10. CHRISTHOPER'S FAMILY

2374 Words
Selama beberapa minggu ini hubungan Arthur dan juga Harley membaik, hampir setiap hari wanita itu datang mengunjungi Arthur, membuat pria itu bersemangat untuk cepat pulih. Saat ini Vallery dan juga Justin tengah tersenyum memandangi Harley yang membantu Arthur untuk kembali berjalan.             “Come on,” ujar Harley menyemangati Arthur, wanita itu menopang tubuh Arthur dan hal itu membuat Arthur tersenyum.             “Apakah kakiku sudah melangkah?” tanya Arthur seraya memandangi wajah Harley dari samping, wanita itu menoleh lalu menatap Arthur dengan tajam.             “Perhatikan kakimu! Jangan menatap ku terus-menerus!” ucap Harley dengan ketus lalu kembali memapah tubuh Arthur.             “Aku merasa aku sudah menggerakkan kakiku,” balas Arthur seraya tersenyum yang membuat Harley mendengus.             “Kau mengerjai ku, ya?! Sejak lima belas menit yang lalu kakimu tidak bergerak satu sentimeter pun!” ucap Harley dengan kesal yang membuat Arthur terkekeh, Harley menatap tidak percaya ke arah pria itu.             “Really?! Aku menopang tubuh besar mu sejak lima belas menit yang lalu tapi kau berpura-pura tidak bisa berjalan?!” tanya Harley tidak percaya yang membuat Arthur memajukan wajahnya hingga hidung mereka bertemu, Harley terpaku di tempat nya kala memandang netra indah milik Arthur yang seolah menghipnotis nya saat ini.             “Apa aku salah jika ingin berlama-lama dengan mu?” tanya Arthur membuat kesadaran Harley kembali.             “Salah!” teriak Harley di depan wajah Arthur yang membuat pria itu terkejut hingga memundurkan wajahnya dengan mata terpejam.             “Badan kau sebesar king kong dengan berat tubuhmu yang aku pastikan di atas sembilan puluh kilogram, selama lima belas menit yang lalu aku harus menahan beban sebesar itu?!” tanya Harley berapi-api dan sontak saja membuat Arthur terkekeh, pria itu segera menegakkan tubuhnya yang membuat mata Harley terbelalak tidak percaya, bahkan Harley merasa bahwa ia tidak menahan apapun saat ini meskipun lengan Arthur masih mengitari bahunya.             “I’m so sorry, Babie. Aku hanya ingin bermanja-manja dengan mu,” ucap Arthur dengan santainya yang membuat Harley melotot tidak percaya, ia segera memukul d**a bidang Arthur berulang kali guna melampiaskan rasa kesalnya namun pria itu justru terkekeh melihat tingkah laku wanita yang memberi warna dalam hidupnya.             “Kau sangat menyebalkannnnn!!” geram Harley kembali memukuli d**a Arthur yang membuat Arthur semakin terkekeh lalu menarik tubuh Harley ke depan, ke dalam pelukannya. Tubuh Harley menegang seketika saat ia berhadapan dengan wajah Arthur yang begitu dekat dengannya.             “Dan kau sangat menggemaskan,” ucap Arthur lalu megecup ujung hidung Harley membuat wanita itu melotot.             “Kau pria mesummm!!!” teriak Harley membuat Arthur, Vallery dan juga Justin tertawa, setelah berlatih berjalan dengan sungguhan tanpa berpura-pura akhirnya Arthur dibaringkan di atas brankar.             “Latihan berjalannya sudah dulu,” ujar Vallery seraya tersenyum namun Harley mendengus mendengar perkataan Vallery seraya menatap Arthur dengan pandangan kesal nya.             “Tadi itu bukan latihan, Aunty. Arthur mengerjai ku selama lima belas menit sebelumnya!” ucap Harley dengan protes membuat Vallery tertawa. Harley tidak malu-malu ketika berbicara dengan Vallery karena hubungan mereka begitu baik, bahkan Vallery lah yang meminta Harley memanggilnya dengan sebutan ‘Aunty’, Vallery merasa bersyukur karna ada wanita yang bisa membuat putra sulung nya kembali tersenyum lagi seperti dulu.             “Aku tidak mengerjai mu, Babie” kilah Arthur namun Harley kembali mendengus.             “Kau mengerjai ku dan berhenti memanggil ku babie!” tukas Harley semakin membuat Vallery tertawa.             “Kenapa kalian selalu saja bertengkar?” tanya Vallery seraya menggelengkan kepalanya merasa heran dengan tingkah laku Arthur dan juga Harley yang tidak pernah akur, Arthur yang selalu menjahili Harley dan Harley yang selalu marah-marah pada Arthur.             “Aku menyesal mengunjunginya, Aunty,” ucap Harley yang tengah melipat kedua lengannya di depan d**a seraya menantap tajam ke arah Arthur. Seharusnya Arthur menekukkan wajahnya ketika mendengar perkataan itu dari wanita yang ia sukai namun justru sebuah senyuman yang Arthur tunjukkan untuk wanita itu.             “Terima kasih,” ucap Arthur semakin membuat Harley mendengus kesal, sejak tadi ia menahan dirinya untuk tidak mencakar wajah Arthur yang sangat mengesalkan namun tampan itu. Obrolan mereka terhenti kala seorang perawat memasuki ruangan dan membawa sebuah nampan berisi makanan dan obat untuk Arthur.             “Waktunya makan siang dan minum obat,” ucap Vallery lalu bersiap untuk menyuapi putranya.             “Aku ingin Harley yang menyuapi ku, Mom,” ucap Arthur yang membuat Harley mendelik tidak percaya.             “Me? Big no!” Sergah Harley membuat Arthur melotot.             “Aku ingin kau yang menyuapi ku!” ujar Arthur bersikeras.             “Taruh saja piring itu, Aunty. Arthur bisa melakukannya sendiri, lagipula tangannya sudah bisa digerakkan,” ujar Harley kembali membuat Arthur melotot.             “Mom, berikan piring itu pada Harley, aku ingin disuapi olehnya.”             “Apa-apaan kau ini? Kau bukan bayi yang tidak bisa apa-apa, Arthur!” ucap Harley tidak terima dengan permintaan dari Arthur.             “Sudah-sudah,” ucap Vallery melerai perdebatan di antara dua orang tersebut.             “Harl, tolong suapi Arthur, dia susah memakan makanan rumah sakit jika tidak disuapi,” ucap Vallery membuat Harley melotot tidak percaya.             “No, Aunty ... ,” ucap Harley bersikeras untuk menolak keinginan Arthur.             “Tolong Aunty kali ini saja ... .” Pinta Vallery dengan lembut dan sorot mata memohon kepada Harley dan hal itu sontak saja membuat Harley melotot ke arah Arthur sedangkan pria itu hanya bisa memasang senyum yang menyebalkan di wajahnya menurut Harley, Harley menghela nafasnya dengan pasrah lalu menerima piring yang diulurkan kepadanya.             “Okay big baby, ayo makan siang,” ucap Harley membuat Vallery tertawa sedangkan Arthur terkekeh.             “Aaaa,” ucap Arthur saat membuka mulutnya membuat Harley sangat kesal hingga mengaduk-aduk makanan tersebut, Harley menyodorkan satu sendok penuh berisi bubur kepada Arthur dan hal itu membuat Arthur mendelik lalu menutup mulutnya.             “Jangan sebesar itu!” ucap Arthur tidak terima.             “Buka mulutmu, jika tidak maka aku tidak akan menyuapi mu lagi.” Ancam Harley membuat Vallery terkekeh melihat tingkah laku mereka berdua. Akhirnya Arthur membuka mulutnya dan menerima suapan tersebut, Harley terkekeh melihat Arthur yang terpaksa menerima suapan sebesar itu. Harley mengusap sudut bibir Arthur yang terdapat sisa bubur, membuat tubuh pria itu menegang karena sentuhan Harley.             “Kau memang bayi besar, makan saja masih berantakan.” Arthur tersenyum kala Harley menyuapinya dengan pelan kali ini. Saat sedang asik berbincang ketiganya dikejutkan oleh suara bariton yang memasuki ruangan tersebut.             “Arthur?” panggil seorang pria paruh baya yang menyembulkan wajahnya ke dalam ruangan tersebut. Arthur, Harley dan Vallery menoleh ke arah pintu.             “Uncle Ray?” gumam Arthur membuat pria bernama Raymond Christhoper itu berpikir bahwa ia tidak salah masuk ruangan. Pria itu adalah paman Arthur, sepupu dari sang ibu.             “Ya ampun keponakan uncle kenapa?” tanya Raymond dengan logat bahasa Indonesia-nya. Ia dan Vallery memang keturunan Indonesia. Jika Vallery ikut tinggal bersama Brian sang suami di Los Angeles maka lain hal nya dengan Raymond yang memilih tinggal di Indonesia. Raymond melangkahkan kakinya memasuki ruangan tersebut disusul oleh Bella Christhoper sang istri dan putri semata wayang mereka bernama Nathalie Christhoper.             “Raymond?” gumam Vallery membuat pria itu menoleh lalu tersenyum, Raymond segera memeluk Vallery sang sepupu.             “Udah lama nggak ketemu,” ujar Raymond.             “Kalian kenapa nggak kasih kabar kalo mau kesini?” tanya Vallery dengan bahasa Indonesia lalu memeluk Bella dan juga Nathalie.             “Nggak sempet, kita buru-buru ke sini pas Brian ngasih tau kalo Arthur masuk rumah sakit,” jawab Bella sedangkan Harley mengernyitkan keningnya mendengar bahasa yang mereka ucapkan.             “Lo kenapa sih pake acara sakit segala?!” tanya Nathalie kepada Arthur seraya melipat kedua lengannya di depan d**a.             “Nath, nggak boleh gitu,” ucap Bella menegur sikap putrinya.             “Balik aja sono kalo nggak ikhlas jenguk gue!” Usir Arthur yang membuat Nathalie memutar bola matanya dengan jengah.             “Kamu kenapa bisa masuk rumah sakit?” tanya Raymond membuat Arthur menolehkan kepalanya ke arah sang paman.             “Kecelakaan, Uncle,” jawab Arthur yang membuat Raymond terkejut.             “What?! Terus mana yang sakit? Bilang sama Uncle.” Bella dan Vallery hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Raymond yang kelewat heboh sedangkan Raymond sibuk meraba seluruh tubuh keponakannya dari bawah hingga atas.             “Perasaan dulu pas aku jatoh dari sepeda Daddy nggak sampe seheboh ini deh,” ucap Nathalie yang membuat Vallery dan juga Bella tertawa sedangkan Raymond menoleh ke arah putri semata wayang nya.             “Jatoh dari sepeda sama kecelakaan beda, Sayang,” ujar Raymond kepada putrinya. “Kenapa kamu bisa kecelakaan? Bilang sama uncle siapa yang mau nyelakain kamu?” tanya Raymond kembali.             “Ini semua murni gara-gara Arthur yang nggak fokus kok, Uncle,” jawab Arthur sekenanya.             “Makanya kalo nggak bisa nyetir nggak usah sok-sokan bawa mobil!” ucap Nathalie membuat Arthur memberengut tidak suka.             “Kalian kenapa sih kalo ketemu berantem mulu?” tanya Bella dengan heran dan hal itu membuat Vallery terkekeh.             “Mereka dari bayi juga udah berantem terus,” ujar Vallery.             “O iya, ini siapa ada cewek cantik di sini?” tanya Raymond membuat Arthur tersadar dengan keberadaan Harley di samping nya.             “Kenalin uncle, ini Harley, calon pacar Arthur,” ucap Arthur membuat Harley mengernyitkan keningnya saat namanya disebut karna ia tidak mengerti dengan bahasa yang diucapkan oleh Arthur.             “Cieee,” ucap Raymond menggoda Arthur dan juga Harley.             “Jangan mau kalo dijadiin pacarnya,” ucap Nathalie kepada Harley yang membuat Harley bingung dengan apa yang dikatakan oleh Nathalie. Nathalie yang paham bahwa Harley tidak mengerti dengan perkataannya kemudian berdehem.             “Ekhm, Arthur memperkenalkan mu kepada ayahku sebagai calon kekasihnya, ku harap kau tidak akan menerima pria seperti Arthur sebagai kekasih mu,” ucap Nathalie menggunakan bahasa Inggris yang membuat Harley melotot ke arah Arthur. Vallery, Bella dan juga Raymond terkekeh kala melihat Harley yang menatap Arthur dengan tajam.             “Kenapa lo kasih tau sih?!” Sungut Arthur kepada Nathalie namun wanita itu hanya menjulurkan lidahnya yang membuat Arthur mendengus.             “Jangan dengarkan perkataan sepupuku,” ujar Arthur kepada Harley.             “Jika yang dikatakan oleh sepupumu adalah benar, aku tidak akan mau menjadi kekasihmu,” balas Harley yang sontak saja membuat Arthur terbelalak tidak percaya sedangkan yang lainnya tertawa terbahak-bahak kecuali Harley sendiri.             “Babie, kau bercanda bukan?” tanya Arthur dengan panik.             “Mata lo rabun kayaknya, ya kali cewek segede ini lo panggil bayi?” Canda Nathalie membuat mereka terkekeh sedangkan Arthur menggeram marah. Arthur segera bangkit dari tidur nya lalu menarik hidung Nathalie dengan sangat kencang yang membuat mereka semua terkejut.             “Akkkhhh!” Pekik Nathalie dengan keras.             “Arthur!” ucap Vallery dengan terkejut. “Arthur lepasin anak aunty,” ucap Bella tak kalah panik seraya berusaha melepaskan jepitan jemari Arthur di hidung putrinya. Vallery menarik tubuh putranya hingga hidung Nathalie terbebas dari jepitan Arthur, setelah Arthur tidak menarik hidung Ntahalie, wanita itu justru menarik hidung Arthur tak kalah keras hingga membuat pria itu meringis kesakitan.             “Arrghhh, Mommyyyy!!” teriak Arthur kala Nathalie menarik hidungnya dengan sangat kuat, Raymond mengusap wajahnya melihat perkelahian dua orang tersebut sedangkan Harley tertawa terbahak-bahak kala melihat hidung Arthur yang memerah.             “Rasain!” ucap Nathalie melihat hidung Arthur yang lebih merah dibandingkan dengan hidungnya. Arthur hendak bangun dari atas brankar untuk menghampiri sepupunya namun tubuhnya ditahan oleh Vallery.             “Enough. Ya ampun kenapa kalian ribut terus sih kalo ketemu?” tanya Vallery dengan heran.             “Dia yang mulai duluan, Aunty,” ucap Nathalie membela diri seraya menunjuk Arthur.             “Dia yang nyari ribut duluan, Mom,” balas Arthur.             “Lo!” ucap Nathalie bersikeras.             “Lo, lo pake ngasih tahu ke Harley segala gue ngomong apaan!” ucap Arthur seraya menunjuk ke arah Nathalie.             “Kan gue cuma ngasih tau biar dia ngerti omongan lo!” ucap Nathalie kembali membela diri.             “Tapi kan … .” Perkataan Arthur terpotong kala Raymond menutup bibirnya.             “Udah-udah, ya ampun kapan sih kalian akur?” tanya Raymond membuat Arthur dan juga Nathalie mendengus sedangkan Vallery dan Bella menggelengkan kepalanya, Bella sudah menduga jika Arthur dan Nathalie akan ribut seperti sebelum-sebelumnya jika dipertemukan.             “Babie, hidungku sakit,” ujar Arthur kepada Harley setelah tangan Raymond terlepas dari bibirnya.             “Manja lo!” ucap Nathalie membuat Arthur melotot.             “Udah-udah,” ujar Bella membawa Nathalie untuk duduk di sofa.             “Sakit?” tanya Harley seraya mengusap hidung Arthur yang kemerahan dengan lembut. Arthur memejamkan matanya seraya tersenyum menikmati usapan lembut jemari Harley di hidungnya.             “Tidak, karena usapan jemarimu mengobati rasa sakit di hidungku,” jawab Arthur membuat Raymond mendengus.             “Dasar modus kayak bapaknya!” Raymond mencibir lalu duduk di sofa bersama keluarga kecil nya, Arthur membuka matanya lalu mendengus tidak suka mendengar ucapan sang paman sedangkan Vallery menggelengkan kepalanya.             “Masih sakit?” tanya Harley membuat Arthur menggelengkan kepalanya.             “Thank’s,” ucap Arthur lalu mengecup jemari Harley.             “Jangan cium-cium!” ucap Harley seraya memukul pundak Arthur dan hal itu membuat Nathalie tertawa terbahak-bahak. “Kasian banget nggak dianggep,” cibir Nathalie di sela tawanya yang membuat Arthur menatap sepupunya itu dengan tajam.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD