Sementara itu Sean yang berada di supermarket tersebut tampak lemah dengan keadaan tangan dan kaki yang masih terikat dikursi. Wajahnya terlihat sedikit mulai berubah. Andrew tampak melihat Sean dengan senyuman puas karena waktu Sean tidak lama lagi.
“Hm, sepertinya gue harus mengabadikan ini dengan kamera terus setelah ini gue akan perlihatkan pada Anjani. Gak sabar lihat betapa sedihnya Anjani melihat putra tunggalnya ini sengsara,” kata Andrew dengan senyum kemenangan sambil merogoh sakunya yang berisi ponsel.
Sean yang sudah sangat lemah tampak tak bisa apa-apa selain melihat Andrew dengan mata yang berkaca-kaca, ia tidak tahu apa salahnya pada Andrew. Namun, Andrew terlihat begitu membencinya sehingga Andrew tega melihatnya menderita.
Akan tetapi, Sean berani bersumpah bahwa ia tidak mengenal Andrew selama hidupnya. Bahkan ia sudah mengingat masa lalunya, tapi ia tetap tak bisa mengingat satu memori pun yang mempunyai kaitannya dengan Andrew.
“A-apa yang lo inginkan dari gue? Kita gak pernah ketemu sebelumnya,” ucap Sean dengan lemah. Andrew terdiam kemudian tersenyum miring, entah mengapa pertanyaan Sean tampak sangat lucu terdengar ditelinganya.
“Lo emang gak kenal sama gue, gue juga awalnya gak kenal sama lo. Tapi, semua berubah ketika gue lacak identitas lo, ternyata lo anaknya Anjani si tukang nipu. Lo kaya raya dan hidup berkecukupan karena orang tua lo tukang tipu dan gak punya belas kasihan pada yang miskin! Keluarga lo itu jahat dan gue bersyukur karena setelah sekian lama gue bisa balas dendam sama anggota keluarga dari penipu itu,” kata Andrew dengan senyuman liciknya.
Sean tidak begitu bisa mencerna maksud Andrew tentang ibunya yang penipu, selama ini ia hanya tahu bahwa uang sudah tersedia bagi kehidupannya sehingga dia lupa dari mana orang tuanya mendapat uang sebanyak itu setiap harinya.
“T-tapi kenapa lo sangkut-pautkan sama gue?? Gue gak tahu apa-apa dan gue gak ikut campur tentang ini semua bahkan gue rela ganti semua kerugian keluarga lo dari hasil jerih payah gue sendiri,” ucap Sean sambil menengadahkan kepalanya ke arah langit-langit supermarket tersebut.
“Ya, tapi sekarang lo sudah tahu kan? Jadi, lo harus bertanggung jawab atas apa yang orang tua lo perbuat,” kata Andrew kemudian pergi dari tempat tersebut.
Tidak ada lagi misi yang akan dijalankan oleh Sean karena sekarang ia sudah menjadi penghuni dunia game itu selamanya. Wajah Sean terlihat semakin memucat karena cairan yang Andrew masukkan ke dalam tubuhnya entah apa itu.
Tubuhnya benar-benar terasa sangat kaku dan lagi sekarang rasa kaku itu sudah merambat ke bagian kepalanya dan ia juga sudah mulai kejang-kejang. Terdengar ada suara langkah kaki yang mendekatinya dan saat itu juga pandangan Sean gelap tak bisa melihat dan merasakan apaapa lagi.
Perempuan itu cepat-cepat menyuntikkan cairan ke dalam tubuh Sean melalui lengannya. Gadis tersebut benar-benar panik ketika Sean tak menunjukkan tanda kesadarannya yang sudah pulih.
Beberapa kali gadis itu tampak mengguncang-guncangkan tubuh Sean hingga akhirnya pemuda itu sedikit tersadar dan melihat sekelilingnya yang masih tampak buram. Gadis berambut pendek itu bernapas lega ketika melihat Sean tersadar dari pingsannya.
“Syukurlah reaksi obat itu berfungsi dengan baik,” ujar gadis itu dengan wajah tenang. Suaranya sangat familiar di telinga Sean, pemuda itu langsung melihat gadis yang berada di samping tempat duduknya dengan wajah terkejut.
Entah matanya atau otaknya yang kali ini halusinasi, sekarang ia melihat Klara yang berada di hadapannya. Wajahnya sedikit pucat dari biasanya, namun itu semua tak membuat Sean melupakan wajah yang selama ini sangat ia rindukan.
“Klara? Ra, ini beneran kamu? Aku lagi ga mimpi kan? Ini kamu kan, Ra?” tanya Sean yang tampak terkejut dengan gadis yang selama ini ia rindukan. Klara mengangguk sambil membukakan pintu ikatan yang berada ditangan dan kaki Sean.
“Jangan banyak bicara dulu, kita harus berhati-hati dengan Andrew karena ia tidak segan-segan untuk membuat kita sengsara di sini. Nanti aku akan ceritakan semuanya padamu jika kita berhasil keluar dari sini,” kata Klara kemudian membuat ikatan tersebut dengan sembarang.
Sean mengangguk paham bahwa keselamatan mereka lebih penting saat ini dari pada pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa menyelamatkan mereka.
Klara langsung merangkul Sean dan membopongnya agar mereka bisa keluar dari supermarket tersebut. Tubuh Sean memang masih sangat lemah sehingga harus menerima bantuan dari Klara untuk membawa dirinya keluar.
Ketika berhasil keluar dari supermarket, Klara melihat mobil yang terparkir di depan supermarket tersebut. Mereka pun akhirnya menaiki mobil itu dan mengarah ke arah utara supermarket tersebut tepat seperti mimpi Sean waktu itu.
“Kita mau ke mana? Ra, jangan bilang kamu tinggal sama Andrew?” tanya Sean yang langsung menebak kehidupan Klara di dunia game ini. Klara mengangguk, ia sebenarnya tidak ingin memberitahu Sean tentang hal itu akan tetapi tetap saja pada akhirnya Sean harus tahu itu.
“Sudah aku bilang kamu lebih baik memikirkan dirimu sendiri yang masih menjadi manusia, jangan pikirkan aku,” ucap Klara membuat Sean terkejut karena Klara menyebut hanya dirinya saja yang masih manusia.
Sebenarnya Sean ingin bertanya lebih jauh lagi, namun tetap saja ia saat ini harus menutup mulutnya karena Klara yang terlihat kesal karena dirinya banyak bicara.
Ciiit!
Klara menginjak rem dengan mendadak kemudian menghentikan mobil itu tepat di sebuah rumah pohon yang benar-benar sangat tersembunyi.
“Turunlah dan masuk ke rumah pohon itu. Kodenya adalah 1303 dan jangan keluar tanpa seizinku dan ini satu buah ponsel yang bisa kamu gunakan di dunia game ini, kamu bebas bisa melihat kegiatanku dari ponsel itu. Itu hanya bisa memantau bukan menelepon jadi jangan menelepon menggunakan itu,” jelas Klara kemudian memberi kode agar Sean keluar dari mobil dan segera bersembunyi ke rumah pohon tersebut.
Setelah melihat Sean memasuki rumah pohon itu, Klara langsung melajukan mobilnya meninggalkan area yang cukup jauh dari supermarket tersebut. Sean melihat ke dalam rumah pohon itu, di sana benar-benar terlihat nyaman dan terdapat beberapa komputer canggih, juga makanan yang sangat berlimpah.
“Gue jadi penasaran kenapa Klara menyebut hanya gue yang manusia? Memangnya dia bukan manusia?” tanya Sean yang tak habis pikir dengan ucapan Klara yang masih misterius itu.
Namun, saat ia masih berpikir, terdengar orang yang berjalan di sekitar rumah pohon tersebut. Sean melihat sebuah tombol yang tertulis “Mode penyamaran”. Pemuda itu langsung menekan tombol tersebut yang ternyata benar saja rumah pohon itu jadi tak terlihat tertutup dengan dedaunan yang sangat lebat, namun orang di dalamnya masih bisa memantau mereka yang di luar.
“Astaga itu kan kanibal yang gue temuin saat pertama kali ke sini?” ucap Sean pelan dengan tangan yang menutup mulutnya agar tidak terdengar oleh siapa pun. Akses pintu masuk ke rumah pohon ia cepat-cepat kunci agar dirinya aman.
Kanibal itu seperti mencium bau manusia yang berada di sekitarnya, namun ia tak dapat menemukan orang yang berada di dekatnya. Akhirnya ia pun menyerah dan pergi dari tempat itu, rasanya lega sekali ketika melihat kanibal dengan penampilan acak-acakan dan menyeramkan tersebut pergi dari sana.
“Andrew memang sudah gila! Buat kanibal kayak gitu untuk apaan coba?” tanya Sean yang keringat dingin karena ketakutan melihat kanibal yang berpenampilan lebih menyeramkan dari zombie yang ada di daerah tersebut.