Hidup lagi?

1045 Words
Darren dan Gilang berjalan tanpa arah tujuan, mereka sebenarnya ingin menyusul Sean. Namun, sepertinya Sean benar-benar marah pada mereka sehingga tidak ada satu pun dari mereka yang berniat menyusul pemuda itu dalam keadaan Sean yang sedang tidak stabil. “Gara-gara lo sih! Sean jadi marah kan sama kita,” kata Gilang dengan kesal. Bagaimana pun juga itu adalah ide Darren bukan idenya jadi akan lebih pantas jika Darren yang dimarahi. Darren menatap Gilang kemudian memelototinya. Ia tahu dirinya salah, namun jika Gilang tak setuju maka prank tersebut juga tidak akan terjadi. “Kalau lo gak ikutan juga gue gak akan main terus kenapa lo ikutan juga sekarang gue tanya?” kata Darren dengan wajah yang sudah memerah menahan emosinya. Dalam keadaan seperti ini dua biang kerok tersebut masih saja bisa bertengkar padahal mereka sendiri tidak tahu bagaimana kelanjutan hidup mereka tanpa Sean dan Alefukka. “Ya gue kan Cuma mau bikin otak refeshing aja, Seannya aja baperan,” ucap Gilang dengan wajah sedikit malu. Ia juga tidak tahu betapa dirinya bodoh mengikuti permainan Darren. “Nah, ya udah berarti Seannya kan yang baper!” ucap Darren melempar kesalahannya kepada Sean. Gilang mengangguk setuju, mereka pun melanjutkan perjalannya mengelilingi mall tersebut tanpa arah yang jelas. Mereka juga tidak tahu harus ke mana karena belum ada misi apapun. “Gilang, Darren lo orang di mana?” suara Alefukka terdengar jelas di handytalk yang Darren pegang.  Darren melihat handytalk tersebut kemudian memberitahukan lokasi mereka saat ini yang sudah lumayan jauh dari posisi Sean dan Alefukka. “Di lantai 3 blok E,” ucap Darren Singkat. Tidak ada jawaban lagi dari handytalk tersebut sepertinya sinyal sedang dalam keadaan tidak baik. Namun, ada suara teriakan ketika Darren sedang menunggu jawaban dari Alefukka. “Di belakang lo!” teriak Alefukka cepat-cepat menyadarkan Darren dari lamunannya. Darren melihat ke arah belakang, benar saja bahwa ada segerombolan zombie yang berlari mengejar dirinya. Namun, saat ia melihat ke arah sampingnya Gilang sudah tidak ada membuatnya bertambah panik. Darren cepat-cepat melarikan diri dari tempat itu, ia akan mencari Gilang setelah situasi aman. “Ke lantai 1, gue tunggu di ruang keamanan!” Sean kali ini yang memerintahkan agar Darren ke lantai 1 di mana mereka sedang mengontrol CCTV yang berada di ruang keamanan tersebut. Sean sedikit was-was juga takut dengan zombie yang sudah berkerumun di belakang Darren. Darren lari sekencang-kencangnya bahkan ia sudah tidak menunggu eskalator berjalan lagi. Jantung kian berdegup kencang memikirkan bahwa takdirnya adalah meninggal diusia muda karena gigitan zombie itu sangatlah tidak keren. Napasnya tersengal-sengal ketika sampai di depan ruang keamanan yang dimaksud Sean dan Alefukka. Sean langsung menyeret Darren untuk segera masuk ke dalam ruangan tersebut karena mereka akan mengunci pintu ruangan tersebut. Fyuh! Darren terduduk di lantai yang terbilang bersih dalam keadaan seperti ini. ia mencoba mengontrol napasnya yang masih memburu. Bayangkan saja dirinya lari dikejar zombie tanpa satu orang pun temannya yang bersamanya saat ia lari. “Gilang mana??” tanya Alefukka yang tampak mengintip dari gorden ruangan tersebut. Darren yang masih belum bisa mengontrol napasnya pun hanya bisa menggeleng tak tahu. Alefukka mengusap wajahnya kasar, ia tidak tahu mengapa Darren dan Gilang bisa terpisah seperti itu mana Gilang tidak membawa handytalk. Sudah dipastikan akan sangat sulit menemukan Gilang di mall sebesar ini yang berisi zombie. Sean menghela napasnya sambil sesekali mengintip dibalik gorden siapa tahu Gilang menyusulnya ke ruang keamanan. Kalau saja dirinya tidak terbawa emosi mungkin Gilang masih berada di sini bersama mereka, dan saat ini Sean merasa gagal karena tidak bisa melindungi sahabatnya itu. “Kalian memangnya tidak melihat di CCTV? Seharusnya Gilang berada di sebelah gue tadi, coba cek sekali lagi,” ucap Darren sambil mendekati layar monitor yang terpampang di meja. Mereka bertiga melihat Gilang yang berada di sebelah Darren sedang tampak ketakutan kemudian tampak ada seseorang yang menyeret Gilang dari belakang dan membekap mulutnya agar Darren tak sadar jika Gilang sedang disandera. “Andrew?” ucap Sean sambil menutup mulutnya tak menyangka bahwa Andrew bisa kembali hidup lagi. Alefukka, Darren dan Sean saling pandang. Jika sudah dengan Andrew pastilah tidak ada jalan keluar lagi. Namun saat mereka sedang memikirkan apa sekiranya rencana Andrew menculik Gilang, pintu ruang keamanan terketuk dengan keras. Tok..tok..tok! Sean terlihat gugup ketika orang tersebut menyebut namanya. Mereka bingung harus mengambil tindakan seperti apa. “Sean, Alefukka, Darren tolong gue! Gue dikejar zombie!” teriak Gilang dengan nada ketakutan. Sebenarnya Sean ingin membukakan pintu untuk Gilang, namun Darren melarangnya begitu pun Alefukka. “Gue rasa Andrew sudah menyusupi Gilang, kita gak bisa percaya dengan Gilang sekarang. Sepertinya kita bisa mengarahkan dia ke tempat lain yang juga aman,” usul Darren dengan sangat berhati-hati. Sean dan Alefukka setuju kemudian Sean memutuskan untuk mendekat ke arah pintu kemudian memberikan instruksi pada Gilang untuk mencari tempat lain terdekat yang aman. “Gilang! Kita gak bisa menampung orang lagi, lo harus berusaha mencari tempat yang bisa melindungi lo untuk sementara!” teriak Sean dari balik pintu tersebut. Gilang mengepalkan tangannya sedikit kesal dengan keputusan yang Sean berikan. “Tolong! Gue beneran gak tahu lagi harus ke mana! Sumpah kalau kalian gak mau nampung gue, gue akan jadi orang paling jahat yang kalian kenal,” ancam Gilang dengan sedikit geram dengan keputusan yang ia anggap sangat bodoh itu. Sean menggebrak pintunya dengan kesal, ia bukannya tidak ingin melindungi Gilang. Namun, mereka sudah melihat dari CCTV bahwa Gilang sudah disandera oleh Andrew dan pastilah Gilang masuk ke sini ada maksud tertentu yang membuat Sean dan kedua temannya was-was. “Lo itu maksa banget sih! Kalau lo mau disitu terus ya gapapa kan lo yang mati digigit,” ujar Sean dengan rasa kesal yang sudah menjalar disekujur tubuhnya. Tidak ada jawaban lagi dari Gilang, Alefukka mengintip dari balik gorden kemudian bernapas lega. “Dia udah pergi kayaknya,” kata Alefukka membuat Sean yang mendengar itu menghela napasnya lega. Namun, baru saja mereka merasa tenang ada gebrakan dari luar pintu seakan-akan akan mendobrak pintu ruang keamanan tersebut. “I-Ini kayaknya gak bagus deh. Kita harus kabur dari sini,” bisik Darren yang mempunyai firasat tidak enak. Alefukka dan Sean mengangguk membenarkan, kalau itu benar Gilang pastilah Gilang tidak akan memilih mendobrak, ia pasti akan mengumpat dan mengamankan diri dari pada menggedor pintu seperti itu sangat menghabiskan waktu membuat ketiga pemuda itu yakin bahwa itu bukan Gilang teman mereka. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD