Sean menghela napasnya lega ketika melihat sang kanibal yang sudah pergi dari sekitar rumah pohon tersebut. Sebenarnya Sean penasaran apa yang membuat Klara menyuruhnya untuk tetap tinggal di rumah pohon itu padahal ia bisa menjaga dirinya sendiri
Pemuda itu merogoh sakunya yang berisi ponsel yang langsung terhubung ke depan rumah yang ia duga sebagai pusat kontrol. Benar saja ketika ia membuka ponsel itu ternyata ada Klara dan Andrew di depan rumah itu tampak seperti sedang bertengkar.
“Mereka berdua ributin apa ya? Mana suaranya gak bisa didenger lagi,” keluh Sean yang menyesali kenapa tak sekalian ia taruh perekam di depan rumah tersebut.
Namun, mata Sean terbelalak ketika melihat Andrew mendorong Klara sampai terjatuh ke tanah, terlihat Klara yang meringis kesakitan membuat Sean naik pitam ia melihat sekitar rumah pohon itu yang tampak sepi.
Sean memutuskan untuk menyusul Klara, rasanya walaupun bahaya sedang mengintai namun tetap diam melihat Klara diperlakukan kasar seperti itu benar-benar membuat Sean menjadi berani. Ia tidak akan segan-segan melenyapkan Andrew sekali lagi Andrew berbuat kasar pada Klara.
Ciiitttt!
Bunyi rem dari mobil yang dikendarai Sean membuat Andrew dan Klara melihat ke arah sumber suara, bahkan Klara menganga lebar ketika mendapati Sean yang sudah berada di tempat itu padahal ia sudah melarangnya karena Andrew sangat berbahaya.
“Sean, lari! Jangan membahayakan diri kamu,” teriak Klara yang memohon pada Sean agar menghentikan aksi nekatnya itu. Sesekali Sean melihat Klara yang memohon agar Sean pergi dari tempat itu dan tak melawan Andrew dengan tangan kosong.
Andrew tersenyum licik, ia tahu bahwa Klara adalah salah satu kunci agar Sean bisa keluar dari tempat persembunyiannya. Sena lemah jika harus berurusan dengan Klara.
“Heh perempuan gak tahu diri, lo gak usah bilang gitu sama Sean karena Sean gak akan pergi sebelum lo selamat dari jeratan gue. Ya kan Sean?” tanya Andrew sambil tersenyum licik. Sean tak menjawab sepatah kata pun ia menatap mata Andrew lurus dan berfokus pada mata itu.
Dengan cepat Sean mengambil s*****a yang berada disakunya dan menembak Andrew tepat ditangan dan kakinya. Tembakan Sean benar-benar jitu buktinya sekarang Andrew tersungkur ke tanah karena tembakan itu.
“s**t! Arghh!” teriak Andrew yang mengaduh kesakitan, kaki kiri dan tangan kanannya benar-benar tak bisa ia gerakkan karena terlalu sakit. Sementara Klara yang melihat kejadian itu malah menolong Andrew.
“Maaf Sean, aku tidak bisa ikut denganmu. Terima kasih karena telah mencoba menyelamatkanku, kembalilah ke tempat kamu seharusnya,” kata Klara yang tak ingin menyebut rumah pohon tersebut karena takut Andrew mengetahuinya.
Setelah berbicara seperti itu Klara langsung membawa Andrew ke dalam rumah tersebut dan membantu Andrew memulihkan keadaannya.
Sean tercengang melihat Klara yang begitu peduli pada Andrew yang notabenenya jahat. Bagaimana tidak? Saat ini Klara bagaikan boneka dan Sean menyelamatkannya tapi malah Klara lebih peduli pada Andrew dari pada dirinya sendiri.
“Dia lebih pilih membantu Andrew dari pada melarikan diri? Apa-apaan sih ini? Bukan seharusnya Klara bekerja sama dengan gue untuk mencari solusi keluar dari dunia game ini?” tanya Sean pada dirinya sendiri yang sudah benar-benar tak bisa berpikir jernih.
Dor!
Satu tembakan berhasil melumpuhkan zombie yang sedikit lagi hampir menyerang Sean, Sean juga kembali sadar setelah mendengar suara tembakan tersebut.
“Kamu ngapain masih di sini? Kembalilah ke rumah pohon itu sekarang! Tidak perlu mengkhawatirkanku, aku akan menceritakannya padamu jika keadaan mulai tenang. Ingat, apapun yang kamu lihat jangan pernah ke sini lagi,” kata Klara memperingati Sean yang masih tampak belum sadar sepenuhnya.
Beberapa kali Klara mengguncangkan bahu Sean agar tersadar dari lamunannya.
“Kita harus bekerja sama untuk keluar dari dunia game ini, Ra! Tapi kamu malah sibuk urusin Andrew!” ucap Sean yang baru saja sadar dari lamunannya. Ia memegang kedua bahu Klara dengan sedikit kencang membuat Klara sedikit kesakitan.
“A-aku akan menjelaskan semuanya, ada banyak hal yang tidak kamu tahu selama ini. Jadi, aku mohon selamatkan dulu dirimu mumpung Andrew masih pingsan,” kata Klara sambil menyeret Sean ke dalam mobil.
Sean tidak tahu apa alasan Klara mengatakan itu semua, namun yang pasti setelah ini ia akan mengintrogasi Klara agar mengakui apa yang sebenarnya telah terjadi selama ia tidak bersama Klara.
Sean akhirnya mengalah kemudian memasuki mobil dan pergi meninggalkan Klara untuk kembali ke rumah pohon tersebut. Rasanya masih sangat menyakitkan ketika melihat Klara membantu musuhnya dan mengobati Andrew dengan penuh kasih sayang.
“Gue harus selidiki kenapa Klara patuh pada Andrew? Apa yang terjadi selama ini?” tanya Sean sambil menggebuk stir mobilnya dengan kencang. Rasa amarah sudah membakar jantungnya saat ini karena melihat Klara berada diperangkap Andrew.
Sementara itu Klara melihat ke arah rumah mewah yang dipasangi pagar listrik tersebut, diam-diam ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat dan masuk ke dalam rumah itu. Langkahnya sedikit pelan karena tiba-tiba saja kepalanya ada yang mengontrol.
Buk!
Klara langsung terjatuh dan tak sadarkan diri. Andrew yang melihat itu langsung tersenyum kemudian menggotong Klara ke kamarnya. Wanita itu masih sama seperti pertama kali ia menemukannya, cantik dan seksi membuat Andrew mengincar Klara untuk menemaninya di dunia game.
Rasanya itu benar-benar menyenangkan hanya berdua dengan gadis cantik yang penurut dan tak berani memberontak. Mereka berdua sudah menjalani kehidupan bersama selama 9 tahun terakhir.
“Kamu hanya boleh menurut padaku, tidak pada orang lain karena kamu adalah aku yang pelihara bukan orang lain. Aku tidak ingin kamu menjadi penghianat di dunia game ini, maaf,” ucap Andrew sambil melihat sebuah gunting untuk operasi.
“Nah, aku akan memasukkan satu chip saja untuk membuat kamu tetap terkontrol karena raga manusiamu saja sepertinya tak dapat dipercaya begitu aja. Jadi, sedikit chip akan berguna untuk kedamaian kita,” kata Andrew kemudian membelah kepala Klara.
Metode ahli bedah hanya Andrew pelajari dari internet, entah itu akan berhasil atau tidak ia hanya mempelajari itu dari internet dan semoga saja tidak salah.
“Begini ya, bertahanlah sebentar. Setidaknya jika kamu tidak hidup sebagai manusia, maka kamu akan hidup sebagai robot berbalut kulit manusia asli. Sangat mengagumkan bukan? Kamu akan tetap abadi bersamaku,” kata Andrew kemudian tertawa keras.
Rasanya ia menjadi benar-benar hidup di dunia lagi karena adanya Klara di dunia game tersebut, perempuan idaman yang pertama kali membuat jantung Andrew berdegup keras. Usia Andrew tidak lagi muda dan ia kembali menjadi remaja ketika melihat Klara pertama kali,
Brak!
Suara pintu terbanting begitu keras sehingga Andrew terkejut, belum sempat ia melihat siapa yang datang tiba-tiba saja seseorang menyerangnya dari belakang. Andrew hampir terkejut karena ia mengira bahwa itu adalah zombie error buatannya, namun ternyata Sean yang belum pulang.
“Astaga lepaskan gue! Lo itu ya bener-bener gak mau nyerah!?” teriak Andrew yang berusaha untuk menyingkirkan Sean dari belakang tubuhnya.
“Gue gak akan ngebiarin lo berbuat k**i terhadap Klara! Gue akan buat hidup lo lebih menderita setelah lo keluar dari dunia game itu, apa lo pikir temen-temen gue bakal diem begitu aja setelah lepas? Dasar bodoh!” ucap Sean kemudian menendang tangan Andrew yang sedang memegang jarum suntik hingga jarum suntik itu terpental begitu saja.