa kali Gilang sempat cemas karena Sean yang masih belum bangun juga. “Dia masih hidup Gilang! Please deh jangan ribut gitu!" kata Fendi yang lama-lama kesal juga dengan tingkah Gilang yang tak bisa berhenti menebak-nebak alur hidup dan keadaan yang sedang tidak baik-baik saja. “Lang, bukan Cuma lo yang panik, bukan Cuma lo yang pengen pulang, bukan Cuma lo yang stress karena lama terkurung di sini. Kita semua stres, kita semua panik dan pengen pulang. Jadi, mohon kerja samanya biar kita bisa pulang dan mengembalikan kewarasan kita lagi,” kata Darren yang kali ini tampak lebih sabar. Darren memang yang terlihat paling lelah karena sering kali bertengkar dengan Gilang, bahkan jika orang yang tak mengenal mereka mungkin tidak akan tahu bahwa mereka sahabatan karena terlalu sering bertengkar. Namun, kali ini atau bisa saja mulai saat ini Darren tak akan bertengkar lagi dengan Gilang karena sudah merasa tak peduli dengan sikap Gilang yang tak bisa dibicarakan baik-baik. “I-ini beneran lo? Kok tumben sabar?” tanya Gilang yang merasa aneh melihat Darren yang saat ini lebih kalem dan tak banyak bicara. “Iya, gue mikir gak ada gunanya juga ngomongin sesuatu sama yang otaknya miring, pilihan terbaik dan terakhir yaitu coba sabar aja. Kalau gue udah keluar dari sini gue pastikan lo bukan sahabat gue lagi,” ucap Darren sambil meminum minuman soda yang berada ditangannya. Gilang sedikit tidak enak mendengar ucapan Darren, bahkan ia mengira jika Darren sedang bergurau. Namun, saat ia melihat wajah lonjong milik Darren tak ada sedikit pun guratan di wajahnya yang menunjukkan ia akan tertawa karena sedang bergurau. “Sudahlah, kita lebih baik menyelesaikan misi mencari zombie yang sebenarnya manusia,” kata Alefukka yang merasa suasana menjadi sangat kaku karena Darren yang biasanya menjawab Gilang dengan penuh emosi kini lebih kalem dan tak banyak bicara. Betul kata Darren bahwa bukan hanya Gilang yang menginginkan kewarasannya kembali, bahkan mereka semua ingin sekali kembali hidup normal dan waras. Bahkan jika dibandingkan dengan skripsi mungkin ini adalah perjalanan paling sulit dari pada skripsi dan tugas-tugas dari dosen yang tak pernah libur. “Apa kita harus menggelitiki zombie agar kita tahu kalau yang tertawa berarti manusia?” tanya Fendi yang merasa bingung dengan permainan tersebut yang bisa dibulang itu adalah gama paling buruk yang pernah mereka mainkan. “Ya gak mungkinlah kita gelitikin zombie, kita keburu mati duluan kali,” ucap Stefan yang tak setuju dengan gagasan dari Fendi yang membuat dirinya membayangkan bagaimana cara menggelitiki zombie biar tertawa. Fendi tertawa kecil, ia juga merasa aneh dengan gagasannya hanya saja itu yang terlintas di pikirannya saat ini. “Tunggu dulu deh, emangnya selain kita dan Andrew ada manusia lagi?” tanya Gilang yang baru sadar bahwa di dunia game tersebut hanya ada mereka dan Andrew. Fendi, Alefukka dan Stefan langsung saling tatap satu sama lain. “Tumben lo bener, iya juga kalau Cuma kita dan Andrew kenapa pengumumannya malah kayak gitu?” tanya Darren yang baru kali ini baru melihat manfaat Gilang bersuara. Mereka menggeleng pelan tanda tak tahu apa yang dimaksud oleh pengumuman tersebut. “Kesimpulannya ada manusia lain selain kita dan Andrew. Apa iya Rezki orangnya?” tanya Gilang yang merasa janggal dengan kepergian Rezki karena ia belum lihat benar-benar mayat Rezki. Fendi menggeleng cepat begitu pun Stefan yang sama-sama melihat kalau Rezki sudah dimakan zombie. “Gak, ini pasti bukan Rezki. Karena gue, Stefan bahkan Andrew pun melihat kalau Rezki sudah dimakan oleh zombie. Jadi, gak mungkin Rezki pelakunya,” ucap Fendi dengan yakin karena ia sudah melihat mata kepala sendiri sahabatnya itu meninggal dan menjadi bagian dari zombie di game tersebut. Gilang masih merasa aneh, kali ini ia bukan asal menuduh tapi ia merasa ada yang janggal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD