Siapa saja bisa jahat

1067 Words
Fendi mendekati Stefan kemudian mengulurkan tangannya. Stefan melihat ke arah uluran tangan Fendi, sebenarnya Stefan masih mengedepankan gengsinya untuk menerima bantuan Fendi. Namun, Fendi langsung menarik tangan Stefan agar berdiri. “Hati-hati,” ucap Fendi pelan sambil membantu Stefan perlahan. Bukan hanya Stefan yang terkejut dengan sikap Fendi yang sudah berubah, namun juga tim extramers yang kembali curiga dengan maksud Fendi yang baik di depan mereka. “Menurut lo, apa yang lagi direncanain dia?” tanya Gilang pada Darren yang tepat berada di sebelahnya. Darren melihat Gilang sambil menaikkan kedua alisnya. “Lo gak usah nuduh orang gitu, asal lo tau kita udah berpikiran negatif kalau lo yang penghianatnya. Jadi, lo mending diem,” kata Darren yang sudah malas meladeni sikap Gilang yang masih kekanakan. Gilang mengulurkan tangan pada Darren kemudian tersenyum kecil. “Maaf, gue udah buat kalian salah paham,” kata Gilang yang untuk pertama kalinya meminta maaf pada orang. Darren menghela napasnya kemudian menepis tangan Gilang. “Yang lo jahatin itu Sean bukan gue, jadi minta maafnya sama Sean bukan sama gue,” kata Darren dengan nada sinis. Bagaimana pun Darren sudah muak dengan Gilang, bahkan kalau Gilang sudah berubah pun mungkin perlu waktu lama untuk Darren melihatnya sebagai sahabat lagi. “Maaf karena gue udah jahat sama lo, Fen. Sumpah gue gak paham kenapa gue jadi kayak gini,” kata Stefan yang seperti baru saja sembuh dari amnesia. Tim extramers dan Fendi saling pandang, entah bagaimana Fendi seperti tahu Stefan bukanlah sahabatnya yang tipe menusuk dari belakang. “Ini ada yang gak beres, kalau Stefan gak sadar apa yang dia lakuin berarti ada orang yang mengendalikan ini semua?” tanya Fendi yang masih merasa bingung dengan semua yang terjadi di dalam dunia game tersebut. “Ini pasti permainan Andrew, gue yakin banget,” ucap Gilang dengan wajah yakin. “Diam! Lo di sini gak ada hak ngomong, jadi mending tutup mulut lo sebelum gue yang tutup pake s****h,” kata Darren yang emosi mendengar suara Gilang. Entah sejak kapan, suara Gilang membuat Darren merasa emosi dan menyesal karena telah menjadikan pemuda itu sahabatnya. “Slow, Ren. Jangan emosi mulu,” kata Sean memperingati. Untung saja mereka sedang di luar rumah dan fokus terbagikan karena harus lebih berhati-hati. Alefukka tampak iba dengan Gilang yang dikucilkan oleh Darren karena perilakunya sendiri yang hampir saja membunuh Sean. “Darren bener, lo mending diam aja untuk saat ini, Lang. Gue gak mau kita jadi bertengkar dalam keadaan kayak gini, salah satu dari kita harus ngalah,” kata Alefukka sambil menepuk-nepukkan punggung Gilang agar sahabatnya itu tak merasa sedih. “Gue mau pulang, gue mau pulang ke dunia nyata,” ucap Gilang dengan nada serak. “SEMUA JUGA MAU PULANG KE DUNIA NYATA! SABAR, BOCIL BANGET SIH LO!” teriak Darren yang membuat semua temannya terkejut. Sean menepuk-nepuk punggung Darren agar tak mengamuk lebih dari itu. Gilang yang merasa tersinggung pun langsung pergi meninggalkan tim tersebut. Rasa sakit hatinya semakin mendalam membuat Gilang berpikir untuk melawan sahabat-sahabatnya itu. “Mereka yang bawa gue ke sini dan mereka juga yang anggap gue rese. Sumpah gue gak ga punya sahabat kayak mereka,” kata Gilang yang sedikit menitikkan air matanya. Langkah demi langkah membuat Gilang semakin jauh dari jangkauan tim. “Gue akan susul Gilang, lo orang jaga diri baik-baik,” kata Sean sambil berlari kecil meninggalkan tim tersebut. Sean mencari Gilang, namun tak melihat pemuda itu. Sean kehilangan jejak keberadaan Gilang dan membuat Sean sedikit kebingungan karena jalan yang begitu gelap saat itu. Buk! Tanpa disadari ada seseorang yang memukul Sean dari belakang memakai balok kayu. Pukulan keras tersebut membuat pandangan Sean seketika kabur dan ia langsung tergeletak di tanah. Kepala Sean juga sedikit mengeluarkan darah membuat orang itu puas melihat Sean yang berakhir seperti ini dihadapannya. “Semua akan terbalaskan, gue gak akan biarin lo jadi pemimpin tim! Gara-gara lo gue melewati waktu-waktu penting di dunia nyata,” ucap orang itu kemudian pergi dari tempat tersebut. Alefukka merasakan perasaan tak enak karena Sean yang tak kunjung balik. “Apa gak sebaiknya kita cari Sean? Tempat ini gak aman kalau jalan seorang diri,” kata Alefukka yang memberikan usul pada timnya. Darren dan Fendi mengangguk setuju mereka pun akhirnya mencari Sean, namun saat mereka sudah berjalan kurang lebih 100 meter akhirnya mereka menemukan Sean yang sudah tergeletak di tanah dengan darah yang sudah keluar dari kepalanya. “Sean!! Astaga itu Sean!” teriak Alefukka sambil menggoyang-goyangkan tubuh Sean. Namun, Sean tak juga bangun ia pingsan. Darren dan Alefukka langsung membawa Sean ke rumah yang kebetulan berada di dekat mereka. Fendi juga membawa Stefan ke tempat tersebut, untuk sementara mereka benar-benar harus berkumpul untuk memperkuat tim mereka melawan Andrew. Dengan sangat hati-hati Alefukka meletakkan Sean di sebuah kursi yang berada di luar ruangan. Mereka tampak kebingungan karena harus mengobati Sean sementara obat di dunia game tidak terlalu lengkap bahkan cenderung jarang ada. “Bagaimana ini? Kita berada di tempat yang jauh dari perlengkapan P3K,” ucap Alefukka yang tampak panik karena pendarahan di kepala Sean cukup serius jika dilihat dari luar. “Ah, gue akan cariin mobil dulu. Lo tunggu sini yaa,” kata Fendi sambil mengantongi sebuah s*****a untuk keselamatan dirinya. Kini tinggal ada Stefan, Darren dan Alefukka yang masih tersadar. “Gue yakin ini kelakuannya Gilang, pas dia pergi disaat itu juga kan Sean jadi kayak gini? Gue gak bisa biarin Gilang berkeliaran gitu aja sementara kita satu-satu akan menjadi korbannya,” kata Darren sambil mengepalkan kedua tangannya. Alefukka tahu bahwa Darren sudah siap bertengkar jika Gilang muncul dihadapan mereka. “Apa bener Gilang yang lakuin ini semua? Gue malah takut kalau sebenernya ada orang lain yang memfitnah tim kita,” kata Alefukka yang berusaha netral dan tak berpikir negatif pada sahabatnya sendiri. “Semuanya bisa terjadi kali, apalagi Darren udah ngata-ngatain Gilang. Lo jangan terlalu polos, Le. Semua orang berpotensi jahat kok, sekali pun sahabat,” kata Stefan yang menyadari Alefukka bahwa hidup di dunia tak perlu terlalu naif. “Yang dibilang Stefan bener, Le. Buktinya Stefan yang kita kira polos dan lugu bisa mau lenyapin sahabatnya sendiri,” kata Darren menatap sinis Stefan yang ketahuaj menjadi penghianat. Stefan meneguk ludahnya dengan susah payah tidak tahu bahwa Darren akan berkata seperti itu. “Ck, sekarang banyak ya serigala berbulu domba jadi bingung bedainnya, pastikan aja diri kalian ga jadi salah satunya,” ujar Alefukka sambil melihat sekeliling dengan waspada karena zombie bisa saja muncul di sekitar mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD