Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan operasi tempat Cross berada, dan orang itu adalah Rudolf, dia datang sembari membawakan makanan untuk Cross, kedatangannya itu sempat membuat Cross terperangah dan gemetar, karena dia merasa takut dengan sosok Rudolf disana. Lalu setelah Rudolf meletakan makanan di atas meja, dia langsung mengambil kursi dan duduk di hadapan Cross.
Oleh karena itu Cross segera bertanya kepadanya. “Si- siapa kau?”
“Perkenalkan, namaku adalah Rudolf.”
“Ka- kau adalah mantan ilmuan NeoGen yang hilang 17 tahun lalu, dan menjadi buronan polisi.”
“Ya, kau benar nak.” Ucap Rudolf sambil menyalakan rokok di mulutnya.
“Lalu kenapa aku bisa ada di tempatmu sekarang?” Tanya Cross.
“Itu karena Ivan telah menyerahkanmu padaku.”
“Tu- Tuan Ivan??!!” Cross merasa kaget.
“Apakah kau lupa, ketika kau sedang dalam keadaan sekarat, kau membuat perjanjian dengan Ivan bahwa kau akan menjadi pelayan setianya ... Dan sebagai gantinya, kau akan diselamatkan dan diberikan kekuatan hebat."
“Apa maksudmu?? ... AAAKKHH!!!” Cross tiba-tiba merasakan sakit di kepalanya.
Kemudian dia ingat tentang kejadian waktu itu, bahwa sebelum mati, Cross didatangi oleh Tuan Ivan yang menawarinya kekuatan, sehingga Cross bisa selamat, maka dari itu selanjutnya tubuh Cross dimodifikasi oleh Rudolf, sehingga disinilah dia sekarang, dalam keadaan pasca operasi dengan seluruh tubuh yang diperban.
“Hmm, sepertinya kau sudah mulai ingat sekarang?” Tanya Rudolf.
“Apa yang telah kau lakukan pada tubuhku?” Tanya Cross, dengan perasaan gelisah.
“Aku memotong tangan kananmu yang telah terluka parah, lalu aku menggantinya dengan tangan mekanik yang berisikan sejumlah senjata termaasuk tameng. Dan aku menyambungkan jaringan daging serta otot monster ke dalam beberapa anggota tubuhmu, sehingga tubuhmu bisa menjadi cukup kuat untuk menopang tangan barumu.”
“A- apa?”
“Terimalah kenyataan nak ... Sekarang kau adalah Cyborg, dan kau harus menuruti setiap perintah dari Tuanmu.”
“Kenapa aku harus melakukan hal itu??!!” Ujar Cross dengan perasaan marah, karena dia tidak menerima kondisi tubuhnya yang sekarang.
“Jangan lupa, aku sudah menyelamatkan nyawamu, jadi seharusnya kau bersikap baik padaku.”
“Tapi aku tidak pernah meminta untuk dijadikan Cyborg dan bersatu dengan sel monster di dalam tubuhku!!” Sepertinya Cross tidak menerima jika harus ada sel monster yang menyatu di dalam tubuhnya.
“Percuma saja kau marah. Sekarang kau hanya memiliki dua pilihan ... Kau mau menurut secara suka rela, atau aku akan memakaikan sebuah helm di kepalamu, yang bisa membuatmu menjadi patuh.” Ucap Rudolf.
“A- apa?? Kau bisa melakukan hal seperti itu?” Tanya Cross.
“Aku bisa melakukan apa saja nak, jadi sebaiknya kau jangan berbuat macam-macam.”
Kemudian Cross hanya terdiam karena dia tidak tahu lagi harus berkata apa, yang bisa dia lakukan hanyalah meratapi dan menerima nasibnya sekarang, yakni menjadi seorang Cyborg yang harus melayani dan melakukan segala tugas yang diperintahkan oleh Tuannya.
Maka dari itu, Rudolf tersenyum setelah dia membuat Cross mengerti dengan keadaanya. Lalu dia segera berdiri untuk pergi keluar dari ruangan tempat Cross berada, namun sebelum Rudolf membuka pintu, Cross segera mengajukan pertanyaan yang lain.
“Sebenarnya apa hubungan antara dirimu dan Tuan Ivan?”
Kemudian Rudolf menjawab. “Hmm ... Hubungan kami berdua hanya sebatas bisnis.” Dan setelah itu Rudolf keluar dari ruangan.
Rudolf meninggalkan Cross yang berbaring seorang diri dan hanya bisa berdiam sambil meratapi nasibnya, lalu tiba-tiba Cross berteriak sekencang-kencangnya karena dia merasa marah sekaligus kesal, sedangkan Rudolf yang sedang berjalan di lorong, hanya tersenyum saja ketika mendengar suara teriakan itu.
Lalu Rudolf memasuki sebuah ruangan yang sangat luas dan panjang, dan di dalam ruangan itu berjajar tabung-tabung kaca sejauh mata memandang, tabung-tabung itu berisikan air berwarna hijau dan di dalamnya juga ada manusia yang tertidur dengan mengenakan masker oksigen di mulut mereka. Para manusia di dalam tabung itu merupakan objek eksperimen milik Rudolf, tujuannya adalah untuk menggabungkan manusia dan kekuatan monster, sehingga dia bisa menciptakan banyak pasukan manusia setengah monster yang kuat dan berjumlah banyak.
Rudolf berjalan perlahan dengan menggunakan tongkat kayunya sebagai tumpuan, dan dia terlihat sangat mengagumi objek-objek hasil ciptaannya tersebut, sehingga dia sangat menikmati setiap detik ketika dia berjalan di ruangan itu, dari pintu pertama sampai ke pintu paling ujung.
Singkat cerita, beralih lagi ke tempat Kevin sedang berada, yakni di markas Dr. Rengga. Saat ini Kevin sudah menata barang-barang miliknya di kamar pribadi yang sudah disiapkan untuknya. Semua barang yang dibawa oleh Kevin dari rumah dengan menggunakan tas, kini sudah tertata rapi di kamar tersebut, Kevin sedang duduk sambil melihat foto masa kecilnya, dalam foto tersebut Kevin sedang dipeluk oleh ayah dan Ibunya.
Kevin melihat foto itu dengan tatapan serius, kemudian dia menyimpannya baik-baik di dalam sebuah buku. Kevin merasa sangat berterima kasih, karena sejak dulu dirinya selalu disayangi dan dilindungi oleh kedua orang tuanya itu. Namun kali ini giliran dia yang harus melindungi orang tuanya, terutama sang Ibu dari ancaman hari kiamat monster.
Saat ini, orang-orang di dalam markas itu juga sedang melakukan aktivitasnya masing-masing. Christa sedang mengurus dan memberi makan Redbud, sedangkan Oliver dan Dokter Rengga sedang mengerjakan proyek suatu senjata yang terbuat dari kekuatan Redbud, bahkan mereka juga sedang mengerjakan armor yang terbuat dari besi langka, sehingga saat ini mereka terlihat sangat sibuk.
Lalu ketika Kevin pergi ke ruang latihan, dia melihat Christa yang sedang mengelap senjata sambil ditemani oleh Redbud. Awalnya Kevin ragu untuk mendekati Christa dan mengajaknya bicara, tapi dia memberanikan dirinya supaya hubungan mereka bisa lebih dekat. Walaupun Christa di masa ini sungguh tidak bisa diajak bicara dengan mudah oleh Kevin.
“Ehm.” Kevin berdehem untuk memberitahukan keberadaannya.
Tetapi Christa hanya menoleh dan melihatnya dengan tatapan datar, setelah itu dia kembali melanjutkan aktivitasnya mengelap senjata sambil duduk dengan santai.
“Bolehkah aku duduk disini?” Tanya Kevin.
"Apakah ada tulisan ‘Dilarang duduk’?”
“Eumm, tidak.”
“Kalau begitu duduklah.” Ucap Christa dengan nada ketus.
“O- Oke.”
Kemudian, Kevin hanya terdiam dengan perasaan canggung, karena dia bingung bagaimana caranya memulai percakapan dengan Christa. Kevin melihat ke berbagai arah untuk mencari-cari topik obrolan, dan ketika Kevin melihat ke arah Redbud, dia malah mendapatkan tatapan tajam dari si kelinci merah itu, yang menganggap Kevin sebagai ancaman dari teritorinya. Sehingga hal itu membuat Kevin langsung memalingkan muka sambil mundur ke belakang.
Tapi ternyata, tiba-tiba saja Christa memulai percakapan dengan Kevin, sambil mengelap morning star di pangkuannya, Christa bertanya.
“Apakah saat ini kau sedang gelisah?”
“Hah? ... I- iya, kurasa begitu.” Jawab Kevin.
“Kau gelisah karena harus mengecewakan ibumu?”
“Hmm, ya.”
“Ya mau bagaimana lagi, kau terpaksa harus melakukan itu ... Jika aku ada di posisimu, aku juga pasti akan merasakan hal yang sama.” Ucap Christa.
“Eumm ... Benarkah?”
“Untuk mengatasi rasa gelisahmu itu, bagaimana jika kau ikut berburu denganku malam ini.” Christa mengajak Kevin.
“Bolehkah?” Kevin masih merasa tidak percaya dengan ajakan tersebut.
“Tentu saja, memangnya untuk apalagi kau disini? Tempat ini merupakan markas pemburu monster, iya kan?”
“I- iya juga sih ... Baiklah, aku akan ikut.”
“Oh iya, lalu mengenai masalah bencana besar itu, kau jangan khawatir ... Ayahku juga sedang mengumpulkan informasi dari para informan miliknya yang bekerja di perusahaan NeoGen. Jadi sebentar lagi pasti kita akan segera mendapatkan petunjuk mengenai kegiatan yang mengarah pada bencana tersebut, atau bahkan mungkin saja kita juga bisa segera menemukan keberadaan Rudolf.”
"Hmm, ya ... Aku percaya pada kemampuan Dokter Rengga. Selama ini dia selalu berjuang melakukan hal yang dia anggap benar dan bahkan dia juga sudah membangun seluruh fasilitas ini.”
“Jadi awalnya kau tidak percaya pada kemampuan ayahku?” Tanya Christa dengan tatapan sinis.
“Ti- tidak, aku hanya mengungkapkan kekagumanku padanya.” Jawab Kevin dengan perasaan cemas, karena dia tidak ingin dihajar lagi oleh Christa.
“Oke ... Ayo bersiaplah!” Ujar Christa sambil berlalu pergi.