Part 1. Dinner Romantis
Karin mematut dirinya di depan cermin. Mengamati wajah ayu yang sedang menatap balik kepadanya. Kulit putih, mata bulat, hidung mancung, bibir tipis yang terpoles lipstik merah menyala. Wanita itu tersenyum puas melihat penampilannya. Di usia yang sudah menginjak 32 tahun dia merasa sudah siap untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Setelah berkali-kali putus cinta, ia yakin, Rama sang kekasih adalah takdir yang Tuhan tuliskan untuknya.
Kisah percintaannya tergolong buruk. Berkali-kali ia bertemu dengan pria yang salah, hingga berkali-kali merasakan sakitnya putus cinta. Dari mulai yang playboy, ringan tangan, pencemburu, beda keyakin, tidak mendapat restu dari keluarga, sampai yang hanya memanfaatkan dirinya untuk mengeruk harta yang susah-susah ia kumpulkan. Karin mendesah saat mengingat kembali kisah percintaan yang menguras emosinya. Dress biru selutut membalut tubuh indah wanita itu. ia sudah siap menunggu sang kekasih datang menjemput.
Kedua orang tuanya memasang level tinggi untuk calon menantu mereka. Banyak mantan-mantannya yang mundur setelah bertemu dengan orang tua Karin. Sebagai salah satu pengusaha yang cukup mempunyai nama, Irwan tidak ingin sang putri bungsu berakhir dengan sembarang laki-laki. Suami Karin kelak haruslah mempunyai bibit, bobot, bebet yang sempurna. Hal itu juga yang membuat kisah cinta Karin sering kali kandas di tengah jalan. Karin yang merasa tidak nyaman dengan tuntutan kedua orang tuanya memilih tinggal di apartement. Untunglah gaji yang ia terima dari tempatnya bekerja bisa mencukupi cicilan apartemen juga kebutuhan hidup. Sebagai seorang sekertaris di sebuah perusahaan besar, gaji yang Karin terima setiap bulan bisa dibilang fantastis. Pemilik perusahaan, sekaligus Boss nya tersebut termasuk orang yang royal pada karyawan. Apalagi sekarang Karin di minta membantu pria itu mempersiapkan kejutan untuk mantan istrinya. Bonus besar sudah ada di depan mata. Kadang Karin tidak habis pikir. Malaka Hutama, sang Boss, pria kaya raya yang bukan hanya memiliki sebuah perusahaan furniture terbesar di Indonesia, tapi juga memiliki beberapa Mall, hotel yang tersebar di dalam dan luar negeri, juga sebuah resort di Lombok yang sedang di bangun itu bersusah payah mengejar sang mantan istri. Padahal pria sepertinya hanya perlu menjentikkan jari untuk mendapat wanita seperti apa pun yang ia mau. Tapi tidak. Pria itu seperti anti pati pada wanita lain selain sang mantan istri. Karin tidak buta. Sekian lama ia menjadi sekertaris pria itu, ia tahu tidak sedikit klien wanita yang secara terang-terangan menunjukkan ketertarikan pada seorang Alka. Namun pria itu tetap bergeming. Hanya ada satu wanita di mata dan hati Alka. Sungguh beruntung sekali Naya yang di cintai lelaki itu. ia sungguh berharap Rama, sang kekasih juga akan mencintanya sebesar Alka mencintai Naya. Suara dering ponsel membuyarkan lamuman wanita itu. ia segera beranjak menghampiri meja tempat ponsel tergeletak, dan tersenyum mendapati nama sang kekasih muncul.
“ Ya Ram … sudah sampai ?“
“ Kamu sudah siap kan ?”
“ Sudah. Aku turun sekarang.”
Karin segera memutus sambungan. Menyambar tas di sofa kemudian memasukkan ponsel ke dalam tas sebelum keluar apartemen. Mereka akan merayakan anniversary mereka yang ke 2. Hubungannya dengan Rama termasuk yang paling lama. Restu kedua orang tua juga sudah ia kantongi mengingat Rama bukan orang sembarangan. Pria itu adalah putra tunggal petinggi sebuah Bank swasta ternama di Indonesia. Lulusan S2 Stanford University, dan sekarang bekerja di bawah kepemimpinan sang ayah. Sudah tentu pria itu langsung lolos seleksi orang tuanya yang Karin anggap gila harta, dan kedudukan.
***
Karin yang sudah hafal mobil tumpangan sang kekasih bergegas menghampiri, kemudian membuka pintu samping pengemudi. Tersenyum menatap sang kekasih yang terlihat tampan dengan senyum mengembang.
“ Beautiful. “ puji Rama sembari mendekat untuk mengecup pipi sang kekasih. Karin tersenyum. Bibir Rama selalu manis. Pria itu pandai sekali membuat hati perempuan melambung tinggi.
“ Thank you. You look good too. As ussual.” Balas Karin. Rama tertawa. Dia selalu senang tiap bersama Karin. Wanita cantik, sexy dengan karir yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Wanita sempurna untuk menantu keluarga Dwingga. Dia segera menjalankan kembali kereta besinya meninggalkan gedung apartemen yang di huni sang kekasih. Dia sudah memesan tempat untuk makan malam romantis bersama sang kekasih. Usia hubungan mereka sudah menginjak 2 tahun, waktu yang cukup lama untuk seorang Rama mengencani satu orang wanita. Pria yang biasa bergonta ganti pasangan itu bahkan tidak menyangka akan bisa memiliki hubungan lebih dari satu tahun dan masih merasa belum bosan. Dia juga tidak terpikir untuk mencari wanita lain. Mungkin Karin memang ‘the One’ yang dia cari selama ini. Papa karin yang merupakan salah satu pengusaha di kota Jakarta memuluskan hubungan mereka. Dalam keluarga Dwingga, hanya mereka yang sejajar yang bisa masuk ke dalam keluarga tersebut. Sudah jadi rahasia umum bahwa dalam dunia bisnis, pernikahan dijadikan alat untuk semakin melebarkan sayap, serta mensukseskan bisnis mereka.
Hampir 20 menit akhirnya Rama memarkirkan mobilnya di depan sebuah resto yang menjual makanan khas Italia. Makanan kesukaan Karin. Ia segera melepaskan seat belt, begitu juga dengan Karin yang melakukan hal yang sama. Mereka berdua sempat saling melempar senyum sebelum akhirnya keluar dari mobil, kemudian bergandengan tangan memasuki resto. Suasana romantis langsung menyambut mereka. Lilin-lilin menghias tiap meja, dengan rangkaian bunga yang menemani. Lampu ruangan yang redup, serta alunan musik semakin menambah suasana romantis tempat itu. seorang pelayan dengan rambut yang digelung rapi datang menyambut. Siap mengantar mereka menuju tempat yang sudah mereka siapkan untuk sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.
“ Silahkah … “ pelayan yang dengan ramah dan senyum menghias wajah itu membuka pintu sebuah ruangan. Suasana yang lebih romantis menyambut dua sejoli tersebut. Karin mengucapkan terima kasih sebelum melangkah dengan masih bergandengan tangan masuk ke dalam ruangan. Rama tersenyum puas melihat apa yang sudah di siapkan pihak resto. Taburan kelopak mawar merah di sepanjang jalan menuju sebuah meja dan dua kursi berada. Dengan lilin-lilin aroma terapi menuntun langkah keduanya. Rangkaian mawar merah muda, dan putih bertengger cantik diatas meja. Satu botol minuman istimewa sudah siap dengan dua gelas berkaki. Alunan lagu romantis mulai terdengar. A thousand year mengalun indah menyambut kedatangan mereka. Rama menarik kursi untuk sang wanita. Karin tersenyum, mengucap terima kasih setelah duduk dengan nyaman. Rama hanya menanggapi dengan senyum kecil sebelum pria itu berjalan memutar, kemudian duduk di seberang Karin. Keduanya saling pandang, kemudian tersenyum. Merasa begitu bahagia. Karin tidak menyangka akan mendapatkan kejutan seromantis itu. Rama adalah sosok yang sibuk. Bahkan terkadang pria itu hanya bisa pergi berkencan satu kali dalam satu minggu. Namun Karin tidak merasa terabaikan karena dia sendiri pun sibuk dengan pekerjaan di kantor. Mereka menjalani masa pacaran sampai 2 tahun dengan santai. Semua berjalan lancar. Tidak ada percekcokan, tidak ada kecemburuan. Semua berjalan tanpa hambatan. Kedua belah keluarga sudah saling mengenal.
Tak lama seorang pelayang masuk dengan mendorong trolley berisi penuh makanan ala Italy yang kesemuanya kesukaan Karin. Ia merasa sangat tersanjung. Rama sudah berusaha keras membuatnya bahagia. Lagi-lagi bibir merah itu mengucap terima kasih kepada sang kekasih hati.
Mereka berdua makan diiringi lagu-lagu romantis yang tak lelah mengalun. Mencipta susana yang sempurna untuk perayaan anniversary mereka. Selesai dengan makanannya, Rama mulai membuka botol wine, kemudian menuangkan sedikit ke dalam dua gelas kristas berkaki. Memberikan satu gelas kepada sang kekasih. Menyentuhkan gelas yang ia pegang ke gelas yang di pegang Karin sebelum menyesap perlahan. Hanya sedikit Karin menyesap cairan merah mahal tersebut. Ia tahu batasan. Tidak ingin pulang dalam keadaan mabuk. Setelah meletakkan gelas ke atas meja, Rama beranjak mendekati sang ke kekasih. Mengulurkan tangan.
“ Dance with me.” Karin tersenyum, menyambut uluran tangan sang kekasih. Tepat saat lagu beautiful in white mengalun, keduanya berdansa. Rama memeluk erat pinggang sang kekasih, sementara Karin menyandarkan kepala ke d**a sang pria. Semua begitu indah. Semua begitu sempurna. Karin yakin, Rama adalah ‘the One’ yang Tuhan takdirkan untuk hidupnya. Lagu masih mengalun, dan sepasang kekasih tersebut masih berdansa tanpa jarak, hingga sebuah panggilan membuyarkan semuanya.
“ Rama … “ panggilan yang cukup keras hingga alunan lagu tak sanggup menghalaunya. Karin menarik kepala yang begitu nyaman bersandar di d**a sang kekasih untuk mendapati seorang wanita dengan perut membuncit berdiri di ambang pintu. Menatap penuh amarah kearahnya.