Karin merasa terjebak di dalam rumahnya sendiri. Kalau tahu rencana dibalik undangan sang Mama untuk pulang ke rumah, mungkin Karin akan lebih memilih mengubur diri dengan dokumen-dokumen yang harus segera mendapat tanda tangan sang atasan. Bukan malah berada di ruang tamu dengan tiga orang yang belum dikenalnya. Sepasang suami istri, dan anak mereka. “ Jadi ini yang namanya Karin ?” tanya wanita paruh baya dengan rambut bergelombang sebatas leher. “ Iya jeng Silvi. Cantik kan, anak saya ?” kalau saja Karin tidak tahu bahwa memutar bola mata dihadapan tamu itu tidak sopan, ia pasti sudah melakukannya. Sementara itu sang kakak sudah terbatuk-batuk. Karin melirik sinis kakaknya yang menahan tawa. Selalu saja begini … batin Karin. Sementara itu sang Mama memelototi anak sulungnya. Memberi