Darren dan Gilang akhirnya memutuskan untuk berganti pakaian berdua saja, sementara Alefukka dan Sean ke arah ruang keamanan yang terletak di lantai dasar. Sebenarnya mereka was-was juga karena berpencar seperti itu rasanya akan sulit jika sesuatu terjadi pada salah satu diantara mereka.
“Menurut lo, kita bisa keluar dari sini gak?” tanya Alefukka di tengah kesunyian itu. Sean melihat Alefukka sekilas kemudian sambil berjalan pelan menuju ruang keamanan ia menghela napasnya. Sebenarnya ia tidak yakin juga bisa melewati ini semua dan keluar dengan mudah.
“Yakin, lakuin sesuatu hal berdasarkan keyakinan aja dulu. Kalau udah yakin tinggal jalanin aja. Lagi pula kita masih punya 363 misi lagi, kita gak akan tahu bisa keluar atau gak sebelum nyelesaiin semua misi itu,” ucap Sean dengan percaya diri bahwa mereka akan keluar dari tempat tidak jelas itu.
Alefukka terdiam mendengar perkataan Sean, ia sebenarnya tidak ingin tahu juga endingnya seperti apa karena menurut Alefukka lebih baik ia tidak tahu dari pada tahu dan tidak sesuai ekspetasi jatuhnya akan sangat menyakitkan.
“Sean, ada yang gue mau bilang sama lo. Ini menyangkut Klara, gue Cuma mau bilang kalau sebenarnya Klara...” ucapan Alefukka terpotong ketika Sean langsung pergi dari hadapannya. Sikap Sean yang seperti itu membuat Alefukka semakin merasa bersalah.
Alefukka mengekori Sean dari belakang, ia tahu bahwa Sean masih kecewa dengan Klara dan juga dirinya. Namun, sampai sekarang Sean masih bersikap baik padanya tanpa mengungkit hal itu lagi.
“Sean lo harus tahu ini, gue gak bisa mendem ini selamanya. Gue bertanggung jawab atas kesalahan yang udah gue perbuat sama lo,” kata Alefukka yang tak ingin menyimpan beban itu sendirian. Karena sekarang orang yang dimaksud sudah tak ada maka beban Alefukka hanyalah sebatas pengakuan yang seharusnya dari lama ia katakan.
Sean menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap Alefukka dengan tatapan tak suka.
“Gue selama ini baik sama lo karena gue tahu bahwa hubungan persahabatan tidak pernah mati, tapi kalau lo mikir lo bisa konsultasi hubungan lo dan Klara sama gue, mohon maaf aja gue gak bisa. Gue gak pernah pengen ngebahas hal itu lagi, kalau lo tahu sesuatu atau ingin konsultasi bisa konsul sama yang lain jangan gue, gue gak ramah kalau soal Klara,” ucap Sean dengan tegas kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruang keamanan yang sudah berada di hadapannya ini.
Lagi-lagi Alefukka harus memendamnya lagi, mencari waktu yang tepat untuk meluluhkan hati Sean yang masih belum bisa menerima Klara dalam hidupnya lagi.
Sean melihat sekeliling ruang keamanan itu, ia melihat beberapa handytalk yang berada di meja.
“Ini cobain deh,” kata Sean yang masih berfokus pada handytalk tersebut, Alefukka mengambil salah satu handytalk tersebut dan menguji cobanya.
Sean bernapas lega ketika melihat handytalk yang masih berfungsi dengan baik padahal sepertinya sudah lama ditinggalkan di gedung itu.
“Ayo kita balik, lo bawa handytalknya buat si Darren gue buat si Gilang,” ucap Sean kemudian keluar dari ruangan tersebut, sedikit pengap dan berdebu membuat Sean tak betah berlama-lama di dalam sana.
Mereka pun akhirnya menyusul Darren dan Gilang yang berada di lantai 2 mengambil pakaian yang sekiranya cocok ditubuh mereka. Namun, Sean benar-benar terkejut ketika mereka menginjakkan kaki di lantai 2, ia melihat Darren dan Gilang yang terkapar di lantai penuh dengan jejak berdarah.
“Darren! Gilang!” teriak Alefukka dan Sean bersamaan. Wajah mereka memucat ketika tidak melihat pergerakan dari Darren dan Gilang’
“Le, gimana ini? Kalau sampai mereka kena gigitan berarti mereka jadi zombie juga?” tanya Sean yang mulai panik.
“Sepertinya begitu yang gue tonton di film,” kata Alefukka dengan keringat dingin yang mulai mengucur, ia tidak tahu bahwa 10 menit bisa membuat kedua sahabatnya itu kehilangan nyawa.
Namun, saat mereka berdua sedang dalam keadaan panik. Darren dan Gilang sudah berdiri dihadapan mereka menatap mereka dengan tatapan aneh kemudian tertawa keras melihat wajah Alefukka dan Sean yang memucat seperti baru saja melihat hantu.
“Prank! Selamat anda kena prank!” teriak kedua orang itu dengan wajah memerah menahan geli yang menjalar disekujur tubuhnya.
Sean dan Alefukka menatap ke arah Darren dan Gilang yang tertawa puas karena berhasil membuat kedua sahabatnya itu panik.
Sean berdiri kemudian melempar handytalk yang berada di tangannya itu, ia benar-benar kesal dengan kedua orang yang selalu membuat dirinya stres.
“Lo pikir ini keren? Lo mau belajar jadi yutuber hah? Tolong banget deh dikondisi kayak gini gak usah bercanda yang macem-macem!” bentak Sean yang sudah muak dengan kelakuan tengil Darren dan Gilang.
Darren dan Gilang saling pandang kemudian saling tersenyum kecut, mereka tidak tahu bahwa Sean akan semarah itu karena sifat Sean yang sebelas dua belas dengan Alefukka pun tidak membuat Gilang dan Darren terpikirkan bahwa manusia sesabar mereka berdua bisa ngamuk.
“Gue sama Gilang Cuma bercanda dari pada kita stres terlalu serius. Oh ayolah jangan tegang-tegang gitu,” kata Darren yang berusaha membujuk Sean agar tidak marah.
“Bercanda sah aja, tapi tolong lihat kondisi juga. Lo gak mikir kalau seandainya lo beneran digigit dan kita nolongin lo apa gak berbahaya?” tanya Alefukka dengan wajah kesal.
Sedangkan Sean langsung membuang handytalk yang ia pegang ke lantai sampai hancur membuat ketiga temannya itu terkejut.
“Fiks, lo orang urus diri sendiri! Gue gak mau urusin bocah gede badan doang tapi otak ciut! Le, lo kalau mau sama mereka ya sama mereka aja gue mau cabut ke tempat lain persetan dengan aturan game yang ada,” ucap Sean kemudian meninggalkan orang-orang yang membuatnya muak itu.
“Bro! Kita Cuma bercanda loh kenapa baper gitu sih?” teriak Gilang yang tak menyangka Sean akan semarah itu.
Alefukka melihat Darren dan Gilang secara bergantian kemudian menyerahkan 1 handytalk pada mereka untuk berkomunikasi satu sama lain.
“Peganglah punya gue, gue akan menyusul Sean,” ucap Alefukka dengan ekspresi datar kemudian pergi meninggalkan mereka berdua menyusul Sean yang belum jauh dari mereka.
Darren dan Gilang saling pandang kemudian menghela napasnya pelan, candaan mereka memang berlebihan dan mungkin saja itu membuat Sean sangat kesal mengingat keadaan mereka juga sedang genting.
“Sean tunggu,” teriak Alefukka berlari kecil menghampiri pemuda itu yang sedang mengerutkan wajahnya. Alefukka tahu bahwa candaan Darren dan Gilang terlalu berlebihan dan membuat orang kesal dengan kedua anak itu.
Sean menghentikan langkahnya kemudian duduk di lantai yang masih belum tercemar dengan bau anyir seperti tempat lainnya.