“Selamat datang digame survival. Halo para pemain hebat, kalian hanya mempunyai 23 jam lagi untuk menebak dan meraih tangan sahabat kalian yang sesungguhnya. Kami ingatkan kali masing-masing pemain diberikan 5 kali kesempatan untuk menebak, jika tidak tertebak maka kalian akan mendapatkan sebuah sanksi, semoga harimu menyenangkan”
Mendengar pengumuman itu Sean menghapus air matanya. 23 jam bukanlah waktu yang lama, mereka tak ada waktu untuk menangisi keadaan dan menyesali apa yang sudah berlalu.
Sean berdiri dari duduknya kemudian menghirup napas dalam-dalam mencoba membuang semua emosi dan kemarahannya itu.
Menjadi ketua tim harus rela berkorban entah itu perasaan atau pun fisik dan Sean sudah dipilih menjadi ketua yang artinya harus menjadi panutan bagi ketiga temannya itu.
“Baiklah, gue gak akan nyerah gitu aja karena masalah sepele ini, gue harus bisa nyelesain semua ini,” kata Sean kemudian berjalan menghampiri Darren dan Gilang yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Entah mereka harus bersyukur atau merutuk pasalnya dengan berjalannya misi ke 5 mereka ini, tak ada zombie satu pun di dunia game ini berganti dengan bayangan mereka yang begitu banyak dan membuat mereka kewalahan.
Sementara itu Alefukka yang sedang berkumpul dengan Fendi, Andrew dan Stefan tampak kebingungan karena mereka bukanlah sahabat karib maka dari itu mereka tidak akan bisa mengikuti permainan ini.
“Lo gak salah nyetel misi kayak gini? Emangnya lo punya sahabat?” tanya Fendi yang mulai murka dengan Andrew.
Andrew yang mendapatkan pertanyaan itu hanya bisa terdiam bahkan ia tak punya jawaban atas itu semua.
Alefukka menghembuskan napasnya pelan.
“Bagaimana bisa kita nyelesain ini semua? Kita bisa kalah dari tim extramers, Ndrew kita semua di sini udah anggep lo sahabat kita kasih tahu bagaimana cara menghentikan game ini, kita bisa mati sama-sama kalau terus di sini dan gue yakin lo masih mau lihat dunia luar,” kata Alefukka yang sudah mulai pusing dengan permainan s****l yang diciptakan oleh Andrew.
Lagi-lagi Andrew hanya bisa terdiam membisu, dirinya bimbang untuk memberitahu jalan keluar tersebut pada Alefukka walaupun sebenarnya Andrew sudah percaya dengan Alefukka, namun ia belum sepenuhnya mempercayai Fendi dan Stefan yang tampak bisa menguasai permainan ini.
“Sayangnya gue gak bisa kasih tahu kalian, ini adalah game buatan gue tapi gue gak bisa kasih detailnya. Menjalani misi adalah satu-satunya cara agar kalian bisa keluar dari sini, maaf," kata Andrew dengan nada yang pelan sekali bahkan sudah seperti bisikan.
Fendi menghembuskan napasnya kasar, kalau saja ia bisa menjambak Andrew sekarang mungkin ia akan membunuh Andrew sampai ia tak bisa hidup lagi atau lebih baik ia mengubur Andrew hidup-hidup.
“It’s ok. Setelah misi ini selesai jangan harap lo bisa kabur dari gue, gue akan buat lo menderita seperti tidak pernah mengenal surga!” desis Fendi sambil menunjuk-nunjuk Andrew dari kejauhan.
Andrew hanya bisa pasrah dengan ancaman Fendi yang tak membuatnya takut sedikit pun. Alefukka melihat Fendi dengan tatapan malas, sungguh kalau dia tak berjuang demi para sahabatnya itu pasti ia tidak akan bergabung dengan tim gladiator yang tak ada gunanya.
“Oh, baiklah kita harus berusaha dengan kemampuan kita sendiri, lagi pula kita hanya perlu menarik orang yang asli kemudian menebaknya. Ini tidak seberat melawan zombie dihari-hari sebelumnya,” kata Alefukka yang sudah pasrah dengan keadaan dan ia merasa salah mengikuti Andrew karena Andrew tak pernah memberitahu akses untuk mereka keluar dari dunia game ini.
“Sok tahu lo! Emangnya lo tahu gue yang asli di mana?” tanya Fendi yang merasa dongkol dengan ucapan Alefukka yang terdengar sok bijak ditelinga Fendi.
Alefukka terdiam kemudian memicingkan matanya dari kejauhan melihat Fendi. Ia melihat Fendi baik-baik dan membandingkannya yang satu dengan yang lainnya.
Dengan langkah mantap Alefukka menarik Fendi yang tepat berada di hadapannya.
“Ini Fendi yang asli,” ucap Alefukka dengan santai walaupun ia sebenarnya takut juga jika yang ia tarik adalah bayangan Fendi.
“Tebakan benar! Congratulation Alefukka! Silakan tunggu di tempat lain, semoga harimu menyenangkan”
Alefukka merasa lega ketika mendengarkan pengumuman tersebut, karena ia penebak pertama yang berhasil maka ia tinggal menunggu dan berdoa agar para temannya bisa menebak dan menyelesaikan misi terutama extramers.
Alefukka pun melepaskan pegangannya pada Fendi kemudian pergi dari tempat itu membuat Fendi tergagap karena tak menyangka Alefukka bisa menebaknya dengan tepat tanpa keraguan sedikit pun.
“Ok, kalau Alefukka bisa artinya misi ini adalah misi yang mudah kita tak perlu mengenal satu sama lain karena ini hanya mengandalkan kejelian, apakah ini benar Andrew?” tanya Stefan dengan polosnya.
Andrew mengangguk membenarkan.
“Iya, tapi sangat susah kalau kalian tak saling mengenal dengan benar. Aku yakin sebelum ini Alefukka pasti sudah mengenal akrab Fendi jadi ia lebih tahu detail Fendi seperti apa,” kata Andrew dengan yakin.
“Hah? Lo bilang mengenal gue? Dia sama sekali gak kenal sama gue,” kata Fendi yang merasa janggal dengan ucapan Andrew.
Andrew tidak menjawab, ia hanya mengangguk-angguk seolah paham, namun sebenarnya ia juga tak paham kalau memang Alefukka tak pernah akrab dengan Fendi pasti ia tak akan bisa menebak, sebelum-sebelumnya akan selalu seperti itu karena yang masuk ke dalam game ini bukanlah yang benar-benar bersahabat karib.
Stefan merasa frustasi dengan ucapan Andrew, kalau seperti itu pastilah ia tak bisa menebak dengan benar.
“Bagaimana ini? Kita pasti akan mati di sini,” kata Stefan dengan kacamatanya yang selalu bertengger di batang hidungnya ia merasa ketakutan.
Fendi memelototi Stefan yang membuat dirinya semakin takut. Untuk Fendi sendiri kembali ia kembali menjadi banyak karena mereka akan kembali menebak.
Sementara itu Alefukka yang terbebas dari tim gladiator langsung berlari mencari keberadaan tim extramers.
Langkahnya terhenti ketika melihat Sean, Darren dan Gilang yang berubah sangat banyak. Bahkan ia tak tahu harus berbicara pada siapa.
“Sean, Darren, Gilang! Gue kembali!” seru Alefukka dengan wajah berbinar, Sean dan yang lainnya tampak terkejut karena kedatangan Alefukka.
“Ale!” ya ampun, Le!” kata Sean yang sudah banjir dengan air mata. Rasanya ia benar-benar ingin memeluk Alefukka, namun tak bisa karena mereka berkumpul begitu banyak sehingga membuat satu dengan yang lainnya bertubrukan.
“Kalian, kalian harus bisa jalanin misi ini. Walaupun kita gak pernah deket satu sama lain kecuali gue sama Sean, tapi gue yakin ada satu yang kalian inget dari masing-masing sahabat kalian. Tolong banget masih ada kurang lebih 22 jam lagi untuk menebak, pikirin baik-baik kira-kira apa yang kalian hapal dari sahabat kalian,” kata Alefukka menuntun ingatan Sean, Darren dan Gilang agar bisa menebak dengan mudah.